Esports

RRQ Bubar! Faktor Regenerasi atau Minim Prestasi?

Billy Rifki
25/04/2019 16:49 WIB
RRQ Bubar! Faktor Regenerasi atau Minim Prestasi?
rrq instagram

Kabar menyedihkan melanda dunia per-DOTA-an Indonesia. Salah satu tim senior bahkan pelopor tim DOTA 2 di Indonesia ini umumkan pembubaran divisi DOTA 2 mereka via Instagram resmi RRQ.

Skuad terakhir RRQ yang beranggotakan Rusman "RusmaN" Hadi, Yusuf "Yabyoo" Kurniawan, Rivaldi "r7" Fatah, dan Adi "Acil" Syofian telah bersama kurang lebih satu tahun dengan beberapa punggawa pelengkap yang silih-berganti. Hanya Yabyoo yang setia membela RRQ sejak tahun 2015.

Kenapa Bubar?

Adapun dugaan terkait pembubaran divisi ini dikarenakan minimnya prestasi terutama di musim kompetisi 2017-2018 dan 2018-2019. Tercatat hingar-bingar kesuksesan RRQ terpintas ketika mereka mewakili Indonesia dalam ajang Pro Circuit DOTA 2 (GESC - red) pertama kali yang diselenggarakan di tanah air pada Maret tahun lalu.

Sejatinya sih, RRQ ngga nihil-nihil amat soal prestasi. Mereka masih mencatatkan namanya sebagai tim papan atas dengan ambil bagian di beberapa turnamen berskala nasional seperti IESPL dan ESL National Championship. Namun tentu, gengsi dari 'Sang Raja' tercoreng kalau cuma jadi pelengkap empat besar.

Bila berandai-andai, tentu saja inginnya RRQ bisa mendominasi kembali ajang DOTA 2 seperti sedia kala. Namun tahun ini, suka tidak suka adalah masanya BOOM ID. Lalu apakah yang membedakan BOOM ID dan RRQ? Apa karena tim hungrybeast lebih sering juara, maka pemain mereka lebih berkualitas? Atau karena BOOM ID diisi oleh pemain-pemain muda?

Faktor Regenerasi?

Berdasarkan penglihatan orang awam, umur 20-an tentu masih muda. Namun di dunia gim kompetitif, khususnya DOTA 2, menginjak kepala dua menandakan masa keemasan seorang pemain. Semakin bertambah umur, berangsur-angsur motivasi dan kesigapan motorik akan mengendur. Tak perlu jenjang 5-10 tahun, di angka 23 tahun pun sudah banyak pemain pro yang mundur dari ketatnya kompetisi DOTA 2 papan atas.

Ambil contoh Henrik Ahnberg alias Admiral Bulldog. Dia peraih The International ketiga di tahun 2013 dan digadang-gadang sebagai offlaner terbaik di masanya. Itu ketika dirinya masih berumur 22 tahun. Setelah sempat non-aktif kira-kira setahun lamanya, dia tak lagi mampu capai performa terbaiknya ketika putuskan turun gunung berkompetisi, sampai akhirnya beralih jadi full time streamer.

Pemain tertua di RRQ adalah Yabyoo (23 tahun), masih dianggap sebagai salah satu midlaner terbaik Indonesia. Untuk kelas Indonesia, Yabyoo lebih dari sekedar mampu mengangkat RRQ di papan atas. Lalu bagaimana pemain lainnya? Secara umum, umur mereka di bawah Yabyoo, yang artinya RRQ tidak diisi pemain uzur. Menganggap umur sebagai penyebab kegagalan RRQ rasanya kurang tepat. Tokh, rata-rata pemain RRQ dan BOOM ID kurang lebih sama, hanya beda setahun atau dua tahun saja.

RRQ memang kurang berinvestasi kepada pemain-pemain super-muda. Ini menyangkut resiko bisnis yang harus diperhitungkan. BOOM ID bergerak cepat dengan mengamankan daun muda Mikoto dan Fbz sebagai penerus estafet kejayaan hungrybeast, termasuk langkah dari PG.Barrack yang memilih untuk membuka akademi bagi bakat-bakat muda.

