Hanya bertahan satu tahun sejak dibentuk, Reality Rift kini harus dihadapkan dengan keputusan berat untuk menutup divisi DOTA 2 mereka. Organisasi asal Singapura ini memberikan dengan detail alasan mereka mengakhiri divisi ini meski memiliki performa yang cukup sukses. Hal-hal tersebut mencakup pembatasan akibat pandemi Corona, manajemen Valve untuk scene kompetitif, hingga budget tim.
Reality Rift mulai berencana membangun divisi DOTA 2 nya pada Mei 2019 silam. Kala itu, mereka menargetkan untuk menjadi salah satu tim terbaik di SEA, bahkan memiliki impian mencapai top 12 ranking dunia.
Divisi DOTA 2 Reality Rift akhirnya terbentuk pada Juni 2019, diperkuat oleh pemain-pemain yang memiliki prinsip 'bekerja keras dan bekerja pintar'. Seiring berjalannya waktu, tim ini perlahan mulai mencapai targetnya bahkan menjadi salah satu dari enam tim terbaik di region SEA. CEO Reality Rift, Ilya Vlasov bahkan menyebut perjalanan tim ini cukup baik, namun faktor eksternal membuat dirinya harus mengambil keputusan yang berat.
Pertama, meski organisasi mereka berasal dari Singapura, boot camps dan team house RR berada di Malaysia. Pembatasan bepergian akibat pandemi ini membuat para pemain, manajer, coach, dan staff lainnya terpisah satu sama lain. Beberapa pemain bahkan tidak dapat pulang ke rumah, hingga membuat masalah ini menjadi semakin menantang.
Selanjutnya adalah isu manajemen Valve terhadap scene kompetitif. Hal ini semakin menimbulkan pertanyaan besar, apalagi pandemi Corona telah memasuki bulan ketujuhnya sekarang. Setelah membatalkan 2019-2020 Dota Pro Circuit dan menunda The International, masih belum ada pemberitahuan lebih lanjut tentang acara official DOTA lainnya dari Valve.
Organisasi pihak ketiga seperti One Epsorts, ESL, WePlay! Esports, hingga Beyond The Summit telah berusaha sebaik mungkin untuk mengisi kekosongan tersebut, namun motivasi utama dari kompetisi DOTA 2 setiap musimnya seakan hilang.
Terakhir, Vlasov juga menyindir cara Valve membagikan hadiah yang dianggap kurang optimal. Dirinya menekankan pada tingginya variabel di rankings serta 90 persen dari total hadiah setiap musim hanya dibagi ke 16 tim.
Tanpa DPC dan TI, tampaknya scene kompetitif DOTA 2 terasa hambar
Akibat dari alasan-alasan yang disebutkan di atas, RR mengalami penyusutan profit dan akhrirnya memutuskan untuk melepas pemainnya yakni Lee 'kYxY' Kong Yang dan sang kapten Wong 'NutZ' Jeng Yih. Sementara Vincent 'AlaCrity' Yoong dan Ravdan 'Hustla' Narmandakh ditempatkan pada inactive roster.
Reality Rift sendiri masih punya rencana untuk kembali di tahun 2021 mendatang, namun juga mendisuksikan rencana bagi kedua pemain yang masih berada di bawah kontrak. Bagaimana pendapatmu Sobat Esports?
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|
Solo MMR |
---|
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |