Masalah kerap merudung dinamika eSports dunia, mulai dari permasalahan yang menyangkut banyak pihak seperti ketika turnamen berlangsung, ataupun pada badan eSports suatu negara. Namun, kadang dan tidak jarang pula permasalahan terjadi secara internal dalam tim, atau antara player dan timnya, serta sebaliknya. Sebagaimana yang terjadi baru-baru ini di Jepang pada salah satu tim League of Legends, Pentagram.
Pada tanggal 5 Januari kemarin, Japan LoL League (LJL) membuat pengumuman berisi hukuman yang dijatuhkan kepada Pentagram, dan anggota pengurusnya, yakni Nakamura Hiroki dan Fujita Takuya akibat perlakuan mereka terhadap dua anggota timnya, Jeon ‘Dara’ Jung-hoon dan Lee ‘Tussel’ Moon-yong.
Bentuk penalti yang diberikan oleh LJL kepada Pentagram adalah otomatis forfeit atau mundur dari setiap game hingga minggu kelima yang seharusnya adalah menjadi ronde pertama untuk Spring Split 2018. Baik Nakamura maupun Fujita terkena penalti yang tidak memperbolehkan mereka mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Riot Games, serta melarang mereka untuk mempengaruhi tim dalam musim kompetisi berjalan, dengan cara apapun. Sedangkan teguran secara verbal diberikan kepada Dara dan Tussel.
Tindakan ini terjadi karena pada bulan Desember 2017 kemarin, Fujita menahan kartu kependudukan dan melakukan banyak hal lainnya agar Dara tidak dapat berpindah ke tim lain, atau menahannya dengan berbagai cara. Hal yang sama juga dilakukan kepada Tussel, sehingga kini keduanya malah melanggar hukum di Jepang. Nakamura Hiroki, selaku pemilik tim Pentagram, menyangkal keterlibatan Fujita dalam tindakan tersebut, bahkan turut membelanya.
Setelah LJL memberikan pengumuman penalti terhadap Pentagram, tim ini langsung membuat permintaan maaf, yang menyebutkan, “Penalti yang dijatuhkan oleh Riot Games sangatlah berat, namun kami akan menerimanya dengan serius dan mencegah hal serupa untuk terjadi ke depannya.” Pentagram melanjutkan bahwa situasi yang dialami mereka terkait tuduhan ancaman kepada Dara dan Tussel adalah communication error. Pentagram menahan kartu kependudukan milik Dara untuk sementara menunggu kabar dari kantor imigrasi. Sedangkan untuk Tussel, mereka menjelaskan tidak memiliki kartu kependudukan miliknya sama sekali.
Dara selanjutnya membuat pula konfirmasi dan mengatakan bahwa Pentagram tidak sekedar sementara mengambil kartu mereka, di mana Fujita pernah mengatakan bahwa jika mereka tidak meninggalkan kartunya di tim, maka mereka tidak dapat meninggalkan tim. Kemudian Fujita juga menyebut bahwa kartu kependudukan tersebut merupakan milik (property) dari tim. Jadi, kira-kira pihak mana yang benar atau mengatakan secara jujur ya? Dan apakah hukuman dari LJL sudah cukup berat kepada Pentagram?
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|