Peter Beuth adalah seorang politisi asal Jerman yang juga menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri dan Olahraga di negara bagian Hesse. Dalam suatu konferensi pers, akhir November lalu, beliau menyampaikan secara terang-terangan kepada publik terkait penolakannya atas istilah esports, dan dirinya mengusulkan untuk dihapus saja!
"Esports itu tidak ada kaitannya dengan olahraga, kita harus menghapus istilah tersebut," tukas Beuth, dalam pembahasan esports di Gymnastics & Sports Congress di Darmstadt. "Saya masih tidak mengerti bagaimana menggerakkan ibu jari dan telunjukmu bisa disebut sebagai bagian dari olahraga, bahkan jika ada yang bergerak di layar sekalipun."
Entah ini sekedar gagal paham atau memang sudah salah kaprah sejak awal akibat apriori berlebihan terhadap dunia game yang kian mengkristal begitu esports terus mendunia. Tapi pernyataan sekeras ini di hadapan publik agak konyol, bukan begitu Sobat Esports?
Menurut pemberitaan di Spiel Times, alasan utama Peter Beuth berkomentar pedas tentang esports adalah semata merespon upaya koalisi sejumlah partai di Jerman yang menghendaki adanya badan perserikatan atau asosiasi esports di negara berbentuk federasi tersebut. Asosiasi ini akan mewadahi para atlet dan tim esports, sekaligus menerima perlindungan serta benefit yang berdasarkan undang-undang berlaku di Jerman.
Namun, ide tersebut malah ditolak mentah-mentah oleh Beuth, yang bahkan menyebut rencana asosiasi itu sebagai suatu 'bencana'. Dirinya pun menjelaskan bahwa alasan utama penolakannya adalah karena semua turnamen game atau esports itu tidak dijalankan sesuai nilai-nilai baku sebagaimana olahraga tradisional, melainkan hanya 'titipan perusahaan' (sponsor dan pihak penyelenggara - red).
Untungnya, penolakan ini pun tidak lantas memunculkan kekhawatiran berarti di kalangan penggiat esports di Jerman, ataupun secara global. Karena beberapa pihak masih memberikan dukungan atas penyatuan organisasi yang akan menaungi baik esports maupun olahraga secara bersama-sama.
"Kita harus melihat esports itu sebagai bagian dari proses digitalisasi yang berkembang di masyarakat luas, dan baru mulai pula masuk ke dunia olahraga," ujar Ralf-Rainer Klatt, Vice Principal of Landessportbund Hessen, induk organisasi tim olahraga di Hesse, yang menangkis tudingan Beuth terhadap esports. "Ambil contoh, seorang pemuda datang ke kami dan dia bilang suka esports lalu ingin bermain secara tim, maka hal itu berbeda ketimbang pemuda itu bermain game sendiri di depan konsol atau PC miliknya."
Intinya sih, esports bukan sekedar game, jadi jangan antipati lebih dahulu sebelum memahami makna dari keduanya. Bila mengacu pada definisi etimologi saja, esports sudah layak masuk cabang olahraga sebagai kegiatan yang melibatkan gerakan fisik dan juga skill untuk saling bersaing atau jalani kompetisi secara individu maupun tim, sekaligus sarana hiburan bagi para penikmatnya.
Di Jerman sendiri, pada hakekatnya sudah banyak organisasi dalam negeri mereka yang jadi sponsor atau penyokong utama sejumlah event esports. Bahkan skala global melalui gelaran Electronic Sports League (ESL), yang menjadi penyelenggara event olahraga elektronik terbesar serta tertua di dunia, malahan berbasis di kota Koln. ESL telah mencakup banyak titel game untuk dilombakan, seperti DOTA 2 dan Counter-Strike: Global Offensive.
Kok, aneh ya ada orang berpendidikan tinggi dan punya jabatan penting di suatu negara bisa memiliki pemikiran seperti di atas ya! Bagaimana menurutmu, Sobat Esports?
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|
1