Esports

[OPINI] Menurut Fakta Ilmiah, Jangan Larang Anak Main Game!

Billy Rifki
24/11/2017 11:44 WIB
[OPINI] Menurut Fakta Ilmiah, Jangan Larang Anak Main Game!
google

Sejak dulu, banyak pandangan di masyarakat kalau keterikatan akan suatu hal seperti olahraga memiliki korelasi terhadap kemampuan kognitif seseorang. Ambil contoh pemain catur yang selalu diasumsikan sebagai orang jenius dan disegani berkat kemampuan strategisnya mengungguli lawan. Kini, beberapa genre eSports juga mulai marak menjadi bahan kajian untuk menjawab hubungan antara kompleksitas permainan suatu video game dengan kemampuan berpikir seseorang.

MOBA merupakan salah satu genre video game yang sedang tenar-tenarnya. Beberapa bahkan sudah dipertandingkan dengan skala besar-besaran dan kerap disebut sebagai Electronic Sports atau Esports. Yang menarik dari MOBA adalah cara bermainnya yang sederhana namun tersimpan kompleksitas yang tidak bisa dikuasai semua orang. Tak ayal, pemain MOBA yang handal sering dianggap sebagai orang dengan tingkat intelektualitas tinggi berkat kemampuan pemahaman game yang lebih baik dibanding rata-rata pemain lain.

Salah satu tim peneliti yang beranggotakan para ahli Psikologi dan Ilmu Komputer di Universitas York, Inggris melakukan penelitian terhadap beberapa pemain DOTA 2 dan LOL, terkait kemampuan mereka menyelesaikan beberapa tes kasus dan logic test. Hasilnya, mereka mampu menghasilkan nilai ujian yang baik.

Alex Wade, salah satu anggota tim dari Digital Cretivity Lab menuturkan, “Game seperti DOTA 2 dan LOL sangat rumit, menuntut interaksi sosial dan membutuhkan intelektualitas. Penelitian kita menghasilkan bahwa permainan ini bisa jadi tolak ukur tingkat kecerdasan seseorang."

Lalu tim pun membandingkannya dengan pemain yang mahir dari genre FPS, seperti Destiny dan Battlefield 3. Hasilnya, seiring bertambahnya usia, kemampuan pemain FPS akan menurun performanya. Hal ini menunjukan pemain dengan usia lebih muda diuntungkan ketika berhadapan dengan lawan yang lebih tua.

“Tidak seperti game FPS, dimana kecepatan tangan dan akurasi jadi aset utama, MOBA lebih mengandalkan kemampuan nalar dan berpikir secara strategis untuk menentukan keputusan-keputusan secara cepat,” tutur Athanasios Kokkinakis, seorang murid kedokteran dari Dewan Peneliti Ilmu Teknik dan Fisika (EPSRC) untuk Centre for Intelligent Games and Game Intelligence di Universitas York, sekaligus penulis utama di PLOS ONE.

Hal ini sekaligus memperkuat penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa orang dengan tingkat keandalan tinggi dalam game maupun olahraga yang membutuhkan strategi seperi catur cenderung mendapatkan nilai bagus saat menjalani tes kecerdasan, dan terbukti pemain MOBA mampu menunjukan hasil yang sama.

Nah, makin banyak kan pengaruh positif dari bermain MOBA, siapa tahu juga kedepannya MOBA bakal jadi mata pelajaran di sekolah-sekolah supaya meningkatkan kemampuan berpikir anak di institusi pendidikan.