Pembocoran isi kontrak memang bukan hal beretiket, karena bukan suatu tindakan terhormat dan menciderai hubungan dua pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut. Namun secara etika, bila di dalamnya memuat hal-hal di luar normatif, maka menjadi keharusan untuk kedepankan nilai kebenaran sebagai kewajiban moral yang harus kita lakukan.
'Belang' ini pun yang akhirnya mencuat ke permukaan di sela persiapan para atlet eSports asal India untuk bertanding di Asian Games 2018, Jakarta - Palembang, Indonesia, bulan Agustus nanti. Tidak hanya diperas tenaganya sebagai atlet, Ruthless Gaming disodorkan kontrak yang jelas-jelas merugikan dan 'membegal' hasrat mereka untuk mewakili bangsa.
Ruthless Gaming, merupakan tim League of Legends yang akhirnya terpilih jadi wakil India, setelah melalui babak kualifikasi nasionalnya (hanya diikuti dua tim, dan satu tim undur diri karena masalah administrasi). Mereka masih harus menjalani regional qualifiers (South Asia) bersama 7 wakil negara lainnya, yakni Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Maldives, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka, sebelum bisa pastikan hadir di Asian Games 2018.
Lazimnya, sebagai atlet perwakilan bangsa yang akan bertanding di ajang apa pun, Ruthless Gaming tentunya berharap bisa mendapatkan bentuk dukungan baik berupa material atau moril dari pemerintah setempat. Tapi, ini sepertinya tidak berlaku di India, karena Electronic Sports Federation of India (ESFI), selaku penanggung jawab timnas eSports India malah memaksa tim Ruthless Gaming untuk membayar sendiri semua biaya perjalanan mereka serta mewajibkan adanya penggantian biaya atas semua pengeluaran, dan kerugian material yang mungkin terjadi bila tim ini berhalangan hadir dalam event tersebut dengan alasan apapun juga.
Klausul lain yang juga sangat memberatkan adalah bagaimana pihak ESFI tidak bersedia menanggung semua akomodasi pemain dalam tim Ruthless Gaming bila akhirnya mereka berhasil lolos kualifikasi regional dan berhak tanding di Asian Games 2018, di Jakarta nanti.
Masih ada beberapa pasal dalam kontrak yang patut dipertanyakan, termasuk hal penggunaan foto tim secara sah dan tanpa batas, kemudian pasal yang mengatur bahwa semua pemain dilarang untuk menjelek-jelekkan atau menentang ESFI di publik, yang mencakup juga bicara soal isi kontrak tersebut secara keseluruhan.
Meski kenyataan bahwa India masih tergolong negara yang belum terlalu berkembang pesat dalam bidang eSports, sehingga berimbas minimnya dukungan dana yang bisa diberikan pada atlet eSports dari negara tersebut, apalagi yang harus bertanding di skala internasional, tentunya isi kontrak yang diberikan oleh ESFI adalah bentuk pelanggaran serius. Sesuai pasal 88 ayat 2A, Olympic Council of Asia's Constitution & Rules (terakhir diperbaharui September 2017), menyatakan bahwa pihak penyelenggara (dalam hal ini, ESFI - red) harus membantu dalam hal perjalanan dan kebutuhan lainnya bagi tim yang mewakili mereka.
Sedih ya, ternyata tidak jauh dari tempat kita, para atlet eSports masih ada yang dapat perlakuan semena-mena gitu ya! Untungnya, sejauh ini dari hasil wawancara tim Esports.ID dengan sejumlah wakil timnas eSports Indonesia, mereka masih dilayani dengan baik oleh IeSPA, yang tentunya bekerjasama dengan INASGOC, sebagai penanggung jawab penyelenggaraan Asian Games 2018. Semoga tetap berlangsung lancar, dan ditunggu perjuangan wakil eSports Indonesia di ajang sesungguhnya bulan Agustus nanti!
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|