Esports

Dinamika eSports di Tahun 2017; Penuh Janji, Menghibur, dan Lumbung Bisnis

Billy Rifki
31/12/2017 16:00 WIB
Dinamika eSports di Tahun 2017; Penuh Janji, Menghibur, dan Lumbung Bisnis
thescore esports

Menatap tahun 2018 yang sudah di depan mata, ada baiknya kita melihat kembali sejumlah pergolakan di tahun 2017 beserta dinamika eSports secara global yang makin berkembang, jauh lebih pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Kian menegaskan bahwa dunia eSports menawarkan potensi hiburan sekaligus bisnis yang serius dimana makin banyak investor besar ingin turut 'menceburkan diri' dan ikut 'basah' di dalamnya.

Tak dipungkiri, gaung eSports yang terus membahana telah memunculkan pula berbagai isu-isu dan kontroversi kompetisi digital bercampur bumbu drama sebagai pemikat bagi para fans untuk terus ikuti perkembangannya. Kali ini, kita coba merunut beberapa citra eSports sepanjang tahun 2017, mulai dari sajian drama, kontroversi, prestasi, kejadian-kejadian lucu, peluang bisnis, dan hal-hal unik lainnya.

Banjir Investor, Ekspansi Echo Fox, Astralis, dan Dua 'Noda' Pencoreng eSports

Dua bulan pertama di tahun 2017, kita sudah disuguhi banyak pergerakan dari para investor global yang kian menaruh minat melakukan investasi di lahan eSports. Di antaranya, Miami Heat yang menuangkan sahamnya pada Misfits, tim eSports yang memiliki divisi League of Legends, CS:GO, Hearthstone, Overwatch, dan Super Smash Bros. Tidak hanya Miami Heat, karena salah satu pemilik Milwaukee Bucks, Wesley Edens, membentuk Flyquest, tim League of Legends asal Amerika Utara.

Berlanjut ke upaya ekspansi besar-besaran dari Echo Fox, salah satu organisasi eSports terbesar di Amerika yang ingin mewujudkan cita-cita memiliki skuad fighting games terkuat dunia dengan mengakuisisi Hajime 'Tokido' Taniguchi (Juara Street Fighter V di Evo 2017), Momochi (Juara Ultra Street Fighter IV di EVO 2015), Justin Wong (peraih juara terbanyak di EVO, dengan 8 gelar juara titel Marvel vs Capcom), Dominique 'Sonic Fox' McLean (Juara Injustice: God Among Us di EVO 2014, dan Mortal Kombal X di EVO 2015) beserta rival sekaligus rekannya, Scar dan MKLeo, untuk cabang Super Smash Bros.

Terlepas dari keberhasilan Astralis menjuarai ELEAGUE Series di Atlanta, sebuah turnamen berskala major untuk CS:GO di awal tahun, dua bulan awal masih diwarnai investasi dari organisasi olahraga yang ingin berkecimpung dalam dunia eSports.

Namun ada dua kasus yang menyita perhatian. Pertama, kasus skandal yang menimpa pemain dari Tainted Minds, salah satu tim eSports divisi League of Legends asal Australia, dan 'sikap merendahkan' yang dilakukan oleh salah satu caster DOTA 2 regional SEA dan Cina, Treephob 'Xyclopzz' Tiangtrong dalam pertandingan Newbee.Boss melawan Cavalary.

Dalam kasus Tainted Minds, sang mantan pelatih, Nick 'Inero' Smith menjadi penyuara atas ketidakadilan yang menimpa anak didiknya, dengan mengatakan bahwa organisasi tersebut telah memperlakukan anggota tim dengan buruk seperti membiarkan rumah latihan tidak dialiri listrik selama dua bulan. Termasuk perangkat PC yang sering hang dengan kondisi rumah latihan yang tidak dilengkapi AC, padahal sedang musim panas di Australia. Akibatnya, tim ini harus melewatkan banyak latihan dan event-event karena ketidaksiapan mereka.

Para pemain berusaha memutus kontrak kerja mereka dengan Tainted Minds dengan menyewa pengacara. Namun jalan yang dilalui cukup sulit bahkan Inero menduga pihak Riot Games campur tangan dalam menutupi bukti-bukti kesalahan yang mengarah pada organisasi Tainted Minds.

Kemudian dugaan pelecehan yang dilakukan sang caster, Xyclopzz, terjadi tanggal 13 Januari 2017. Xyclopzz secara terus menerus mengulang kata 'girl' alih-alih menyebut IGN dari Bi Xia a.k.a 'Axx' seperti player lainnya. Hal ini pun membuat jengah para viewers yang menganggap Xyclopzz telah merendahkan kaum wanita. Pihak Beyond the Summit akhirnya menyatakan permintaan maaf atas perlakuan sang caster dan berharap Xyclopzz tidak mengulang perbuatannya di lain hari.

