Jika dibanding dengan Artifact yang rilis resmi oleh Valve tahun lalu, maka Dota Auto Chess yang merupakan gim hasil karya komunitas ini jauh lebih sukses. Saat ini, Artifact hanya memiliki player berkisar antara 1.200, sedangkan Dota Auto Chess lebih dari 4 juta pemain, bahkan rekor jumlah player bermainnya 100 kali lebih banyak dari keseluruhan pemain Artifact.
Kesuksesan ini kemudian mengundang sejumlah pihak yang menawarkan kerjasama. Bahkan, raksasa Tencent Games pernah menawarkan untuk membawa Dota Auto Chess ke mobile, namun developer belum berniat menjual konsepnya ke mereka. Adapula selentingan yang menyebutkan bahwa Drodo Studio, pengembang gim asal Cina ini, sedang berkomunikasi dengan Valve untuk kemungkinan akuisisi.
Jika kamu mengikuti perjalanan Dota Auto Chess sejak dirilis pertama pada November 2018 silam, banyak pemain pro, tidak hanya dari Dota 2, yang tertarik coba Dota Auto Chess. Mulai dari pemain Hearthstone yang melihat adanya korelasi antara strategi dalam bermain card game dengan Auto Chess, hingga pemain CS:GO AVANGAR’s Bektiyar “fitch” Bahytov yang mengaku bermain Auto Chess di sela-sela turnamen.
Ketertarikan Valve terhadap Dota Auto Chess bukan hal yang harus dianggap aneh, karena saat ini Artifact sendiri sedang kesusahan untuk meningkatkan jumlah pemainnya, dan kesuksesan Auto Chess mungkin bisa menutupinya.
Padahal, bersamaan dengan rilisnya Artifact tahun lalu, Valve menjanjikan turnamen berhadiah 1 juta USD di kuartal pertama 2019. Namun dengan kuartal pertama yang tersisa hanya sekitar satu bulan lagi, belum ada kabar apapun mengenai turnamen ini. Tampaknya, jika benar akuisisi ini terjadi, maka turnamen tersebut bisa bakal digantikan untuk mempertandingkan Dota Auto Chess.
Bagaimana pendapatmu sobat esports, pilih Artifact atau Dota Auto Chess?