RRQ Athena Gagal Maksimal di Invitasi Game For Peace

Rendy Lim
02/09/2019 16:59 WIB
RRQ Athena Gagal Maksimal di Invitasi Game For Peace
Didominasi Tim Cina, Game for Peace Sulit Bagi Tim Negara Lain

Peacekeeper Elite Global Invitational (PEGI) 2019 yang baru saja berlangsung di Shanghai mempertandingkan gim PUBG Mobile versi Cina, Game for Peace. Tencent terpaksa melakukan remake untuk PUBG Mobile di Cina demi patuhi regulasi mengenai kekerasan yang berujung pada sulitnya mereka melakukan monetasi.

Juara dari kompetisi PEGI 2019 tak lain adalah tim lokal, yakni X-Quest F, setelah berhasil mengalahkan poin Top Esports di posisi kedua. Turnamen ini sendiri diikuti oleh 15 tim Cina dan 10 tim PUBG Mobile undangan. Sayangnya, semua tim internasional gagal menyaingi kemampuan tim-tim Cina dalam versi PUBG Mobile ini.


Di antara 10 tim Cina yang berpartisipasi dalam PEGI 2019, tiga tim merupakan finalis PUBG Mobile Club Open (PMCO) Spring Split 2019, yakni Top Esports, X-Quest F, dan Elite Gaming

Saat di PMCO, X-Quest F tampak menunjukkan performa yang menakjubkan sejak babak prelims hingga dua hari berlangsungnya grand final. Sayangnya, pada hari ketiga mereka harus kehilangan posisinya setelah kalah dalam segi poin dibanding Top Esports. PEGI 2019 menjadi tempat bagi mereka untuk balaskan kekalahan dengan penampilan yang konsisten ditambah tiga chicken dinner. Akhirnya, X-Quest F berhasil finish di posisi pertama, dengan 84 poin lebih besar dari Top Esports

Sementara itu, kejadian cukup miris menimpa para tim-tim PUBG internasional yang diundang untuk mengikuti turnamen ini. Tujuh tim finalis PMCO yang diundang, RRQ Athena, ILLUMINATE The Murder, EVOS Esports, Team Secret, Spacestation Gaming, BRK Gaming, dan Deformia Meditari 99 sama sekali tidak memberikan perlawanan berarti.

Posisi paling tinggi dari tim-tim undangan tersebut didapatkan oleh ILLUMINATE The Murder yang bahkan hanya finish di posisi 16. Sementara sang juara PMCO Spring Split, RRQ Athena berada di posisi kedua terakhir. Hasil kurang memuaskan ini tampaknya diakibatkan kurang terbiasanya para tim internasional memainkan Game For Peace.

Meski memiliki map dan elemen yang mirip dengan PUBG Mobile, sepertinya tetap ada perbedaan yang cukup signifikan, sehingga membuat mereka yang tak terbiasa dengan mekanik atau fitur-fitur tersebut jadi tak bisa bermain secara maksimal. Bagaimana pendapatmu, Sobat Esports?