Terobosan Franchise, Pahitnya 'Wings Gaming', dan Yahoo Esports Tutup!

Salah satu berita besar yang patut dibahas adalah terobosan baru yang digagas oleh Riot Games untuk format kompetisi dari North America League of Legends Championship Series (NA LCS) dengan menerapkan sistem franchise atau model waralaba, yang mana memberi janji kestabilan baik bagi para player ataupun tim selama berkompetisi penuh sepanjang tahun. Sistem ini berkaca pada keberhasilan cabang-cabang olahraga tradisional seperti NBA yang memiliki franchise dan basis fan lebih jelas.

Di lain pihak, kabar pahit harus dialami oleh member dari Wings Gaming yang sukses menjuarai TI6. Anggota tim Wings Gaming memutuskan untuk bubar setelah mereka melaporkan bahwa organisasi tersebut tidak membayar gaji mereka dan uang hasil kemenangan TI6 sebagian besar direnggut oleh manajemen Wings. Tanpa ingin mengeluhkan situasi, para eks-Wings mencoba berusaha kembali dengan membentuk Team Random. Namun hasilnya naas karena tak mampu mengulang performa seperti tahun lalu dan harus bubar di bulan Mei.

Begitupun dengan situs berita Yahoo! Esports yang harus bubar akibat dampak dari kontrak pembelian antara Yahoo dan Verizon. Mengudara sejak Mei 2016, Yahoo! Esports memiliki sekitar 2.100 pegawai yang harus mencari rumah baru untuk menuangkan gairah eSports mereka. Beberapa di antaranya adalah nama-nama penting di seperti Emily Rand dan Kelsey Moser (penulis League of Legends), Michael Martin (fighting games community expert), Daniel 'Tafokints' Lee (komentator Super Smash Bros), Mohan 'launders' Govindasamy (caster Counter-Strike), Taylor Cocke, serta Zorine Te. Yahoo! dibeli dengan kisaran US$4,5 milyar dan akan bertransisi menjadi Oath untuk fokus membesarkan brand Yahoo! Sports sesuai strategi perusahaan baru.

Gebrakan DOTA 2 Pro Circuit, dan Jawara Fighting Games di EVO 2017

Bulan Juli menjadi penanda momen besar di dunia kompetisi DOTA 2, ketika Valve melakukan gebrakan besar dengan 'usulan' format turnamen tahunan mereka bertajuk 'Pro Circuit'. Menghelat puluhan turnamen minor dan major selama setahun, melalui kerjasama dengan pihak ketiga untuk menyeleksi tim terbaik dan layak ikut serta dalam ajang The International berdasarkan perolehan poin yang diperoleh tim-tim profesional dari ajang minor dan major tersebut.

EVO 2017 juga mengukir sejarah penting dengan keberhasilan Hajime 'Tokido' Taniguchi dari Echo Fox, Adam 'Armada' Lindgren dari Alliance, dan Saleem 'Salem' Akkiel-Young dari Most Valuable Gaming. Menjuarai titel-titel macam Street Fighter V, Super Smash Bros Melee, dan Super Smash Bros for Wii.

Peraih 'Aegis of Champion' di TI7 dan Juara Dunia CoD WLC 2017

Momen paling bersejarah di kompetisi eSports tahun 2017, dimana Team Liquid berhasil mengangkat trofi Aegis of Champion sebagai juara di ajang The International, yang merupakan turnamen berhadiah paling besar sejagat. Kandaskan Newbee, Team Liquid sekaligus cetak rekor final pertama yang berakhir dengan skor sapu bersih 3-0. Meski sempat terjerembab di lower bracket dengan tiga wakil Cina menanti di semifinal, Team Liquid tak menyerah dan buktikan performa brilian hingga partai final.

OpTic Gaming juga menorehkan prestasi gemilang dengan merengkuh juara dunia Call of Duty World League Championship 2017 di bulan Agustus, setelah kalahkan Team Envy. Bawa pulang trofi juara dan hadiah uang senilai US$600.000 dalam turnamen yang berlangsung di Amway Center, Orlando, Florida.

Kuota 12 Tim Peserta Overwatch League Terpenuhi dan Kontroversi 'Immortals' di DreamHack

Akhirnya, kuota 12 tim peserta Overwatch League telah terpenuhi untuk ambil bagian dalam turnamen model franchise dari Blizzard Entertainment, serupa dengan versi Riot Games di NA LCS. Dengan hadiah mencapai US$3,5 juta per musimnya dan akan dibagi dalam dua divisi yakni pasifik dan atlantik. Ke-12 tim adalah Boston Uprising, Dallas Fuel, Florida Mayhem, Houston Outlaws, London Spitfire, Los Angeles Gladiator, Los Angeles Valiant, New York Excelsior, Philadelphia Fusion, San Fransisco Shock, Seoul Dynasty dan Shanghai Dragons.

