Esports

Pudarnya Gelar 'Worlds Best Midlaner', Akhir Kejayaan Faker?

Rendy Lim
03/08/2018 14:37 WIB
Pudarnya Gelar 'Worlds Best Midlaner', Akhir Kejayaan Faker?
Lee "Faker" Sang-hyeok

Siapa fans League of Legends yang tidak kenal dengan Lee "Faker" Sang-hyeok? Midlaner yang bermain di tim SK Telecom T1 ini menarik perhatian dunia LOL dengan performanya yang sangat fantastis. Namun layaknya roda kehidupan, manusia pasti mengalami naik dan turun, tidak terkecuali Faker. Beban dan tekanan dari para fans dan tim ketika dirinya menunjukkan performa buruk seakan membuatnya menjadi titik tumpu kesalahan tersebut.

Melihat bagaimana perjuangan Faker untuk tetap tegar menghadapi beragam masalah tersebut dan fokus pada mimpi-mimpinya, Inven Global menulis sejarah tentang Faker dari mulai awal debut serta kemerosotan yang terjadi pada dirinya selama karir. Mampukah Faker kembali bangkit?

Saat ini LCK 2018 Summer Split Round 2 sedang berlangsung dan SK Telecom T1 berhasil mengumpulkan lima kemenangan hingga sekarang. Dibandingkan dengan hasil mereka di ronde pertama, peningkatan yang tiba-tiba ini sangat tidak diprediksi. Performanya saat ini meningkatkan kemungkinan SKT untuk lolos ke Summer Playoffs. SKT Bang sendiri mengatakan bahwa besar kesempatan untuk timnya lolos ke babak selanjutnya. 

Peningkatan yang tiba-tiba dari SKT ini menimbulkan banyak perkiraan dan analisis kenapa dan bagaimana hal ini bisa terjadi. Fans Korea, pada umumnya, mengaitkan hal ini dengan absennya Faker dari tim. Ironisnya, SKT memang menanjak naik sejak Pirean menggantikan posisi midlaner Faker, dan pemain lainnya dalam tim juga menujukkan performa yang lebih baik dari sebelumnya. 

Dengan Faker yang berada di posisi bench saat ini, banyak fans khawatir apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa asumsi mengatakan bahwa Faker menerima tawaran untuk bermain di tim luar, lainnya percaya bahwa Faker bisa menghadapi masa sulit ini dan kembali bangkit ke performa biasanya.

Tidak sedikit juga yang berpendapat bahwa kemerosotan Faker adalah alasan utama kenapa SKT menurun. Berbicara fakta, performa SKT memang sedang tidak baik, terlihat pada Spring kemarin, Faker tidak dapat mengimbangi lawan lane nya seperti biasanya, dan recall cerobohnya berdampak pada beberapa kekalahan SKT. Pengganti Faker, Pirean saat ini menujukkan performanya yang berada diluar ekspektasi dan sepertinya melihat hal tersebut, Faker masih akan tetap berada di bench. 

Season ini bukanlah pertama kalinya Faker mengalami kemerosotan. Sejak debutnya pada tahun 2013 dengan enam tahun berada di scene professional, bahkan ketika menyandang title "Worlds best midlaner', Faker juga mengalami naik turun seperti player lainnya. Mampukah Faker kembali naik ke puncak performanya? Yuk kita simak perjalanan sang legenda League of Legends ini

Kemerosotan pertama Faker terjadi tepat setahun setelah debutnya. Pada tahun 2013 ketika dirinya pertama kali bermain, Faker berhasil memenangkan kejuaraan HOT6 Champions Summer 2013 dan pada tahun yang sama dirinya menyandang title Worlds best midlaner dengan kemenangannya dalam World Championship. Namun pada tahun 2014, dengan keunggulan Samsung, Faker mulai menunjukkan ketidakstabilannya. 

Pada tahun 2014, SKT T1 bertemu dengan Samsung pada saat-saat yang penting. Saat babak quarterfinals di Spring playoffs, SKT kalah melawan Samsung Ozone. Pada saat itu, semua anggota tim tampak bermain dengan tidak baik, hanya permainan Faker yang dapat memenuhi ekspektasi tim saat ini. 

