Esports

[OPINI] Pentingnya Perlindungan Atlet Muda dan Potensial eSports

Billy Rifki
14/06/2018 15:12 WIB
[OPINI] Pentingnya Perlindungan Atlet Muda dan Potensial eSports
Google Images

Scene eSports secara global, bahkan di Indonesia, boleh dibilang sudah sangat berkembang dan menarik banyak minat pemain-pemain terutama yang berusia muda untuk jadi profesional di berbagai variasi cabang eSports. Meski begitu, masih banyak hal yang harus dibenahi supaya scene esports tersebut bisa semakin maju, contohnya perlindungan terhadap atlet-atlet eSports. Seperti yang kamu mungkin sadari, dunia eSports ini sangat lekat dengan anak muda, bahkan diibaratkan sebagai kompetisi dengan jiwa anak muda masa kini. Tapi apa kamu tahu kalau dunia luar sudah mulai menyorot perhatian tentang perlunya perlindungan terhadap keterlibatan anak muda yang semakin besar dalam eSports.

ESports sebagai cabang olahraga modern memiliki nilai kedekatan yang lebih kepada anak-anak muda. Dari puluhan jenis game di eSports, terdapat ratusan ribu anak-anak muda yang menekuni bidang ini secara profesional. Berbeda dengan olahraga konvensional seperti bola basket atau sepakbola yang memiliki jenjang karir bertahap serta regulasi pada usia berapa seorang atlet bisa menjadi profesional. Hal ini memberikan atlet tersebut kesempatan berkembang yang lebih baik dan terhindar dari tekanan berlebihan yang seringkali terjadi ketika menjadi profesional.

Lain hal dengan eSports, tiap orang yang memiliki akses untuk bermain bisa menjadi profesional hanya dengan syarat kemampuan di atas rata-rata pemain lain, tidak peduli berapa umur orang tersebut. Beberapa organisasi besar bahkan sengaja merekrut pemain-pemain potensial yang berusia sangat muda dengan alasan untuk menciptakan juara-juara di masa depan. Beberapa yang sukses diantaranya Syed Sumail Hassan, pemain DOTA 2 asal Amerika Utara yang mencetak rekor sebagai pemain termuda yang berhasil mendapatkan lebih dari 1 juta dolar Amerika di umur 16 tahun.  Ada juga Benedict MrKcool Ward, pemain Vainglory yang tercatat sebagai pemain profesional termuda dengan umur 13 tahun, atau seniornya yang dijuluki sang ‘veteran’ yang masih berumur 17 tahun, Alessandro PalmatoroPalmarini, saat meraih gelar juara Eropa tiga kali.

Makin berkembangnya eSports dan semakin banyaknya anak-anak muda (beberapa masih sangat muda) yang terlibat dalam industri ini menimbulkan kekhawatiran dan perhatian dari pemerhati sosial. Badan-badan perlindungan anak di bidang sosial maupun olahraga meminta agar dibentuk suatu badan yang mengatur tentang batasan-batasan dan hak bagi atlet eSport yang ‘terlanjur’ profesional, maupun mereka yang berkeinginan untuk menjadi profesional agar terhindar dari eksploitasi berlebihan.

Para pemerhati juga berharap agar organisasi-organisasi eSports seperti tim-tim profesional dan stakeholder lainnya turut aktif dalam menjaga serta melindungi para atlet yang kebanyakan masih berusia muda. Hal ini dikarenakan masih minimnya kebijakan terkait perlindungan atlet esport, terlebih menyangkut keamanan dan kenyamanan mereka sebagai atlet bukan hanya gaji dan turnamen. Diharapkan kedepannya lebih banyak pihak lagi yang ikut terlibat dalam dunia eSports agar para atlet muda potensial ini akan terlindungi dari eksploitasi, tekanan berlebihan, dan cidera yang mungkin terjadi akibat kurangnya pengawasan dari para pelaku bisnis eSports.

Menurut kamu, apakah penggiat scene eSports di juga Indonesia harus segera menerapkan regulasi seperti di atas, supaya kedepannya atlet-atlet pengharum nama bangsa ini bakal makin terjamin? Berikan tanggapan dan masukan kalian ya guys!