Berbeda nasib, di regional Eropa League of Legends Championship Series, tim H2K melalui salah satu pimpinannya, Richard Lippe mengatakan bahwa H2K akan menarik diri dari turnamen EU LCS bila tidak ada perbaikan dari format EU LCS di tahun 2018. Pengamat mengatakan pihak Riot Games sendiri tidak yakin dengan pendekatan yang terbaik untuk region Eropa agar menghasilkan format kompetisi terbaik.

Keberatan juga dilayangkan oleh CEO Unicorn of Love, sebuah tim medioker dari EU LCS yang mengisyaratkan bahwa format EU LCS saat ini sangat memberatkan tim-tim kecil seperti miliknya. Puncaknya, Paris Saint Germain memutuskan menarik diri dari EU LCS. Alasannya adalah keuntungan yang dinegosiasikan bersama dengan Riot Games secara garis besar kurang memuaskan dan tidak bisa memenuhi anggaran dasar PSG.

Salah satu kontroversi yang menyeruak adalah peristiwa terlambatnya tiga pemain Immortals dalam partai final CS:GO di DreamHack Montreal. Tiga pemain tersebut adalah kNG, Henny, dan Lucas yang tidak bisa hadir tepat waktu dengan dugaan mereka terlalu mabuk dari pesta di malam sebelum final.  Pihak DreamHack memberikan pinalti dengan mendiskualifikasi Immortals di map pertama dalam pertandingan yang berlangsung BO3. Sang lawan, North berhasil mengalahkan Immortals di game kedua dan juara di DreamHack Montreal.

Buntut diskualifikasinya tidak berhenti di situ, salah satu pemainnya Vito”kNG”Giuseppe juga menerima hukuman lebih lanjut karena mengeluarkan ancaman yang tak pantas via Twitter kepada salah satu pemain CLG, Pujan 'FNS' Mehta, yang mengatakan, “Merasa sangat menyesal dikalahkan oleh tim yang 3 pemainnya sedang mabuk”. Pada grup stage, CLG memang berhasil dikalahkan oleh Immortals. Sontak, kNg pun membalas dengan mengatakan, “buktikan atau kau akan kubunuh”.

Reaksi keras ini mendapatkan perhatian dari Immortals dan meminggirkan kNg selama turnamen. Namun dua rekannya, Lucas dan Henny, menolak bermain bila kNg diisi oleh stand-in. Akhirnya kNg tetap bermain tapi di di akhir turnamen kontraknya diputus. Insiden ini membuat Immortals terguncang dan harus melewatkan banyak turnamen besar di bulan-bulan berikutnya.

Pembuktian SSG di Worlds 2017, Gale Force eSports, dan Hungrybox

Jawaban dari Riot Games atas keberatan sejumlah tim di regional Eropa baru mereka tanggapi di bulan November, dengan mengatakan format franchise baru akan diberlakukan di tahun 2019. Meski begitu tim-tim yang terdaftar di tahun 2017 masih tetap dapat mengikuti format EU LCS di tahun 2018.

Beberapa berita baik yang mencuat antara lain keberhasilan Gale Force eSports menjuarai Rocket League Championship Series dan berhak membawa pulang US$55.000. Sementara, dari fighting games, Hungrybox tambah mengkilap karirnya dengan rengkuh juara di Smash Summit 5. Momen ini menandakan era berakhirnya dominasi Armada di Smash Summit 5 setelah sebelumnya juga berhasil dikalahkan saat final EVO 2016.

Bulan November juga menjadi momen puncak bagi LOL dengan digelarnya World Championship. Di mana Samsung Galaxy Gaming bungkam juara bertahan dua tahun berturut-turut, SK Telecom T1, yang digawangi oleh Faker, dengan menyapu bersih partai final (Bo5) dengan skor 3-0. Samsung Galaxy tidak hanya tuntaskan dendam di partai final Worlds 2016 sewaktu kalah 2-3 dari SKT, kini memberi luka lebih dalam kepada tim legenda yang kian seakan patah sayapnya tersebut.

Geliat Juara Baru di Ragam Turnamen Penutup Tahun

Di penghujung tahun 2017 ini, kita menyaksikan banyak rangkaian turnamen berakhir dengan geliat para juara baru di dunia eSports. MKLeo menangkan 2GG Circuit Championship untuk Super Smash Bros, MenaRD juarai Capcom Cup di Aneheim Hilton Hotel, dan KT Rolster juara KeSPA Cup LOL. Untuk melihat rekap dari juara-juara dari kancah eSports sepanjang tahun 2017, bisa dilihat di artikel berikut

Selain itu, ajang pre-season untuk Overwatch League pun dimulai bulan ini, serta beberapa turnamen minor dan major DOTA 2 juga masih bergulir menuju puncaknya di tahun 2018 nanti. Apa momen eSports favorit bagi fans eSports.id? Silahkan tambahkan bila ada momen-momen lain yang terlewatkan yah!