Tapi namanya untuk masa depan, resiko 'mundur gigi' adalah sesuatu yang harus ditempuh sebelum melesat lebih jauh. BOOM ID sempat kendur di musim ini dan tersalip oleh EVOS selepas kepergian anak emas Inyourdream. PG.Barracx terus menemukan jatah ke event luar negeri dengan latihan keras dan membuka kesempatan bagi juniornya tampil di tim utama. Resiko itu tampaknya yang tak ingin diambil oleh manajemen DOTA 2 RRQ. Lambat beradaptasi pada akhirnya divisi DOTA 2 mereka ketularan stagnansi.

Terlalu Nyaman Bertatus 'Raja'

Semua pemain MOBA, khususnya DOTA 2 pasti tahu soal adaptasi terhadap meta permainan. Dinamika meta mengharuskan pemain untuk menyetel gaya mereka sesuai dengan skema terbaik di tiap update. Anak-anak RRQ tentunya tak berhenti main DOTA 2 guna memahami meta permainan terkini, namun meta juga menyentuh ke tingkat kompetisi.

Semua tim beradaptasi dengan keadaan. BOOM ID lagi-lagi jadi contoh, ingat bagaimana gamangnya fans hungrybeast ketika mereka melepas numbawan SEA Inyourdream dan mendatangkan Fbz, kemudian Mikoto. Perubahan ini adalah buah rasa frustasi terus-menerus gagal di region SEA. Kini, BOOM ID sudah tiga kali beruntun tembus ke event Pro Circuit. Walau belum juara tapi mereka sedang naik kelas.

PG BarracX contoh adaptasi alternatif, di mana mereka menukar-nukar posisi nyaman pemain demi improvisasi dan fleksibilitas tim. Azur4 yang dikenal sebagai carry diplot menjadi mid. Ramz yang kini sudah hengkang juga sempat menjadi support padahal role idamannya adalah midlane. Hal-hal ini yang membuat PG.BarracX tak terduga dan sangat variatif dalam drafting sehingga kerap jadi penjungkal tim besar.

Sementara itu, RRQ sangat terduga oleh lawan. Sampai saat ini, kita masih hafal dengan Warlock, Tinker, atau Outworld Devourer yang jadi andalan RRQ dari tahun ke tahun. Hampir tak ada kejutan strategi yang RRQ ungkapkan di tiap pertandingan mereka selama satu musim ke belakang, pun halnya dengan gaya bermain.

Ya, seperti gambaran raja yang enggan beranjak dari singgasana nyaman. Acuh dengan realita bahwa kerajaan lain telah meninggalkan mereka sampai terlambat menyadari kalau kekuasaan itu telah runtuh. Mungkin bisa jadi berkembang lebih parah manakala pemangkasan divisi tak cuma DOTA 2 karena skuad CS:GO mereka juga dipastikan bubar lebih dulu.

Tenang, RRQ Akan Kembali!

Masa? Ya tentu! RRQ lahir dari DOTA 2 dan pastinya selalu membuka pintu untuk kemungkinan berkiprah di DOTA 2, asal peluang menjanjikan. Bukan hal aneh bagi tim esports membuka-tutup divisi. Semua hanya bagian dari bisnis dan pembubaran RRQ tak kurang dari keputusan bisnis yang harus diambil demi kebaikan kedua belah pihak, baik organisasi maupun pemain.

Memang kompetisi DOTA 2 tak semeriah dulu, khususnya soal jumlah. Tiap tim harus saling bunuh demi melanjutkan roda ekonomi karena intensitas turnamen mulai kehitung jari. Ada pasang surut dalam berprestasi. Musim ini mungkin bukan periodenya sang raja, namun usai pembenahan RRQ akan tampil mengagumkan.

Mari menanti kembalinya 'sang raja' sembari menggaungkan panji, VIVA RRQ!!!

Upcoming Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Ongoing Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Video Pilihan
Solo MMR
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
Team MMR
1 PARIVISION 1584
2 BetBoom Team 1564
3 CyberBonch-1 1520
4 Team Liquid 1514
5 Team Falcons 1511
6 Tundra Esports 1507
7 Cloud9 1497
8 Aurora.1xBet 1455
9 VGJ Storm 1450
10 Team Spirit 1434