Esports

Menghapus Stigma Dalam Esports, Kegiatan Buang-buang Waktu?

Billy Rifki
09/06/2024 15:59 WIB
Menghapus Stigma Dalam Esports, Kegiatan Buang-buang Waktu?
esports.id, mpl

Industri gaming kompetitif yang makin meroket di tanah air kian menyita perhatian. Mulai dari kabar para pelaku seperti player dan tim esports, popularitas turnamen sampai bumbu-bumbu drama jadi konsumsi rutin penikmatnya.

Di antara berita-berita baik dunia esports, masih ada stigma-stigma melekat yang tak kunjung bisa ditutupi. Misalnya, main game bikin anak bodoh dan lupa pendidikan, main game tak punya masa depan dan lain-lain. Berbagai edukasi dilakukan untuk menegaskan kalau esports bukan buang-buang waktu. Banyak hal yang bisa didapat mulai dari penghasilan, masa depan menjanjikan dan prestasi yang mengharumkan bangsa.

Salah satu stigma di dunia esports adalah main game buang-buang waktu. Main game dan esports adalah dua hal berbeda. Bermain game casual ditujukan untuk orang yang bermain game sebagai selingan mengisi aktivitas sehari-hari. Sementara esports adalah kegiatan kompetitif di mana pemainnya memperlakukan kegiatan gaming sebagai profesi disertai tuntutan untuk berprestasi.

Namun, banyak pemain yang ingin jadi atlet esports menghabiskan banyak waktu tanpa tujuan yang jelas. Mereka tak tahu harus melakukan apa bila ingin berhasil seperti sosok yang mereka lihat dari gawai mereka tiap akhir pekan. Langkah-langkah menjadi atlet esports memang tak mudah. Persaingannya banyak dan menjaga konsistensi sangat sulit. Jago saja bahkan tak cukup untuk bisa berhasil karena tim esports menilai dari banyak faktor untuk merekrut pemain.

Dua player dari Bigetron Alpha yakni Kyy dan Super Kenn membagikan pengalaman mereka tentang kunci mengubah komitmen waktu saat merintis karir jadi atlet esports hingga berhasil tampil rutin di MPL saat ini.

“Kalau dari gua pribadi kuncinya konsisten. Kalau kalian punya planning atau cita-cita jadi pro player ya konsisten. Jangan kaya main sekedar main dimarahin orang tua doang. Kalian harus punya target sendiri lah biar bisa buktiin ke orangtua kalian ngga buang-buang waktu,” ujar Kyy

“ Jangan denger kata orang lain fokus aja, termasuk orangtua (bercanda), kalau niatnya sudah mantep Latihan terus aja,” timpal Super Kenn

Orangtua memang aspek paling sulit untuk diyakinkan. Banyak atlet esports saat ini harus melakukan jalur belakang sebelum mereka memberi pembuktian telah berhasil masuk ke dunia esports. Mungkin dengan generasi orangtua yang berubah di masa mendatang, hal tersebut tak perlu dilakukan lagi karena orangtua di masa depan sudah memahami apa itu profesi atlet atau gamer esports profesional.