Jangan Ditiru, Kebiasaan Buruk EternalEnvy Tuai Kritikan Pedas

Kalah menang merupakan hal biasa dalam permainan, termasuk DOTA 2. Seburuk apapun pertandingan berjalan, kiranya kamu harus tetap bisa mengendalikan amarah dan frustasi, apalagi sampai merugikan orang lain. Jangan seperti EternalEnvy yang kerap mencontohkan kebiasaan buruk, yakni menghancurkan item di tengah-tengah permainan kemudian menyerah...

Dalam beberapa highlight Twitch disertai dengan diskusi reddit akhir-akhir ini tentang EE-sama yang seringkali kedapatan menghancurkan itemnya. Gesture ini diartikan sebagai tanda menyerah dari pertandingan. Entah sadar atau tidak, EE-sama sudah menjadi salah satu tokoh dan role model bagi sebagian orang yang mendukung Fnatic, bahkan secara personal menyukai gaya main agresif ala EE.

Dengan menunjukkan sikap "masa bodo" dalam permainan pubs-nya, secara tidak langsung dia mengajarkan kepada penontonnya bila keadaan sudah terlalu sulit, mending menyerah saja. Ironisnya, dia melakoni laga kompetitif yang terkadang tidak menyertakan kata menyerah sebagai opsi. Seringkali EE dan Fnatic terlibat dalam laga Bo1 yang menentukan, sehingga partai hidup-mati dan gengsi yang harus dituntaskan ke titik darah penghabisan.

I’ve been abandoning one game per week n forfeiting games since 2014. Whether it becomes a big deal on reddit is random.

— EternaLEnVy (@EternaLEnVy1991) July 5, 2018

Lewat rentetan post via Twitter-nya, dia melakukan berbagai pembelaan. Dirinya menolak anggapan bahwa dia sosok yang layak menjadi role model sehingga orang-orang akan melihat dia penuh harapan, yang seharusnya jangan dilakukan. Sudah sepatutnya bagi seorang tokoh apalagi seseorang yang memiliki latar belakang menginspirasi seperti EE memberi contoh. 

EE adalah orang yang mengenalkan DOTA kepada RTZ dan Bulba, serta memberi kesempatan kepada S4, Loda, dan Akke untuk menjadi bagian timnya bahkan mendominasi kancah per-DOTA-an di masanya. Dia juga yang kagum atas dedikasi Admiral Bulldog dan memberikannya panggung untuk tampil profesional pertontonkan permainan micro-nya dengan Lone Druid.

I have never encouraged my viewers to copy what I do. It’s not like I’m failing to “control my impulses” I’m making the conscious decision to give up on the game. Saying that I’m being a bad role model would be similar to saying people who quit school to play games is my fault.

— EternaLEnVy (@EternaLEnVy1991) July 5, 2018

Meski demikian, EE bukan satu-satunya pemain profesional yang memiliki tabiat buruk, contoh kontroversial lainnya mungkin Vladimir "Chappie" Kuzmenko, carry asal Rusia eks-Empire dan Clutch Gamers. Chappie sering dengan sengaja berjalan ke midlane lawan dan membiarkan dirinya terbunuh. Atau bersembunyi menggunakan Shadow Amulet dan diam di suatu tempat hingga kalah. Kebiasaan ini tidak hanya merugikan pemain lain, sesama profesional juga banyak yang mengutarakan kekesalannya dengan Chappie karena hal itu mencoreng unsur kompetitif yang dibangga-banggakan oleh komunitas DOTA 2.

Artour Babaev atau RTZ, juga sering mengalami pertandingan buruk dan berteriak-teriak dalam streamnya. Tapi seringkali akhir pertandingan berujung kemenangan dirinya pada game tersebut. Hal inilah yang menyebabkan RTZ tetap dipercaya sebagai carry dan mendapatkan banyak fans karena dia tak pernah menyerah meski kata-katanya sering mengindikasikan rasa frustasi, namun dirinya tetap bermain hingga akhir.

Bagi beberapa penonton, aksi menyerah dari EE ini mungkin memiliki sifat menghibur, begitupun dengan atlet profesional lainnya. Namun  itu sangat merugikan pemain lain yang mencoba bermain sebaik mungkin, bahkan berusaha menjadi sebaik pemain pujaannya yang dengan 'enteng'-nya menyerah dalam pub games.

Menang dan kalah hal biasa sobat eSports, namun mental mudah menyerah tidak akan membuatmu lebih hebat, jadi teruslah berusaha biarpun seburuk apapun pertandingan berjalan. Itulah yang akan membuat kamu menjadi juara. Apakah ini juga penyebab dari EE-sama akhir-akhir  jarang juara? Kalau kamu tipe yang mana, comeback is real atau GG End Now?