Worlds Health Organization telah menetapkan gaming disorder atau perubahan perilaku akibat kecanduan gim sebagai penyakit. Langkah ini diambil setelah WHO melihat hadirnya kecemasan akan perilaku anak remaja yang berubah akibat kecanduan bermain gim.
Di luar Indonesia, kasus kecanduan gim sudah cukup sering ditemui. Bahkan beberapa negara maju sudah memiliki fasilitas untuk rehabilitasi remaja terindikasi alami perubahan perilaku yang condong mengarah kecanduan gim. Namun, di Indonesia, kasus kecanduan gim belum terlalu dipandang serius. Manakala belum ada fasilitas khusus hingga tenaga ahli yang memang mengetahui cara penanganannya. Hal ini membuat sulit untuk merespon jika terjadi kasus kecanduan gim seperti yang terjadi baru-baru ini.
Dilansir oleh Tribunnews Bangka, rumah sakit jiwa Sungailiat telah menangani kasus remaja yang mengalami perubahan perilaku akibat kecanduan main gim di smartphone-nya. Menurut Rakhmawati Tri Lestari, psikolog klinis di RSJ tersebut, kasus yang mereka tangani saat ini adalah remaja asal Bangka Barat yang menghabiskan kuota 30 GB dalam waktu satu bulan untuk bermain gim sampai memunculkan perubahan perilaku dalam kesehariannya.
Meski ada dugaan dirinya kecanduan bermain gim Free Fire, namun perubahan perilaku sang remaja juga bisa diakibatkan adanya kesalahan pola asuh. Dia telah mencuri uang milik neneknya hingga lebih dari 1 juta Rupiah untuk membeli rokok dan kuota bersama teman-temannya. Tidak hanya tanpa penghasilan tetap, remaja ini bahkan sudah tidak bersekolah lagi meski usianya baru 17 tahun. Akibatnya dia sering bermain gim hingga pagi.
Menurut psikolog yang menanganinya, remaja ini terlihat sudah kecanduan bermain gim dalam jangka waktu yang cukup lama. Perilakunya berubah jadi kasar dan suka mengancam sehingga dirasa penting untuk segera ditangani, namun jarak yang cukup jauh dari lokasi membuat RSJ sulit memberi terapi untuk anak tersebut.
Jika mengacu pada poin-poin yang dipaparkan oleh WHO tentang gejala kecanduan gim, maka ditemukan beberapa kesamaan dengan kasus di atas. Mulai dari tidak adanya kontrol saat bermain gim, secara frekuensi dan durasi, yang mana sang remaja ini bermain gim hingga pagi. Selanjutnya, dia lebih memprioritaskan gim ketimbang kegiatan lainnya seperti abaikan sekolah saat masih di usia 17 tahun.
Mencuri uang milik keluarga termasuk dalam paparan negatif akibat kecanduan gim yang ditunjukkan remaja ini. Terlebih lagi hasil diagnosa dari psikolog yang mengatakan bahwa sang remaja sudah main gim sejak awal-awal peluncurannya. Mengingat Free Fire pertama kali dirilis pada bulan Maret 2017 silam, maka remaja ini telah memainkannya selama dua tahun terakhir, sampai akhirnya kecanduan gim tersebut.
Mengacu pada kasus di atas, sepertinya pemerintah sudah harus mulai memberikan perhatian lebih pada efek negatif yang terjadi akibat kecanduan main gim. Tidak hanya memberikan dukungan kepada kegiatan esports sebagai salah satu aspek positif dalam bermain gim, namun juga membantu atasi kecanduannya. Terlebih lagi, edukasi tentang kecanduan gim harus dilakukan agar keluarga dapat melakukan kontrol kepada anak-anaknya perihal akses bermain gim. Bagaimana pendapatmu Sobat Esports?
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|