Kortisol, Hormon Penting Bikin Gamer Ahli Satu vs Banyak

Billy Rifki
13/08/2019 13:56 WIB
Kortisol, Hormon Penting Bikin Gamer Ahli Satu vs Banyak
Esports.ID

Bila kamu pernah melakukan clutch play dalam CS:GO, atau gim esports apapun dalam situasi 1 vs 5, lalu kamu mampu melakukan aksi fenomenal solo kill, itu berarti hormon kortisol sedang mengambil alih tubuhmu.

Percayakan pada ilmu sains, apa yang telah terjadi atau kamu lihat bukanlah kebetulan semata. Peristiwa tersebut diakibatkan tubuh dan pikiran secara berantai sukses mengeksekusi keputusan tepat dan melakukan gerakan akurat hanya dalam waktu sepersekian detik.


Banyak laporan kesehatan yang mengibaratkan aktivitas pemain olahraga elektronik ini tak ubahnya pemain sepakbola biasa. Nigel Stockill, selaku direktur dari perusahan analisa performa atlet Firstbeat menyampaikan, "Gamer bisa melakukan sampai 400 gerakan tangan per menit pada keyboard dan mouse. Hal itu lebih tinggi empat kali lipat dari aktivitas manusia biasa."

Tambahnya, tingkatan seperti ini tidak bisa ditemukan di jenis olahraga tradisional di mana kordinasi tangan dan mata menjadi kunci. Ketika seseorang dalam level atlet pro esports melakukan pekerjaannya, mereka bisa menghasilkan kortisol (hormon pengendali perasaan, motivasi, dan takut) sama dengan pembalap mobil, dalam ukuran denyut jantung, bisa mencapai 180 denyut per menit (orang normal berkisar 60-100 BPM) serupa pula dengan atlet lari marathon.

Kortisol dikenal pula sebagai hormon stres, muncul ketika seseorang berada dalam tekanan atau merasakan ancaman. Hal tersebut tentu sangat lumrah bagi para pemain esports yang berkutat dengan aspek bertahan dan bersaing dengan orang lain agar menjadi pemenang pertandingan.


Hormon kortisol mempengaruhi kinerja organ tubuh. Kortisol menyebabkan fungsi pencernaan menurun. Sebuah keuntungan bagi seseorang dalam turnamen, efek ini akan menghiraukan rasa lapar sementara dan orang itu bisa berkonsentrasi dalam permainannya.

Berbeda dengan adrenalin yang meningkatkan pacu jantung, kortisol meningkatkan gula dalam aliran darah sehingga kinerja otak lebih efektif. Bila sensor motorik baik namun otak telat melakukan respon, maka dipastikan kamu akan slow hand dalam berkeputusan maupun melakukan gerakan.

Sayangnya, memproduksi hormon ini terus-menerus memiliki efek samping seperti kegemukan dan kemungkinan penyakit jantung dan stroke. Agar terhindar dari sisi negatif produksi kortisol berlebih, imbangi dengan olahraga secara rutin dan asupan yang bergizi agar karir game kamu lebih lama ya, Sobat Esports.