Kabupaten Mukomuko di Bengkulu Ingin Game Online Diblokir

Billy Rifki
23/06/2021 13:09 WIB
Kabupaten Mukomuko di Bengkulu Ingin Game Online Diblokir
instagram

Kesalahan stigma masyarakat terhadap game dan perilaku bermain game lagi-lagi membuat isu pemblokiran mencuat. Di daerah Bengkulu, kabupaten Mukomuko, mencuat isu pemblokiran game online karena banyak dikeluhkan masyarakat.

Isu ini diperkuat dengan surat dari Bupati Mukomuko yang ditujukan untuk Menkominfo di Jakarta. Dalam surat tersebut, dituliskan kalau banyak keluhan masyarakat terkait anak-anak remaja usia sekolah banyak mengakses game online seperti Free Fire, Mobile Legends dan PUBG Mobile.

Lebih lanjut, game tersebut diyakini punya dampak negatif yang besar dalam perkembangan, kesehatan dan pendidikan anak. Remaja tersebut dianggap telah jadi pecandu dan diharapkan pemerintah dapat melakukan intervensi untuk melakukan pemblokiran kepada game tersebut.

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Efek Pengaruh Gadget

Surat di atas menyiratkan kalau mengatasi efek buruk dari bermain game tak cukup dengan peran orangtua saja. Padahal, bukan rahasia kalau banyak orangtua menggunakan gagdet untuk "mengasuh" anak. Akibatnya, mereka mampu mengakses game-game online tanpa pendampingan dan pengawasan yang memadai.

Hal ini didukung oleh riset studi dari situs diskon CouponCodes4u yang melibatkan 2.403 responden orangtua di Amerika. Hasilnya, 27 persen orangtua mengatakan bahwa anak mereka bermain gadget seperti tablet dan smartphone setiap hari, 22 persen mengaku anak mereka menggunakan gadget hanya pada akhir minggu, dan hanya 19 persen yang mengatakan anak mereka jarang memakai gadget.

Adapun alasan lain banyak anak usia sekolah sudah terlalu lengket dengan gadget menurut survei dari Nielsen dalam 2016 Mobile Kids Report adalah supaya anak bisa tenang atau mudah dikontrol dan mempermudah proses komunikasi. Di samping itu, keinginan orang tua untuk selalu bisa melacak keberadaan putra-putrinya jadi alasan lain mengapa anak yang usianya belum genap 13 tahun sudah dibelikan atau setidaknya menggunakan gadget.

Menurut Sobat Esports, apakah pemblokiran game adalah tindakan yang tepat untuk meminimalisir dampak buruk main game? Atau memang ada pola asuh yang abai dari lingkungan keluarga sehingga anak-anak punya perilaku tak elok akibat kebanyakan main game?