Namun pada kualifikasi World Championship 2014, permainan Faker berakibat fatal pada SKT. Ini adalah saat pertama Faker menerima caci-maki sejak pertama kali debutnya. SKT yang bertanding melawan Samsung White saat itu dalam perebutan posisi 2 dan 3, Faker terkena first blood dalam tiga game berturut-turut, serta terkena solo kill oleh Pawn sebanyak empat kali. Kekalahannya dalam  match ini membuat Faker tidak lolos ke World Championship untuk pertama kalinya dalam karirnya. 

Sulit untuk menyalahkan kekalahan SKT pada tahun 2014 adalah akibat Faker. Kemenangan SKT pada World Championship tahun sebelumnya juga disertai dengan performa yang kurang maksimal dari tim nya. Tentu ini juga berdampak pada permainan Faker, serta kemunculan pemain seperti Pawn berhasil memberikan fans persepsi berbeda tetang Faker yang secara tidak langsung menurunkan imagenya dalam scene kompetitif League of Legends

Spring 2015 juga menjadi saat yang berat bagi Faker. Perubahan roster dalam SKT membuat dirinya harus berganti playtime bersama Easyhoon. Saat itu, Faker dipandang sebagai pedang bermata dua, mampu membawa tim menuju kemenangan saat dirinya bagus, namun kadang tidak stabil ketika dirinya tertinggal. Hal ini tampak sangat jelas ketika permainan SKT ketika melawan GE Tigers

Melawan GE Tigers, Faker mendapatkan signature picknya, LeBlanc. dengan champion tersebut, Faker berhasil membuat Morgana GorillA dari 100 ke 0 hanya dengan satu combo. Selain itu, Kalista dari PraY juga tidak luput dari serangan Faker meski berlindung dibelakang dua Nexus tower. 

Sayangnya pada game ketiga dalam series tersebut, Azir milik Faker berkontribusi besar dalam kekalahan SKT. Hingga pada Final 2015 LCK Spring Split, Easyhood bermain menggantikan Faker. Sebagai player yang menyandang gelar best midlaner in the world, hal ini tentu mengejutkan Faker. Meskipun mendapatkan kemenangan, Faker memiliki banyak penyesalan. 



Rift Rivals 2017 adalah saat dimana Faker mendapatkan sindirian langsung dari pada fansnya. Saat itu Faker dengan percaya diri mengatkan bahwa tidak ada region yang bisa menandingi LCK. Namun pada final turnamen tersebut, Faker mati karena terlalu memaksa ingin menguasai jungle lawan. 

Permainan yang ditunjukkan oleh Faker mengagetkan fansnya. Berusaha untuk menekan jungle lawan meskipun masih di level 1, Faker harus mengalami tekanan yang sangat berat, ditambah dengan midlane yang menjadi prioritas utama dari lawan, SKT harus kalah. 

Setelah kepulangan mereka dari Rift Rivals, Faker dan timnya mengalami lose streak dengan empat kekalahan dan pertandingan melawan Afreeca Freecs menunjukkan Penurunan performa dari Faker yang sangat berbeda. Berhadapan dengan Kuro, pemain yang selalu tampak satu langkah di depan, Faker harus terpukul mundur dalam lane nya dan saat team fight. 

Pada Spring Split 2018, Faker jatuh dalam kemerosotan yang berlangsung hingga saat ini. Banyak yang mengatakan bahwa 2018 adalah tahun terberat bagi Faker. Tidak seperti Faker yang sebelumnya bisa memberikan dominasi atau imbang dengan lawan lane nya, Faker yang kali ini telah gagal memberikan performa maksimalnya dalam split. Bahkan saat teamfights, Faker tampak tidak bisa bekerjasama dengan timnya. 

