Investasi Waktu untuk Jadi Atlet Esports, Apa Pentingnya?

Billy Rifki
23/06/2018 23:17 WIB
Investasi Waktu untuk Jadi Atlet Esports, Apa Pentingnya?
vpesports

Menjadi gamer kini tak bisa diklasifikasikan hanya sebagai orang yang suka bermain game. Sejak maraknya sisi kompetisi dalam game, atau lazim disebut dengan istilah Electronic Sports/eSports, competitive gaming, atau kompetisi game, definisi gamer telah terbagi menjadi gamer casual dan gamer profesional. Meski begitu, kedua tipe pemain tersebut bisa saja memiliki level kemampuan yang sama menyoal skill, sementara perbedaannya ada di tujuan bermain dari si gamer sendiri.


Kegagalan adalah bagian perjalanan menjadi gamer profesional

Casual gamer adalah pemain game yang bermain semata-mata untuk kesenangan, beberapa ada yang bermain sewaktu-waktu, dan ada yang menghabiskan banyak waktu untuk bermain namun tak kunjung menjadi profesional. Entah karena dia memang tak berniat ke sana atau kemampuannya masih belum memadai untuk dibilang jago. Sedangkan gamer profesional, wajib untuk memiliki skill individu tinggi karena bermain game sudah menjadi pekerjaannya. Mendapatkan skill istimewa dari bermain game dibutuhkan dan bukan sekedan bakat, tapi investasi waktu demi memahami game yang digeluti, kemudian beradaptasi dengan dinamika dalam game termasuk gameplay, kemampuan kawan ataupun lawan, serta membangun aspek mentalitas.

Berbeda dengan gamer yang melakukan stream, meski beberapa memiliki cara menghibur melalui permainannya, namun kebanyakan bisa berhasil karena personalitas mereka atau sisi entertainment yang mereka tawarkan ketika orang menonton konten mereka.

Itulah mengapa untuk menjadi profesional, banyak gamer yang perlahan mengurungkan niat karena tak memiliki waktu atau frustasi dengan hasil dari riwayat permainan yang dia lalui sehari-hari. Oleh karenanya, kamu harus pula memahami apa yang bisa diraih ketika memutuskan untuk menginvestasikan waktu bila ingin menjadi gamer profesional.


Miracle-, salah satu pemain berbakat dan berprestasi yang sangat mencintai DOTA 2

Agar bisa mendedikasikan hidup menjadi gamer, kamu harus memiliki passion, rasa cinta, dan keinginan belajar yang tak pernah padam di titel game yang kamu gemari. Kecintaan akan game tersebut dapat memberi kamu kemampuan untuk bermain baik karena perasaan tersebut timbulkan rasa percaya diri saat bermain.

Kepercayaan diri akan meningkatkan keyakinan pada pengambilan keputusan, misalnya mengeksekusi rencana dengan sungguh-sungguh. Berbeda ketika bermain cuma setengah-setengah, rencana matang pun tidak akan berjalan sesuai ekspektasi. Lebih jauh, ketika menginvestasikan waktu ala kadarnya maka kamu akan menemui tiap permainan terasa berat, lalu muncul keengganan bermain, bahkan sulit berkonsentrasi. Kehilangan fokus niscaya membuat penampilanmu jadi buruk.

Jadi bila ingin menjadi profesional, pastikan kamu mencintai apa yang ditekuni, tumbuhkan minat belajar, bukan hanya sekedar mencari menang atau melihat enaknya menjadi atlet game profesional. Para atlet tersebut menjadikan game sebagai pekerjaan karena gairah mereka begitu besar dan tiap pengalaman baik dan buruk menjadi pelajaran menuju yang terbaik!


Faker, dilabeli sebagai maestro LOL, karena etos kerjanya dalam berlatih yang tiada dua

Ambil contoh Amer "Miracle-" Barqawi yang begitu cinta bermain DOTA 2, atau Lee "Faker" Sang-hyeok jadi maestro di League of Legends, bahkan kisah legenda CS:GO, Richard "shox" Papillon, hingga sekarang semua pemain tersebut telah raih banyak titel bergengsi dari hobinya. Tentu mereka pernah alami jatuh, tapi itu tak menjadikan mereka berhenti bermain dan putus asa, melainkan belajar lagi dan berkembang untuk kembali ke puncak.


Pemain berbakat asal Prancis, soux menyabet banyak gelar individu dan tim di kompetisi CS:GO

Jadi, apakah sobat eSports sudah siap untuk menjadi atlet game profesional?