Pro dan Kontra Format Pro Circuit DOTA 2 Menurut SirActionSlacks

Billy Rifki
29/10/2017 14:27 WIB
Pro dan Kontra Format Pro Circuit DOTA 2 Menurut SirActionSlacks
dreamhack, redbull esports

Bagi yang cukup setia mengikuti scene DOTA 2 secara global pasti mengenal atau setidaknya familiar dengan sosok satu ini. Jake 'SirActionSlacks' Kanner adalah seorang figur yang awalnya berkarir sebagai Youtuber (dan player Team Fortress 2) dan kemudian mulai kepincut dengan game DOTA 2 sekitar tahun 2013. Profesinya kini lebih dikenal  sebagai salah satu host di banyak event DOTA 2, seperti The Summit, ESL, dan juga The International. Memiliki pembawaan yang unik dan agak nyeleneh membuat tiap segmen yang dia bawakan selalu menarik untuk ditonton.

Nah, belum lama ini, SirActionSlacks menyampaikan perspektifnya mengenai format baru turnamen DOTA 2 oleh Valve, yakni Pro Circuit. Pendapatnya sendiri memunculkan sisi negatif dan positif dari sistem baru ini, seakan bagai pedang bermata dua bagi tim eSports yang baru ingin atau sudah 'tercebur' dalam dunia professional gaming. 

Sebagai salah satu rekanan dari beberapa penyelenggara event DOTA 2 seperti Moonduck Studio, The Summit, dan DreamLeague, Slacks merasa perubahan format Pro Circuit tahun ini sangat membantu minat tim-tim besar untuk mau mengikuti turnamen-turnamen sampingan selain event utama (baik Major ataupun TI). Berdasarkan pengalamannya, banyak tim besar yang enggan berpartisipasi dalam turnamen berskala kecil (penyelenggaraan maupun hadiahnya) karena terlalu serius mempersiapkan diri untuk Major dan TI.

Berkat format Pro Circuit ini, Valve tidak hanya memberikan stabilitas kompetisi kepada pemain namun juga dukungan kepada penyelenggara pihak ketiga untuk memperbesar skala turnamen mereka. Dengan begitu, mereka bisa menarik lebih banyak penonton, meningkatkan jumlah tim top yang ikut serta, keberlanjutan kompetisi sepanjang musim yang tentunya berdampak pada keuntungan bagi semua pihak.

DreamLeague sebagai salah satu kompetisi yang digeluti oleh Slacks, berhasil menigkatkan reputasi mereka dengan menjadi salah satu rangkaian major di musim tahun ini. Sebenarnya, sudah beberapa tahun belakangan ini, DreamLeague telah rutin diselenggarakan namun penyelenggaraan yang kurang sempurna menyebabkan hilangnya antusiasme penggemar maupun tim pro untuk mengikutinya. Salah satu kendala yang paling mencolok bagi penyelenggara pihak ketiga adalah sulitnya mempersiapkan jadwal terbaik untuk bertanding, karena beberapa tim yang diundang seringkali mundur dan memilih untuk mengikuti turnamen yang lebih menghasilkan.

Sisi lainnya, Slacks juga percaya bahwa format Pro Circuit tahun ini hanya akan bersifat uji coba, dan Valve akan merombaknya kembali tahun depan. Intinya, format ini sekedar bahan percobaan dimana Valve melempar turnamen-turnamen resmi DOTA 2 kepada pihak ketiga, untuk kemudian dievaluasi dan dipilih penyelenggara mana yang sesuai untuk menjadi partner resmi Valve pada Pro Circuit musim selanjutnya. Penilaian berdasarkan apakah event tersebut berjalan baik, atau dapatkah menyediakan pengalaman yang baik bagi penonton maupun pemain, otomatis menjadi hal-hal yang akan dipertimbangkan.

Salah satu eksperimen yang dilakukan Valve terjadi pada The International 7. Dibandingkan event TI sebelumnya, dimana Valve menyediakan panelis-panelis untuk memprediksi pertandingan sebelum dan sesudahnya, maka tahun ini mereka membiarkan pemain pro yang saat itu sedang mengikuti acara untuk nyambi sebagai panelis. Hal ini cukup menarik bagi penonton untuk dapat melihat kedalaman pengetahuan pro player tersebut dalam menganalisa suatu pertandingan. Terbukti cukup sukses bila menilai dari reaksi sejumlah media seperti misalnya via Twitch.

Terlebih lagi, Slacks melihat adanya kontradiksi pada sistem Pro Circuit, yang notabene memberi nilai lebih bagi tim-tim pro papan atas. Secara bisnis, Slacks mengatakan inilah era 'gold rush' di scene DOTA 2. Tapi sayangnya bagi tim menengah apalagi amatir, sistem ini tidak akan berhasil karena level persaingan yang tidak seimbang. Di atas kertas, tidak mungkin tim-tim menengah maupun amatir mampu mengikuti salah satu dari event ini, melalui proses kualifikasi panjang (50 sampai 60 pertandingan kurang dari seminggu), lalu berhadapan dengan tim-tim papan atas yang juga berjuang lewat kualifikasi. Rasanya sangat sulit tim-tim menengah mampu bersaing dalam format Pro Circuit.

Slacks kembali menegaskan dengan intensnya kompetisi dalam format Pro Circuit (dalam rentang waktu 1-2 minggu, bisa ada dua turnamen baik Major atau Minor), maka tidak akan banyak mengubah peta kekuatan dari tim-tim yang sudah mapan, atau secara drastis bakal meningkatkan kualitas turnamen menjadi lebih baik. Apalagi masih menggunakan patch yang sama, melawan tim itu-itu saja dari turnamen sebelumnya, maka sangat mungkin mendorong munculnya rasa bosan dan hal monoton dalam perkembangan DOTA 2 sekaligus menurunkan minat pemain ataupun penonton.

Sebenarnya masih banyak uneg-uneg berbau kontroversi dari Jake 'SirActionSlacks' Kanner mengenai DOTA 2, termasuk pengakuannya bahwa League of Legends lebih baik dari DOTA 2. Bagaimana menurut kamu? Sudah penasaran ingin tahu lebih banyak lagi? Tunggu kelanjutannya ya, hanya di eSports.id!

Upcoming Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Ongoing Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Video Pilihan
Solo MMR
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
Team MMR
1 Team Falcons 1743
2 Xtreme Gaming 1568
3 BetBoom Team 1521
4 Team Liquid 1521
5 CyberBonch-1 1520
6 Gaimin Gladiators 1489
7 Tundra Esports 1480
8 Azure Ray 1465
9 VGJ Storm 1450
10 OG 1441