Event esports yang identik dengan teknologi, hiburan, dan anak muda, selalu dikaitkan dengan revenue besar dan market potential. Sayangnya, citra esports yang kerap menyewa venue-venue mewah merefleksikan industri ini sebagai segmen ekonomi ekslusif, benarkah?
Ada bukti nyata pada gelaran PINC 2019, 13-14 Juli kemarin, kalau esports tak cuma dorong perekonomian menengah ke atas, namun juga menyentuh tingkat bawah. Hal unik yang turnamen ini terapkan adalah menyediakan tenant atau booth makanan yang diisi oleh brand nusantara.
Bila biasanya kita menghadiri acara esports yang menjajakan stand-stand makanan dengan kemasan milenial dan menu-menu yang asing, maka halaman depan Tennis Indoor Senayan dipadati warung-warung makan portable sederhana seperti nasi goreng, masakan padang, tukang gorengan, termasuk pedagang tempe mendoan.
Salah satu penjual di booth PINC, Uda Hasan, yang menjual nasi padang paparkan saat awal dirinya ditawari untuk buka stand di PINC 2019. "Iya, awalnya saya ditawarin, tapi sebelumnya saya ga pernah buka stand di acara seperti ini, baru pertama kali," jelasnya.
Uda Hasan, sajian lauk khas Minang di PINC 2019
Dia juga menyayangkan harga sewa lapak yang menurutnya lumayan mahal. Hal ini berdampak pada peningkatan harga jual per porsi dagangannya. "Nasi ayam saja saya jual 30.000 Rupiah, kalau mau jual 40.000 saya kasian ama pembeli," katanya. Namun, kekhawatiran itu tak jadi masalah karena stand miliknya ramai didatangi muda-mudi yang kelaparan.
Stand sebelahnya tak kalah ramai, meski hanya menjual aneka gorengan seperti tempe mendoan dan macam-macam minuman ala pedagang asongan. Ibu Yuni, nama pemilik stand tersebut, kelihatan sumringah bisa berjualan di event esports.
Bu Yuni, atau si bos panggilan para karyawannya, sedang mempersiapkan stok jualan yang menipis gegara diserbu banyak pembeli. Dia pun menunjukan ekspresi kegirangannya bisa menjual makanan di acara seperti ini. "Mas lihat sendiri kan tuh di depan pada antri, apalagi kemarin kita layanin depan belakang sampai keteteran," ungkapnya.
Menurut Bu Yuni, tambahnya lagi, acara hiburan anak muda seperti ini akan ramai didatangi pengunjung. Dan benar adanya, pada hari pertama saja lebih dari 2.000 orang memadati kawasan Tennis Indoor Senayan. Kedua pedagang tersebut mengaku ingin berpartisipasi lagi bila ada event yang membuka stand makanan bagi pengusaha kecil dan menengah seperti mereka.
Bu Yuni Penjual gorengan dan tempe mendoan di PINC 2019
Bentuk transaksi mikro seperti ini adalah cara pengusaha kecil seperti Bu Yuni dan Uda Hasan bisa menghidupi keluarga mereka. Belum lagi banyak juga penonton yang datang menggunakan moda transportasi umum dan online. Menghasilkan roda perputaran ekonomi yang signifikan hanya dalam waktu dua hari.
Beginilah cara esports menyentuh masyarakat, mengubah stigma main-main jadi mata pencaharian. Bukan hanya bagi para atlet dan pekerja industri esports, namun juga pelaku ekonomi lain yang terkait dan berkepentingan.
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|