Sisi Lain Dunia eSports: Bukan Tempat untuk Wanita?

Billy Rifki
14/10/2017 16:14 WIB
Sisi Lain Dunia eSports: Bukan Tempat untuk Wanita?
Google Images

Sebagai jenis olahraga yang terbilang baru, eSports masih mencari pijakan terbaik untuk memberi stabilitas dan konsistensi bagi tiap orang yang terlibat. Seiring dengan pesatnya perkembangan eSports, bukan hanya gamer lelaki yang tertarik, tapi juga wanita. Tak ayal, persoalan gender seringkali menjadi permasalahan isu kesetaraan yang serius dalam dunia olahraga, tanpa terkecuali di kancah eSports.

Keterlibatan wanita dalam olahraga tradisional bahkan eSports itu sendiri, selalu dirundung sejumlah keraguan. Beberapa pandangan kuno masih sering menyimpulkan bahwa dunia ‘olahraga’ bukan untuk wanita, khususnya olahraga populer yang mengandalkan fisik seperti sepakbola atau basket. Begitupun di eSports, dengan paradigma mayoritas pemain atau gamer pro pada umumnya adalah kaum lelaki, akan sulit membayangkan adanya atlit profesional perempuan. Meskipun ada, sikap skeptikal atau kurang percaya akan keberhasilan sosok wanita biasanya lebih mencuat ke permukaan. Mampukah wanita ini bersaing? Apakah dia bisa bermain baik? Tidak mungkin wanita bisa sehebat pria dalam main game? Hipotesa awal seperti itu yang terus menimbulkan argumen tak berkesudahan dan ujungnya adalah sikap diskriminatif terhadap wanita.

Kasus terbaru menimpa pemain offlane Newbee Boss, Bi ‘AXX’ Xia. Dalam suatu pertandingan, Xcylopzz, seorang caster yang cukup terkenal di sejumlah event region SEA dan Cina melakukan tindakan yang merendahkan seorang wanita dengan terus-menerus memanggil hero Axx dengan sebutan ‘the girl’. Axx mungkin hanya salah satu contoh dari segelintir atlit eSports wanita yang mampu bertanding dalam turnamen profesional DOTA 2 tingkat atas, lazimnya didominasi oleh tim berisikan laki-laki. Namun, Axx sendiri adalah sosok pemain DOTA 2 yang cukup disegani dengan MMR cukup tinggi, jadi keikutsertaan Axx bersama Newbee Boss dilandaskan pada kemampuan semata, tanpa menghiraukan gender.

Seyogianya, eSports bukan cabang olahraga yang mengedepankan aspek fisikalitas sehingga baik lelaki atau wanita bisa berkompetisi dalam tingkat kompetisi terbaik berdasarkan kemampuan. Tapi apakah dunia eSports juga bakal diterpa isu kesetaraan gender yang kian meruncing dan mengarah ke aspek diskriminasi lebih tinggi bila wanita hanya diperbolehkan membentuk tim wanita serta berkompetisi dalam turnamen khusus untuk wanita? Jawabannya relatif, dan masih sangat mengambang karena minimnya jumlah pemain gamer wanita yang sungguh secara total ingin berkpirah secara profesional dalam esports.

Langkah bijak yang dapat dilakukan oleh para gamer wanita saat ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan mereka sebelum bergelut dalam tingkat kompetisi berjenjang yang banyak digeluti oleh kaum laki-laki. Ketika mereka memutuskan untuk berkompetisi di tingkat tertinggi dalam tim campuran berisi lelaki dan wanita, maka tidak akan ada lagi perlakuan berbeda kepadanya untuk berjuang menjadi juara. Lagipula, bila sebuah tim dengan komposisi gabungan laki-laki dan perempuan mengalami kekalahan akibat performa kemampuan si wanita, maka jangan dimaknai sebagai suatu kekerasan atau sikap merendahkan.

Tuntutan untuk bermain di level kompetisi tertinggi adalah menjadi yang terbaik dimanapun lingkungan kamu berada. Jadi ada tahapan bagi gamer wanita untuk berkompetisi mulai dari lingkup seimbang. Namun bila memutuskan untuk terjun bersama dalam tim campuran, semua tergantung kepada kepercayaan dari tim, dan biarkan penonton serta pemerhati eSports yang nantinya akan dapat menilai kemampuannya berdasarkan performa dalam tim bukan gender. Mulailah mengapresiasi apa yang kamu lihat bukan dari gender seorang pemain, tampilan hero atau senjatanya, melainkan berdasarkan ‘play after play’.

Di Indonesia, atlit-atlit wanita yang sudah berkecimpung dalam dunia eSports sendiri cukup banyak dan beberapa bahkan mendapat predikat legenda. Turnamen untuk tim eSports wanita pun mulai muncul bermunculan belakangan ini, semoga kedepannya lebih banyak lagi pemain dari Indonesia baik pria ataupun wanita yang dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah eSports internasional.