Caster, sosok instrumental dalam suatu pertandingan esports dewasa ini bertugas menarasikan aksi mengagumkan para atlet esports kepada viewer di rumah maupun secara langsung, caster perlu beberapa skillset penting yang menjadi penilaian oleh penonton.
Di antaranya menjaga dan meningkatkan gairah penonton selama match berlangsung, melakukan analisa strategi, prediksi sampai menyiapkan sesi jenaka agar tak membosankan. Namun beberapa orang melihat, sosok caster tidaklah kompeten bila tak punya kelas atau level yang minimal setara para atlet profesional.
Kompetensi itu bisa dinilai sederhana berdasarkan rank / medal (selanjutnya disebut rank) yang terdapat di beberapa game esports seperti DOTA 2, CS:GO, Arena of Valor, dan Mobile Legends. Rank berfungsi menunjukkan kelas, pengetahuan game, serta kemampuan dari sang pemain. Semakin tinggi rank, makin besar kemungkinan si caster adalah pemain yang piawai dan handal dalam mengupas titel game yang dia komentari. Tingkat kepercayaan viewer pun bisa meningkat.
Permasalahan bermula dari caster internasional Ted "PyrionFlax" Forsyth yang apes saat membuka kalibrasi MMR terbarunya di game DOTA 2. Dia cuma mendapatkan kelas Guardian 7, yang artinya cuma berkisar di angka 1500-an. Itu sangatlah rendah untuk orang yang bertugas mengomentari pertandingan pemain top dunia dalam basis harian.
Padahal Flax sudah mentas sebagai caster dan analis di puluhan event, mencakup Bucharest Minor, Boston Major 2016, The International 2016, dan The International 2015. Akibatnya, banyak viewer yang ragu dengan kemampuan para caster, tepatkah kita mendengar seseorang bila kenyataannya meraka tak lebih baik dari penonton kebanyakan?
Kemudian muncul pertanyaan, apakah rank tinggi bisa jadi tolak ukur caster yang ideal? Tim Esports.ID lekas bertanya pada para profesional tanah air dan tentu caster-caster berbakat, seberapa penting sih rank itu dan modal apa yang sepatutnya dimiliki oleh caster?
- Maman "Maungzy (Alter Ego)
Source: Instagram @Maungzy
Sosok integral dari suksesnya divisi Mobile Legends Alter Ego tahun ini punya pendapat untuk dibagi. Mengenai rank tinggi yang harus dimiliki oleh seorang caster, Maungzy tak sependapat. "Tidak semua orang mempunyai bakat yang sama, ada yang jago dalam bermain, ada yang jago dalam merangkai kata-kata untuk meramaikan hype game tersebut. Rank atau medal tinggi, belum tentu menjadi suatu acuan, bahwa seorang caster bisa membuat para penonton semakin terbawa suasana. Tapi setidaknya para caster memahami mengenai game, meta yang sedang dipakai,dan juga item dalam in game."
Lalu mengenai peran penting seorang caster, dia menambahkan, "Caster itu diperlukan ibarat makan sayur masa tidak pakai garam? Caster yang baik dan benar adalah yang membuat hype naik turun para penonton, dan mereka juga mampu untuk tidak bias ke salah satu tim yang bertanding. Mereka harus bisa melihat semua dalam sisi netral dan tidak menjelekkan pemain. Untuk sampai saat ini, kurasa sudah banyak caster di Indonesia yang menjalankan tugasnya dan menjembatani penonton dalam suasana in-game yang lebih hype."
Maungzy juga punya pujian tersendiri untuk Ryan "KB" Batistuta. Menurutnya, KB adalah caster yang sigap dan tanggap terhadap perubahan di game Mobile Legends. Dia bisa memberikan pengetahuan mendalam dengan bahasa yang mudah dimengerti penonton awam. Dan yang bikin kagum, Maungzy melihat KB adalah sosok yang mendedikasikan hidupnya untuk ML.
- Riantoro "Pasta" Yogi (Caster Mobile Legends, DOTA 2, CS:GO)
Source: Facebook: Riantoro Yogi
Caster berpengalaman yang makin meroket tiap tahun. Pasta berpendapat kalau rank tidak terlalu diperlukan untuk seorang caster. "Yang kita kasih ke viewer kan kualitas pembawaan sebagai seorang komentator". Ahli dalam memainkan suatu game tentu nilai plus namun minimal caster cuma perlu memainkan gamenya, tahu meta teraktual, gameplay dan ciri setiap tim kontestan kalau bisa bahas hal-hal personal dari player, itu jadi nilai plus.
"Bagus atau tidaknya seorang caster dilihat dari kemampuannya menyampaikan pertandingan ke arah penonton, dari mulai hypenya mengatur intonasi. Menjelaskan detil gameplay dengan pengetahuan mendetil, pembacaan situasi, dan juga permainan kata supaya mudah didengaragar penonton tidak merasa pusing mencerna kata," terangnya.
Pasta sendiri merasa rank bukanlah modal wajib yang diperlukan caster. Justru yang paling penting adalah niat kuat. "Pekerjaan caster ini suka dipandang sebelah mata sama semua orang dan dibilang gampang," ungkapnya. Setelah niat, mental juga ditempa untuk membendung hujatan netizen, bahkan tak cuma bocil barbar saja preview buruk untuk caster, terkadang vendor pun menyimpan kegontokan bila tak menyukai caster tertentu.
