Coach Fnatic SunBhie Lontarkan Kritik Pro-Scene DOTA 2

Mushab Hassan
17/11/2020 09:46 WIB
Coach Fnatic SunBhie Lontarkan Kritik Pro-Scene DOTA 2
sumber: VPEsports

Lee “SunBhie” Jong-jae keluhkan sistem kompetitif turnamen DOTA 2 dalam cuitan terbarunya. Menurut pelatih tim Fnatic tersebut, turnamen-turnamen kompetitif DOTA 2 kurang memberi porsi terhadap tim-tim menengah dan kecil. Ia menilai Valve perlu meninjau kembali wadah bagi para tim-tim tier 2 untuk berkembang menjadi lebih besar lagi.

Cuitan tersebut merupakan tanggapan dari tim tier 2 Europe, Vikin.gg yang baru-baru ini memenangkan turnamen minor. Tim yang baru berumur satu tahun tersebut memiliki komposisi tim yang cukup baik. Terbukti setelah memenangkan helatan The Summit 13 kemarin, mereka tampak mendominasi dalam turnamen EPIC League.

Menurut SunBhie, meroketnya tim tier 2 merupakan hal yang lumrah dalam game seperti DOTA 2 dan League of Legends. Bahkan, kampiun pagelaran LOL Worlds 2020 yang baru saja usai merupakan panjatan Tier 2, Damwon Gaming. Terakhir kali DOTA 2 dikagetkan atas gemilangnya tim kuda hitam terjadi kala Wings Gaming menjuarai The International 6.

Sepakat dengan SunBhie, talent perempuan asal Kanada LeahReinessa’ Blake menimpali argumen pelatih Fnatic tersebut. Menanggapi cuitannya, ia menambahkan buruknya ekosistem Valve dalam menjalankan turnamen. Menurutnya, DOTA 2 terlalu berfokus terhadap turnamen akbarnya, The International, sehingga mengabaikan skema kompetitif lokal.

Ia juga menyandingkan bagaimana bekerjanya turnamen kompetitif DOTA 2 dengan League of Legends. Ujarnya mudah saja bagi RIOT Games untuk menyediakan prizepool yang bombastis seperti The International. Namun, mereka lebih memilih untuk menjalankan sistem yang lebih ramah bagi segala pihak. Yakni memproduksi konten dan storyline yang lebih berkelanjutan sehingga para pegiat LOL mendapatkan upahnya.

League of Legend sendiri sudah konsisten menghadirkan turnamennya dalam beberapa liga regional seperti League of Legends Championship Series (LCS) di Region Amerika, League of Legends European Championship (LEC) di region Eropa, League of Legends Premiere League (LPL) di region Tiongkok, serta League Champions Korea (LCK) di region Korea.

Tingkat kasta liga tersebut juga dinilai baik oleh pundit kenamaan DOTA 2 Kyle Freedman. Menurut Kyle, jika para pro players DOTA 2 berimpian dapat berkompetisi di panggung The International, para pemain LOL hanya mampu bermimpi untuk dapat bermain di liga kasta tertinggi region mereka. Singgungan tersebut nampaknya cukup menyenggol perbandingan kualitas ekosistem pro-scene antar kedua game.

Jadi, apakah DOTA 2 perlu mempertahankan sistem third-parties-nya? Ataukah sebaiknya Valve mulai berpikir untuk menjiplak sistem liga yang RIOT pertahankan? Tulis pendapatmu ya Sobat Esports!

Upcoming Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Ongoing Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Video Pilihan
Solo MMR
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
Team MMR
1 Team Falcons 1701
2 CyberBonch-1 1520
3 Tundra Esports 1505
4 BetBoom Team 1501
5 Xtreme Gaming 1499
6 Team Liquid 1497
7 G2 x iG 1485
8 OG 1469
9 Azure Ray 1465
10 Gaimin Gladiators 1452