Nggak Dikasih Internet & Makan, Ini Ujian Mental Atlet SEA Games Nanti

Billy Rifki
09/03/2022 14:53 WIB
Nggak Dikasih Internet & Makan, Ini Ujian Mental Atlet SEA Games Nanti
esports.id interview

SEA Games Vietnam 2021 akan berlangsung pada 12-23 Mei mendatang. Para atlet untuk timnas esports Indonesia akan diumukan hari ini dan berlanjutk ke seleksi tahap 2. Di pelatnas, para pemain tak cuma dipertajam skill dan strateginya, tapi juga ditempa fisik dan mentalnya.

Aktivitas ini bukan program asal semata, diungkap oleh salah satu coach PBESI, "perang" mental yang akan dihadapi atlet SEA Games nanti akan sangat berat. David merupakan internal affair dari akademi GarudaKu dari PBESI yang bertugas jadi assisten pelatih coach fisik tim PUBG Mobile.


Coach David PBESI

David sebelumnya berpengalaman jadi bagian dari event-event olimpiade seperti Asian Games 2018, SEA Games 2019 dan beberapa turnamen esports lainnya. Napak tilas pengalamannya menemani atlet di negeri orang, ia menemukan tak selamanya penyelenggara memperlakukan atlet tamu  dengan baik.

Kejadian ini bukan tak sengaja melainkan ditujukan untuk memperkeruh mood dan pikiran pemain sehingga performa mereka terganggu saat bertanding. David mencontohkan kejadian yang ia alami. " Yang pasti kalau kita main buat Indonesia, di SEA Games, kita ngga bisa berharap bakal dapat perlakuan nyaman seperti di turnamen dari publisher game biasa. Kita itu ditemani bukan sebagai tamu, tapi sebagai saingan, sebagai lawan" ucap David membuka akar permasalahan perang mental pemain.

Perlakuan tersebut dianggap sebagai taktik tuan rumah untuk mendapatkan banyak emas saat event dimulai. Terutama untuk nomor-nomor unggulan dari negara penyelenggara, mereka akan memastikan kalau tim nasionalnya mendapat keunggulan di out game dan in game.

David menjelaskan masalah-masalah kecil yang dihadapi teman-teman atlet esports di luar negeri seperti disuruh menunggu berjam-jam atau semalaman sebelum bertanding. Ini untuk menguras tenaga dan fisik pemain lawan sebelum tanding.

XINNN, Clay, R7, Drian dan Butsss yang turut hadir menemani bincang Esports.ID bersama coach David di pelatnas mengangguk setuju. Kejadian yang mereka alami saat mengikuti M3 adalah soal makanan. Keduanya mengatakan makanan yang disediakan panitia sangat tidak enak. XINNN beserta pemain RRQ Hoshi dan ONIC Esports terpaksa mengandalkan restoran cepat saji untuk makan sehari-hari. Masalah lain muncul, ongkos kirim makanan tersebut sangat mahal. XINNN dan Clay mengatakan uang mereka habis sekitar 10 juta saat berada di M3 hanya untuk makan selama sebulan.

"Iya itu pengalaman gue juga. Orang Indonesia kalau keluar makanannya dikasih yang ngga cocok." ucap XINNN. David menambahkan, orang Indonesia kebanyakan menghindari makan babi karena mayoritas muslim. Ada pihak penyelenggara yang malah sengaja menyajikan makanan dengan kandungan babi untuk membuat resah para pemain.

Clay menambahkan, "Iya di M3 kita dikasih makanan ga enak, banyak acar-acarnya. Ngga masuklah di lidah kita." Drian melanjutkan kalau biasanya anak-anak ONIC lebih sering pesan fast food seperti McD untuk tetap makan selama M3. "Kita seringnya pesen McD tapi itupun ongkir mahal. 3 KM bisa 150 ribu. Setelah m3 berat badan gw turun 5kg." ujarnya

R7 juga menceritakan pengalamannya main di turnamen internasional, khususnya pada masa masih aktif jadi pro player DOTA 2. "Kalau miss skill gue diteriakin, pada benci banget sama Indonesia." curhat kapten RRQ Hoshi.

Cara-cara lain yang David bongkar adalah masalah internet yang mungkin tidak disediakan untuk para pemain agar tidak bisa latihan. Suhu dan temperatur dari negara lain juga bisa mempengaruhi adaptasi pemain dan juga keterbatasan waktu yang biasanya diatur panitia sehingga pemain tak punya kesempatan latihan. Sering juga pemain tak disediakan internet di kamar mereka atau ruang latihan.

Ada satu masalah baru yang dilihat David bisa jadi alasan termutakhir. Ia mengambil contoh timnas Bulutangkis yang akan tampil di All England 2021. Beberapa atlet Indonesia dilarang tampil karena terindikasi Covid, padahal ada atlet dari negara lain yang juga terbang dalam pesawat yang sama. Ini diduga jadi cara tuan rumah membuat Indonesia gagal berkompetisi di turnamen tersebut.

David khawatir hal ini terjadi pada nomor unggulan Indonesia seperti PUBG Mobile dan Mobile Legends. Ia melihat perlakuan tuan rumah yang seperti itu tidak sepenuhnya salah. Sebagai tamu, para atlet dan kontingen yang datang juga harus beretika menghormati peraturan di negara tersebut.

Untuk memperkuat mental atlet selama pelatnas, David mengungkap hal apa saja yang sudah ia terapkan ke tim PUBG Mobile. "Pertama, kita keluarin pemain dari zona nyaman. Kita tekan, kita push limit mereka sampai mereka ngeluh terus tiap hari nggak apa-apa daripada ngeluhnya di sana. Kita bikin latihan, olahraga, cidera, pegel, nggak apa-apa ngga enak di sini, tapi nanti mereka siap menghadapi tantangan di sana. Setidaknya kita ngga kalah sebelum game dimulai." jelas David.

David menambahkan, tidak semua orang atau panitia di sana akan mendengar keluhan pemain. Apalagi ada kendala bahasa dan tak semua orang bakal berkenan berkomunikasi bahasa Inggris.

Wah berat banget ternyata perang mental yang akan dihadapi oleh atlet pelatnas. Mengejutkan banget ternyata sampai segitunya cara untuk mendapatkan emas di ajang olimpiade seperti SEA Games. Semoga pemain-pemain kita kuat mental semua ya setelah pelatnas!