Terbukti! Main Gim Bantu Atasi Problema Dunia Kerja

Billy Rifki
22/01/2019 14:43 WIB
Terbukti! Main Gim Bantu Atasi Problema Dunia Kerja
venturebeat

Bukan zamannya lagi untuk menganggap bahwa aktivitas bermain gim itu buang-buang waktu, bahkan sampai berasumsi gim itu bikin bodoh adik-adik pelajar! Salah besar, karena hasil studi terbaru membuktikan main gim itu meningkatkan kemampuan kognitif, social skills, bahkan membantu siswa atasi problema dunia kerja.

Merebaknya industri dan potensi bisnis di ranah video game berimplikasi pada peluang kerja dari sektor gim yang kian terbuka. Instansi pendidikan di luar negeri mulai memberi pengarahan bagi siswa-siswinya guna menghadapi problema kerja di dunia hiburan digital, seperti video game dan esports.

Ini dikarenakan stereotip umum yang salah bahwa orang cenderung menilai gamer sebagai penyendiri, anti-sosial, bahkan mengalami stagnansi pertumbuhan intelegensi. Padahal dalam kajianAmerican Journal of Play terungkap bahwa bermain gim bisa meningkatkan konsentrasi, daya ingat, bahkan kemampuan membuat keputusan.

Beberapa efek bermain gim ini tentunya sangat penting sebagai kriteria yang dicari dalam dunia kerja. Data lain menyebutkan bahwa 70 persen dari seluruh gamer di dunia itu dalam usia produktif, atau berumur 18 tahun ke atas.

Lebih keren lagi, bermain gim akan mengasah kemampuan berpikir yang disebut "computational thinking". Cara berpikir seperti ini beda dengan cara berpikir pelajar pada umumnya, karena lebih fokus ke identifikasi pola, memecahkan masalah kompleks jadi langkah-langkah kecil hingga ciptakan solusi berdasarkan representasi data melalui simulasi. Cara berpikir seperti ini diyakini lebih efisien dan mendorong pola pikir kreatif untuk pemecahan masalah.

Studi dari Universitas Nortwestern dan Columbia menguatkan teori ini, yakni orang yang hobi bermain gim bertipe sandbox akan cenderung lebih mudah menentukan target dan tujuan di tiap permainan, berkat pola computational thinking. Cara demikian juga lazim diterapkan oleh atlet-atlet esports bergenre MOBA dan FPS.

Meski di setiap skenario permainan, layout yang digunakan sama atau setidaknya pernah dipakai, namun pendekatan tiap pemain selalu berbeda. Mereka menyesuaikan dengan situasi dan strategi lawan yang mereka petakan saat pertarungan berlangsung. Dan dalam pertarungan itu, mereka memilahnya ke tahap-tahap kecil untuk menumpuk keunggulan hingga akhirnya tujuan utama tercapai.


Simulator tester sebagai profesi alternatif dari hobi main gim (sumber: google)

Itulah mengapa pendidikan lebih luas terhadap industri ini diperlukan dengan pengarahan edukasi menjadi marketing atau konsultan, baik itu yang menangani tim esports ataupun konsultan bisnis untuk event esports, spesialis komunikasi, ahli fisiologi yang menangani cidera dan pola hidup atlet esports, hingga kreator gim.

Pengadaan ekstrakurikuler esports juga memungkinkan semua siswa ikut serta tanpa harus kembangkan sisi atletisme yang berlebihan. Bahkan peralatan yang digunakan akan padat fungsi dan lebih murah karena selain bisa digunakan untuk ekskul namun juga mendukung kegiatan belajar sehari-hari yang berbasis komputer.

Jadi bermain gim itu tidaklah buang-buang waktu, apalagi di lingkungan sekolah yang seharusnya memiliki tingkat pengawasan ketat. Sudah sewajarnya tenaga pengajar dan orangtua membuka pikiran lebih luas bahwa ada sisi positif dari gaming yang bisa diterapkan kepada anaknya. Karena metode belajar sambil bermain lebih mudah diterima ketimbang belajar dengan cara konvensional.

Sudahkah sekolahmu membuka pintu untuk video game sebagai sarana belajar masa kini?