Esports

Gamer Bersuara, Pemilu dan Esports Demi Elektabilitas

Billy Rifki
22/02/2019 09:40 WIB
Gamer Bersuara, Pemilu dan Esports Demi Elektabilitas
Esports.ID

Memasuki tahun politik, gerilya mesin-mesin partai mencari suara dan dukungan mulai terasa bahkan ke kalangan gamer. Inisiatif mereka cukup gencar tahun ini dengan mensponsori sampai menyelenggarakan turnamen esports sebagai bukti perhatian pada kawula muda.

Namun bukan rahasia bila geliat politik seperti itu hanya rutin dilakukan pada masa kampanye. Setelah sukses menjadi dewan, aspirasi publik perlahan dihiraukan. Meski begitu, kita patut melihat ajang pemilu sebagai simbol harapan, mimpi baru kalau gelaran kali ini mungkin para pengais suara menjaga idelismenya, serta konsisten tindakannya demi menjaga kepercayaan pemilihnya.

Terlepas dari itu semua, tim Esports.ID menyoroti upaya para partai/individu politik dalam mendekati kaum gamer. Tujuan akhir mereka tentu memperkenalkan diri sebagai pihak yang peduli nasib anak muda. Tapi, apakah itu berhasil menggenjot elektabilitas mereka? Apakah gamer-gamer tanah air mau memindahkan suara mereka pada pendatang politik yang kebanyakan masih baru?

Berikut tanggapan sejumlah narasumber kami dari berbagai kalangan di scene esports tanah air. Mulai dari tokoh legendaris yang banting tulang membangun esports dari akar rumput, pro player kebanggaan tanah air, sampai gamer casual.

- Andrew Tobias

Sering dijuluki sebagai koko esports, Andrew punya relasi yang handal dengan para pelaku esports, mulai dari penyelenggara, para pemain, penggemar, sponsor, dan termasuk kawan politik. Sosok yang saat ini juga kerja di perusahaan game raksaksa dari Cina, Tencent Games, berpendapat bahwa kontestasi politik yang merasuk ke ranah esports dan arah dukungannya cukup moderat.

"Memang ini (pemilu) jadi sedikit ajang bagi mereka (mencari dukungan). Gue pribadi sih mensyukuri aja apa yang teman-teman lakukan sembari memperhatikan. Karena mereka sudah berinvestasi di sini, yaudah kita nikmatin aja dulu duitnya. Wakakaka," ucapnya santai.

Mengenai arah dukungan, dirinya ungkap, " Ada sih sedikit pengaruh saat teman-teman melakukan safari politik. Dan gue yakin teman-teman lain yang tadinya belum ada niat memilih bisa  jadi bersimpati untuk mendukung. Tapi kalau memang kita udah punya pilihan politik, usaha yang nyerempet esports ini rasanya ngga terlalu ngaruh sih. Semua kembali lagi adu visi-misi".

Walau minatnya mendukung parpol-parpol baru kurang besar, Andrew punya saran bagi para pencari suara agar makin dipercaya dan dicintai publik esports. "Terus lakukan kegiatan dan misinya untuk esports setelah terpilih nanti. Karena loyalitas gamer itu bisa diraih bukan karena apa yang dilakukan saat ini, tapi apa yang mereka lakukan nanti lewat kebijakan dan program yang berkenaan dengan esports dan ekosistemnya".

- Veronica "Velajave" Fortuna

Berpindah ke caster wanita yang kaya pengalaman. Velajave sudah mentas di puluhan panggung esports dengan berbagai level kompetisi. Dari kelas nasional hingga regional, berbahasa lokal bahkan internasional, dia adalah sosok pionir caster wanita yang mengedepankan prestasi ketimbang sensasi.

Suaranya vokal tak cuma di saat kerja, dan dia juga menyadari masuknya politik ke sendi-sendi esports tanah air. Pertanyaan yang sama kami lontarkan ke Vero, panggilan akrab kami pada wanita satu ini. Dia senang bahwa seiring waktu makin banyak pihak yang mengakui perkembangan esports. Tapi hal itu tak menurunkan standar objektifitasnya.

"Aku sih nilainya sederhana aja, aku lihat mana yang kerja dan mana yang ngga. Apa iya cuma karena mereka kampanye, nyari hati demi dukungan, kita mengesampingkan kinerja? Aku memilih berdasarkan kerja nyata jangan sampai memilih yang kinerjanya nol besar," tandas Vero.

