Blizzard Rilis Aturan Baku, Kode Etik eSports Populer!

Rendy Lim
23/02/2018 14:14 WIB
Blizzard Rilis Aturan Baku, Kode Etik eSports Populer!
Google Images

Penasaran apa dasar hukuman atau denda yang diberikan oleh Blizzard kepada para pemain Overwatch League akhir-akhir ini? Aturan yang melandasi denda sebesar US$1.000 untuk Profit, serta US$2.000 plus larangan tampil selama 4 game terhadap xQc yang menyinggung unsur homophobic merupakan implikasi peraturan resmi dibuat oleh Blizzard, dan dituangkan melalui Overwatch League Official Rules.

Hadirkan ragam pertandingan yang disiarkan secara global serta mendapatkan banyak investor dari sejumlah perusahaan besar membuat Overwatch League sebagai salah satu kompetisi eSports profesional yang sangat megah dan akbar. Oleh karena itu, peraturan yang ada haruslah jelas serta dapat dipertanggungjawabkan.

Menjawab pertanyaan fans tentang aturan tersebut, kemarin (22/2) pihak Blizzard merilis aturan baku yang merupakan code of conduct yang harus dipatuhi baik oleh para pemain, team manager, maupun para pemilik. Keberadaan peraturan ini diupayakan agar menjaga integritas para pemain, menjadi image, dan reputasi dari league, pemain, tim, serta owner, sekaligus menghadirkan lingkungan permainan yang bebas dari pelecehan ataupun diskriminasi.

Dari banyaknya aturan yang dituliskan oleh Blizzard, berikut beberapa aturan yang paling penting untuk dijunjung oleh setiap partisipan di OWL. Mulai dari menjaga integritas diri dan permainan yang sportif, kemudian bermain dengan kemampuan maksimal mereka sepanjang pertandingan untuk menghindari match yang terkesan bermain-main. Mereka juga diharapkan tidak terlibat dalam akifitas atau praktik yang akan mengantarkan ke scandal public.

Peraturan tentang tidak boleh adanya bentuk apapun dari pelecahan dan diskriminasi adalah alasan pemain Dallas Fuel xQc terkena suspend dan pinalti pada pengujung stage pertama kemarin. Pemain juga tidak diperbolehkan untuk memasang taruhan untuk games, match dan turnamen dalam Overwatch. Serta dihimbau untuk tidak memberikan informasi palsu dan belum jelas kepastiannya. Yang terakhir, para pemain tidak boleh menggunakan atau memanfaatkan bug yang dapat merusak permainan di Overwatch.

Bagi mereka yang melanggar aturan tersebut akan mendapatkan sanksi yang beragam mulai dari formal dan informal warning, pinalti, suspensi, hingga permanen banned.

Tidak hanya di Overwatch League, turnamen-turnamen eSports besar lainnya seperti CS:GO, Dota2 dan League of Legends ternyata juga memiliki code of conduct yang mengatur tata perilaku para pemainnya agar menunjukkan gaya pemain professional dan beretika. Yuk, kita simak beberapa pelanggaran atas Code of Conduct yang dilakukan oleh player-player dari game eSports terkenal berikut:

Summoner’s Code

Di League of Legends, terdapat 9 peraturan penting yang dikenal dengan Summoner’s Code. Dimulai dari ajakan dari Riot Games untuk selalu memberikan support dan membantu team mates kalian ketika bermain serta tetap menjaga lingkungan permainan yang kondusif dengan tidak toxic saat match dan komunikasi aktif dengan team. Hingga yang terakhir yang tampak paling penting adalah ‘memimpin dengan contoh’. Hal ini mengajarkan para pemain LOL untuk bertindak dan berperilaku layaknya seorang professional gamer.

Beberapa bulan lalu, salah satu player LongZhu Gaming, Khan mendapatkan pinalti dari Riot Gaming akibat dari perkataan rasisnya yakni ‘4 Chinese can’t win’. Menyadari kesalahannya, Khan langsung meminta maaf dengan membuat video serta memotong habis rambutnya sebagai bentu penyesalan. Selain itu, Riot juga menjatuhkan hukuman kepada Khan berupa denda sebesar US$920 dan suspensi 1 game.

CS:GO ESL Professional Code of Conduct

Salah satu penyelenggara turnamen besar ESL, membuat peraturan bagi para peserta turnamen CS:GO yang berisi hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh player sebagai seorang professional gamer. Mulai dari menjadi integritas, memperlakukan orang lain selayaknya diri sendiri ingin diperlakukan, respect kepada anggota tim, lawan, hingga staff, hingga percaya diri untuk berdiri pada tindakan yang benar.

Hal lainnya yang ditekankan juga pada perlakuan kasar dan intimidasi dalam bentuk apapun. Baik verbal maupun online yang menyinggung tentang sex, gender, orientasi seksual, ras, kekurangan fisik, umur dan agama. Tindakan stalking, spamming, hijacking, hingga candaan yang berbau sexual, baik dilakukan secara personal atupun memprovokasi orang lain untuk melakukannya.

Dalam ranah professional CS:GO, salah satu skandal besar yang terjadi pada tahun 2017 adalah kasus Vito ‘kNg’ Giuseppe yang memberikan ancaman membunuh kepada CLG in-game leader Pujan ‘FNS’ Mehta di twitter setelah mereke di forfeit, mengakibatkan kekalahan Immortals pada Dreamhack Montreal event. Selanjutnya, Vito dikeluarkan dari timnya saat itu Immortals karna dianggap melakukan tindakan yang tidak mencerminkan dirinya sebagai pemain professional.

Dota2 Professional Code of Conduct:

Secara general Code of Conduct yang dirilis oleh ESL untuk Dota2 hampir sama dengan CS:GO. Menjunjung tinggi etika dan moral, tidak hanya dari para pemain, namun juga staff serta para team owner dari tim tersebut. Sayangnya tidak sedikit tim ataupun player secara individu yang menunjukkan sikap tidak professionalnya saat sedang mengikuti turnamen.

Salah satu tindakan curang tersebut terjadi pada open qualifiers Shanghai Major yang diselenggarakan oleh Face it. Tim Indonesia yang berpartisipasi dalam turnamen tersebut Rise.cat saat pertandingan melawan Team Elundes dari India melakukan tindakan tidak terpuji dengan aksi unpause ketika para pemain Elundes mengalami disconnect.

Pihak penyelenggara Face it secara langsung menanggapi hal tersebut dengan mendiskualifikasi Rise.cat dari turnamen tersebut, namun tim Indonesia itu masih bisa mengikuti babak kualifikasi kedua.

Bagaimana dengan Indonesia?

Esports di Indonesia sudah berlangsung cukup lama dengan cukup banyak tim-tim professional yang lahir serta mampun mencetak prestasi pada turnamen nasional maupun internasional, tentu menjadi suatu hal yang membanggakan bagi kita. Namun sayangnya, bagaimana tindakan yang diberikan kepada player ataupun tim dan manajemen yang ketahuan berbuat tidak ‘professional’ dalam turnamen eSports?

Tampaknya beberapa masalah dalam ranah eSports yang terjadi di Indonesia hanya menjadi diskusi belakan yang ramai dibicarakan untuk sesaat, namun perlahan pudar seiring berjalannya hari tanpa ada konklusi yang pasti. Seperitnya di Indonesia, kita juga perlu membuat peraturan serta hukuman dan denda yang tegas diberikan kepada tim atau player yang melanggar untuk tetap menjaga lingkungan eSports di Indonesia tetap kompetitif. Apakah kalian setuju sobat eSports?