Meski bukan event Pro Circuit, turnamen MegaFon Winter Clash diikuti tim-tim DOTA 2 terbaik dunia. Dengan total hadiah $300.000, turnamen ini jadi selingan bagi tim pro menanti rangkaian Pro Circuit yang baru mulai lagi di Januari 2019.
Turnamen yang berlangsung dua hari tersebut (7-9 Desember), akhirnya pastikan Team Liquid untuk mencicipi trofi juara perdana mereka untuk musim ini, dengan puncaki MegaFon Winter Clash.
Sang juara The International 7 telah hiatus cukup lama di musim kompetisi 2018-2019 akibat kelelahan mengikuti Pro Circuit tahun lalu. Akibatnya, Liquid dan kawan-kawan melewatkan minor dan major perdana musim ini. Ternyata rehat sebentar terbukti jadi keputusan tepat karena Liquid tampil sangat dominan sejak babak grup hingga ke final.
Liquid jadi satu-satunya tim yang tak terkalahkan baik di babak grup, playoff, maupun final. Di partai pamungkas, mereka ditantang Natus Vincere yang secara mengejutkan bisa melangkahi tim unggulan seperti PSG.LGD dan wakil tuan rumah, Virtus.pro. Sementara Liquid sudah tumbangkan hambatan dari Forward Gaming dan juga PSG.LGD di group stage. Kemenangan ini menghadiahi Liquid dengan uang tunai sebesar $125.000.
Sinyal ancaman bagi tim lain, meski masih terlalu jauh menuju target juara The International 2019, karena Liquid termotivasi kembali mencetak sejarah jadi tim pertama yang memenangkan dua Aegis of Champion. Terutama Matumbaman, si carry yang "dipaksa" jadi midlaner atas perintah Kuroky sang kapten. Dia mengungkapkan rasa irinya kepada JerAx yang di undang oleh Presiden Finlandia setelah menjuarai TI 2018. Padahal Matu juga juara TI, tapi di 2017 silam tak ada undangan prestisius seperti itu.
Dengan tangki motivasi yang terpenuhi, Matu dan Liquid tampak siap melibas musim turnamen DOTA 2 kali ini. Bahkan ODPixel mengibaratkan peta kekuatan DOTA 2 seusai MegaFon Winter Clash menjadikan Liquid sebagai tim tier 1, sementara tim lainnya beberapa level di bawahnya. Apakah penampilan Liquid meyakinkan untuk menjadi juara TI kedua kalinya?