- Gisma "Melon" Priayudha Assyidiq

Sang legenda, MelonDoto pun angkat bicara. Kerap dikecewakan janji-janji manis kampanye, dia menjadi realis bahwa dunia esports lebih konsisten berkembang lewat usaha penggiatnya sendiri. Semua event yang dilangsungkan oleh parpol maupun perorangan cuma menggugah sedikit empatinya untuk menyumbang suara.

Menurut Mas Mel, yang perlu dikedepankan adalah KINERJA, FAKTA, DATA, dan RENCANA untuk lima tahun ke depan. Dia enggan terbuai lagi oleh gembar-gembor politik. "Kalau ada rencana untuk esports, ya bukti aja dulu," ucapnya singkat.

- Kevin "xccurate" Susanto

Kevin yang sibuk meniti karir internasionalnya di tim CS:GO TyLoo turut hadir dalam acara pengumuman IEG yang diprakarsai pula oleh PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia) September 2018 kemarin. Lalu, bagaimana tanggapan Kevin soal geliat politik tanah air yang makin gencar masuk esports?

"Saya sih simple aja karena memang sudah punya preferensi politik sendiri. Yang terpenting kalau memang bisa memajukan esports di Indonesia, why not? Tapi kita mesti lihat juga apa yang partai tersebut sudah lakukan untuk memajukan esports tanah air, misalnya dengan menggelar turnamen dan contoh-contoh lain"

- 'Mister. X' (identitasnya minta dirahasiakan)

Narasumber yang satu ini punya latar belakang berbeda dari contoh sebelumnya. Punya riwayat sebagai pengamat dan tokoh lama di industri esports, dia sebenarnya enggan bersuara karena takut menimbulkan konflik kepentingan. Namun pada akhirnya dia bertutur juga.

Dalam pesan singkat, dia memberi saran kepada partai politik cara menggaet anak muda terutama gamer, "Yang mereka mau (parpol) adalah mencari suara di kalangan gamer. Tapi tidak semua gamer simpati terhadap parpol, kebanyakan dari mereka masih labil atau ngikut kelompoknya. Jadi kalau ingin menggaet gamer, 'pegang' ketua kelompoknya, maka ekor akan mengikuti". Pendekatan dengan gaya yang sejajar lebih mudah diterima anak muda ketimbang datang meminta penghormatan sebagai pejabat.

'Mister X' ini juga mengingatkan agar parpol menyudahi iming-iming duit untuk mendekati gamer. Meski banyak pemain yang berusia remaja, bahkan masih sekolah, tapi janji palsu dengan menawarkan uang adalah blunder fatal. Paradigma umum yang melihat gamer itu belum bekerja atau kebanyakan anak sekolahan tidak berarti mereka tak memiliki harta melimpah. Berkaca dari pengalaman 'Mister X' sendiri yang sudah belasan tahun berkecimpung di dunia game, banyak loh gamer yang sebenarnya tajir melintir-lintir!

- Para Gamer Casual

Tim Esports.ID juga mewawancarai beberapa gamer casual yang memiliki umur cukup untuk memberi suara pada pemilu nanti. Melalui angket berantai via pesan singkat, kebanyakan gamer memilih tak tertarik untuk memberi suara pada parpol pengusung esports sebagai alat kampanye.

Alasannya, pertama punya preferensi politik sendiri. Kedua, ajang ini masih dilihat sebagai cara menarik simpati sesaat dari anak muda. Ketiga, belum adanya kebijakan konkrit dari pemerintah yang melindungi dan mengembangkan esports sebagai media berkarya para millennial.

Adapun mindset dari para gamer jarang-jarang ini yang menganggap para calon dewan terhormat masih berpikir konservatif dan belum melihat esports sebagai sesuatu yang serius. Jadi, bila kita coba simpulkan dengan pendapat-pendapat sebelumnya, maka kebanyakan narasumber sudah memiliki pilihan politik sendiri guys. Sehingga akan tetap sulit untuk meminang gamer yang sudah kritis terhadap perpolitikan di tanah air.

Itu dia beberapa pendapat gamer dan penggiat esports di Indonesia mengenai program-program pemikat ala kampanye politik di lahan esports belakangan ini. Apakah sobat esports bersimpati untuk memilih mereka April nanti?