Dewa United menggelar satu acara yang cukup unik. Misi mereka untuk membuka peluang esports kepada siapapun terwujud dengan agenda turnamen khusus difabel. Memainkan game PUBGM mode solo, para teman-teman yang punya keterbatasan namun mimpi yang sama untuk jadi pro player diuji di ajang ini.
Penyelenggara menyediakan event khusus untuk gamer difabel dalam rangkaian 'Battle of Gods'. Mereka akan dipertandingkan dalam PUBG Mobile Mode Solo dengan 100 slot peserta. Pada akhirnya, gelar juara jatuh ke tangan Muhammad Rafi Sandi (Juara 1), Jarot Adrianto Putra (Juara 2) dan Andreas Deux Talitakum (Juara 3).
Tim Esports.ID berbincang bersama mereka saat press conference dibantu teman-teman dari KamiBijak mengenai dampak esports dalam hidup mereka, impian setelah jadi pemenang dan tim esports favorit.
Kami menghampiri Andeas atau Andre lebih dulu, pria asal Bali ini mengalami sedikit cacat fungsi pada pendengaran dan penglihatan di area sebelah kiri. Selain gemar bermain game, Andre membantu keluarga dengan usaha rumahan yang ia jalankan di sana.
"Saya dapet info dari temen tentang turnamen ini yang ikut juga turnamen PES di sini, dia nawarin ini loh ada solo difabel (turnamen) mau ga? Bisalah kamu coba dulu." ucap Andre menirukan ajakan temannya. Andre pun langsung bergegas mendaftar meski awalnya cuma coba-coba.
Andre sendiri sejatinya sudah mengikuti turnamen sejak 2017, ia bahkan sempat trial di tim IOG. Ketika menemui lawan sebanyak 100 orang, ia tak ambil pusing dan santai saja menganggap ini hanya bermain classic seperti biasa. Setelah merebut juara tiga, ia mengatakan bakal meneruskan usahanya menjadi pro player.
Beralih ke Putra, ia adalah player tunarungu yang merebut juara kedua di turnamen difabel Dewa United. Meski begitu, ini tak mengurangi minatnya memainkan PUBG Mobile yang dikenal butuh indera pendengaran dan penglihatan yang tajam.
Putra dibantu dengan penterjemah bahasa isyaratnya mengatakan sudah bermain PUBGM sejak 2015. Dia melihat banyak orang memainkan game tersebut, hingga muncul keinginan untuk bisa bermain juga.
Putra menyebut nama Ryzen dari Bigetron RA sebagai pemain paling ia kagumi. Bertemu dengan Ryzen adalah salah satu mimpinya. Ia tak berani membayangkan bisa bermain satu tim dengan Alien PUBGM berbakat tersebut, ia cuma ingin berfoto bersama bila suatu saat berjumpa.
Rafi yang jadi juara pertama mengalami kelumpuhan di bagian kaki. Harus memakai tongkat untuk mobilitasnya, ketika menyentuh map di PUBM, gerakannya lincah ta terkendali. Rafi ternyata punya pengalaman bermain cukup tinggi. Ia bahkan punya tim esports dan saat wawancara kemarin, timnya akan bermain untuk kualifikasi PMCO.
Meski begitu, ia mengatakan untuk menjadi atlet esports apalagi untuk difabel butuh usaha ekstra keras dibanding pemain normal. Selain mereka harus bermain dalam keterbatasan, usaha mereka juga lebih keras untuk meyakinkan tim dan pemain lain nantinya.
Untungnya, Rafi punya dukungan orangtua dibelakangnya sehingga ia bersemangat untuk mengejar cita-citanya menjadi atlet esports profesional. Ketiga pemain ini sangat mengidolakan Bigetron Esports karena prestasi dan skill pemainnya yang luar biasa. Semoga ada kesempatan nih buat Rafi, Putra dan Andre main bareng dengan teman-teman BTR RA.
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|