Kritik terbesar yang diterima oleh Faker adalah recall nya yang tidak melihat situasi. Dalam Spring Split tahun ini, Faker telah mati lebih dari 7 kali akibat recall yang dilakukan olehnya di tempat yang berbahaya, dan tidak sedikit kekalahan untuk SKT menjadi akibat dari kecorobohan Faker

Berikut adalah contoh beberapa kematian yang diakibatkan oleh kesalahan recall Faker: 
▣ Ketika 90 menit match melawan JAG: mati karen UmTi's Kha'Zix. 
▣ Masih pada match yang sama dengan JAG: mati karena redemption saat recall.
▣ Saat melawan AF: channeled recall di depan tower midlane lawan, terkena solo kill Kuro.
▣ Saat melawan KT: channeled dekat tower musuh, mati karena Score dan Pawn.
▣ Saat melawan KDM: akibat recall sebelum waktunya.
▣ Saat melawan AF di round kedua: ingin recall di river, namun mati.

Pada 2018 LCK Summer Split, Faker digantikan oleh Pirean, dia tidak terlihat bermain untuk lima game dan mungkin akan bertambah jumlahnya. performa Pirean diluar ekspektasi dan dapat menunjukkan sinergi dengan Blank, jungle dari SKT. Kemerosotan Faker kali ini tampaknya berbeda dengan yang dialaminya pada masa lalu. Dahulu dirinya yang selalu mengangkat tim, namun sekarang menjadi target yang disalahkan untuk penurunan SKT.

Banyak yang khawair ini adalah momen kritis dalam karir Faker. Ini pertama kalinya Faker berada di bench untuk lima game berturut-turut. Namun dengan posisi Faker yang saat ini berada di urutan kedua dalam solo queue leader, sepertinya akan lebih pas jika diasumsikan Faker memiliki isu dengan sinergi tim dibandingkan dengan performa individu. 

Kemerosotan adalah tamu tak diundang yang secara berkala akan datang mengetuk pintu setiap pemain, dan dari semua pemain professional, tidak ada satu orang pun yang belum pernah didatangi tamu tersebut. Namun, mereka yang berhasil lolos dari kemerosotan tersebut biasanya akan mendapatkan prestasi yang lebih baik sebagai hasilnya. 

Faker juga berhasil semakin kuat seiring waktu. Setelah kalah untuk masuk kualifikasi ke World Championship 2014 dan gagal menuju Spring Finals 2015, Faker muncul sebagai pribadi yang lebih baik dan berkontribusi besar dalam kemenangan timnya saat World Championship 2015

Pada tahun 2017 setelah kesalahannya di Rift Rivals, Faker sekali lagi kembali lebih kuat dan berperan besar saat SKT berada di World Championship tahun lalu. Bersama dengan Galio nya, Faker mengangkat performa timnya. Meskipun demikian, sayangnya SKT kalah dalam pertandingan final melawan Samsung tersebut dan banyak fans yang terkejut dan tergerak karena tangisan dari Faker kala itu. 



Tidak bisa dipungkiri, kemerosotan Faker tahun ini adalah yang terburuk, namun banyak fans percaya bahwa dia akan melewati semua ini dan kembali berada di puncak seperti yang selalu dilakukannya. Semoga Faker bisa melewati permasalahan ini dan sekali lagi membuktikan bahwa dia memang yang terbaik di dunia. 

"Banyak orang dari seluruh dunia menatap dan memperhatikan saya, membicarakan tentang permainan ku apakah baik atau buruk. Namun pada kenyataannya, aku tidak peduli tentang tekanan yand datang perhatian, saya tidak bermain untuk memberikan impresi kepada siapapun, saya bermain untuk memuaskan diri saya sendiri. 

Sebagai orang yang sangat kompetiif, saya ingin mengambil balik title 'world's best player'. Sangat tidak enak ketika saya merasa tertinggal, jadi itu adalah title yang harus saya dapatkan kembali bagaimanapun caranya. Saya harus meraih puncak sekali lagi untuk merasa puas karena di sanalah saya berada seharusnya. Saya hanya akan merasa lega ketika saya kembali mendapatkan title tersebut."

- Faker saat interview pada League of Legends World Championship 2015.