"Tahap terakhir adalah perbanyak jam terbang, jangan berharap event besar, lakukan pendekatan ke EO (event organizer) kecil, minta tempat dan panggung untuk berlatih (jangan berharap keuntungan, anggap uang adalah bonus perjuangan). Di saat bersamaan, pelajari artikulasi, perbendaharaan kata, bikin ciri khas yang membedakan lo dengan caste lain. Jangan memaksa diri untuk meniru seorang caster karena akan terlihat jelek kalau gagal menirukannya. Hal terakhir, jangan pernah malu untuk minta pendapat dan kritik. Itu proses terpenting untuk perbaikan agar bisa jadi lebih baik lagi," tutup Pasta.
- Ryan "KB" Batistuta (Caster Mobile Legends)
Salah satu pionir caster di ML, KB persis dengan apa yang diungkap oleh Maungzy, dedikasinya untuk ML begitu besar. Pengamatannya terhadap gameplay dan meta paling gres diaplikasikan tim profesional bisa diurainya dengan baik. Meski sejatinya dia dan partner sehatinya Frans Volva miliki rank cukup tinggi di ML, namun tak membuatnya setuju kalau rank itu perlu sebagai seorang caster.
source: Instagram : @ryanggwp
"Rank itu penting ngga penting sebenarnya. Kalau tinggi ranknya, pertanda si caster memang rutin bermain dan suka dengan gamenya. Kalau pun biasa aja bukan berarti dia payah, bisa jadi itu dikarenakan sang caster lebih fokus dengan analisis dan scenenya. Selain rank, knowledge jauh lebih penting karena kalau tiada elemen itu bakal sulit bagi shoutcaster mengikuti alur permainannya," jelas KB, via Instagram.
KB memiliki rubrik menarik bernama "#BacotanKB" di channel youtubenya, KB Legends. Beberapa tema menarik yang dia bahas secara mendalam di antaranya proses melakukan draft pick, split push dan initiator di Mobile Legends.
KB sendiri tergerak untuk menjadi caster yang dekat dengan komunitas berkat inspirasi dari Melon Doto. Membangun komunitas kecil-kecilan sampai jadi besar. Beliau pula yang meminta KB untuk tetap menetap di ML dan jadi pionir bagi para komunitas ML.
source: instagram : @felixdavide
- Felix "Bad Boy " Davide & Adrian "adrnkiNg" Setiawan (Executioner ML & CS:GO)
Dua pro player rupawan milik tim XCN yang bermain untuk divisi ML dan CS:GO ini berpendapat kalau rank sama sekali tak menggambarkan kualitas terbaik seorang caster. Bad Boy mengatakan aspek pemahaman game jauh lebih diperlukan ketimbang rank yang tinggi. Sama seperti kompetitiornya Maungzy, dia juga terkesan oleh KB untuk caster Mobile Legends.
Sementara Adrian mengatakan, "Untuk jadi caster ngga cukup cuma bisa hype doang, harus bisa melakukan analisis pertandingan yang dia cast jadi ngga cuma teriak-teriak atau membahas hal ngga penting". Sebagai atlet CS:GO, dia punya respek mendalam kepada analis dari ranah CS, yakni Wilson "Wooswa".
source: instagram @_adrnking
- Belly "Overseer" Hariyanto (Caster DOTA 2, AoV, Mobile Legends, Vainglory, Fighting Games)
Terakhir ada si caster serba bisa, Overseer. Hampir semua genre esports pernah dia pandu dengan pendalaman materi yang baik, seakan menghapus kesan sebagai pendatang baru di titel tersebut. Overseer punya pandangan menarik menyoal rank tinggi, semua kembali pada keinginan sang caster menentukan peran menjadi main caster atau co-caster.
Sebagai main caster, pemahaman secara general dan dasar melakukan cast sudah bisa nilai memuaskan. Lain cerita untuk co-caster atau analyst, karena Overseer justru menyarankan co-cast memiliki rank tinggi untuk memberikan pemahaman lebih jauh tentang gameplay. Banyak pula contohnya eks-pro player yang nyambi jadi co-cast dan menghasilkan informasi luar biasa dalam pertandingan. Beberapa yang terkenal di luar seperti Kyle Freedman dari DOTA 2 mantan CompLexity, atau bakat tanah air, Ramz dan Xepher yang pernah juga sambilan jadi co-cast.
Source: Facebook: Belly Hariyanto
Namun, ada tiga bekal utama bagi para caster yang patut dipersiapkan. "Pertama, pembawaan yang menyangkut nada bicara, intonasi, dan gestur. Kedua, pengetahuan tentang game yang akan di-cast. Dan terakhir, pengetahuan akan pemain dan scene esports untuk dipandu," ujarnya. Jadi semakin banyak informasi yang dimiliki sebelum tampil, akan memudahkan pekerjaan seorang caster.
Adapun caster idola dari Overseer ialah legenda shoutcaster DOTA 2, Tobiwan dan Dimas "DZ" Surya, untuk versi domestik. Namun kesibukan Overseer ngecast sana-sini diakuinya berdampak pada performa fisik, secara spesifik mengganggu tenggorokan. Alhasil, dia lebih suka co-cast seperti Purge, sedikit bicara namun banyak data.
Itu dia beberapa penuturan para caster dan pro player tentang stigma bahwa caster harus memiliki rank tinggi. Dari semua pendapat ternyata pemahaman tentang game tak mengharuskan seseorang harus ahli secara mekanik karena keduanya hal yang berbeda.
Setujukah sobat esports dengan pendapat para caster dan pro player di atas?
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|