Seperti sudah diberitakan dalam artikel sebelumnya, Simposium Esports digelar hari ini (8/9) dengan mengusung tema “Interpretasi Esport dalam Wacana Keolahragaan Nasional”. Simposium Esports menjadi rangkaian acara Haornas 2019, yang berlangsung 6 - 9 September 2019, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Simposium ini merupakan lanjutan Kajian Lintas Perspektif Esport dalam Paradigma Keolahragaan Indonesia, yang sebelumnya telah dilakukan FGD di Yogyakarta dan Bekasi, dengan mengundang Akademisi Olahraga, Pakar Ekonomi, Kesehatan, Industri, Standarisasi Keolahragaan (BSANK), dan Asosiasi Esports (IESPA). Simposium dilaksanakan sebagai bentuk respon kemenpora terhadap perkembangan esport di Indonesia dengan segala pro dan kontra yang terjadi di masyarakat. Selain itu, hasil simposium akan dijadikan bahan telaah terhadap fenomena maupun konsep esport, sebagai salah satu dasar pertimbangan pengambilan kebijakan terhadap pengembangan keolahragaan.
Simposium berlangsung dalam 2 (dua) sesi dengan pembahasan berbeda, yakni Esports dalam Perspektif Keolahragaan dan Tantangan dan Peluang Masyarakat dalam Perkembangan Esports. Dibuka langsung oleh Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga, Bapak Raden Isnanta, simposium diawali dengan pemaparan mengenai esports oleh Bapak Eddy Lim selaku Ketua IESPA. Beliau langsung menekankan bahwa esports berbeda dengan bermain gim. Menurut Ko Ed (sapaan akrab Eddy Lim), atlet esports itu memiliki tujuan dalam bermain gim dan pada umumnya mengejar prestasi, sehingga berbeda dengan gamer yang hanya main untuk hiburan atau biasa disebut dengan gamer casual.
Eddy Lim, Ketua IESPA Memaparkan Perbedaan Esports dan Bermain Gim
Sedangkan Doktor Cempaka Thursina menilik esports dari sisi kesehatan. Meski tidak menampik dampak positif esports, dirinya menekankan bahwa banyak efek negatif yang disebabkan gim terutama dalam segi kesehatan, seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, obesitas, kesehatan mental, sindrom metabolik, nyeri, deregenerasi otot, dan osteoporosis.
Prof. Adang Suherman, MA pakar bidang olahraga menyorot apakah esports cocok dimasukkan dalam cabang olahraga. Beliau menarik kesimpulan korelasi olahraga dan esports dari beragam sumber, baik Indonesia maupun internasional. Menurutnya, salah satu aspek penting dari olahraga adalah adanya elemen penting, yakni aktivitas fisik.
Prof. Adang Suherman kemukakan Aktivitas Fisik sebagai aspek penting dalam olahraga
Psikolog Ghea Amalia Arpandy, M.Psi menjadi narasumber terakhir di sesi satu. Dia mengangkat dampak positif dan negatif gim terhadap psikologi. Hal lain yang mendapat perhatian khusus seperti kecanduan gim, tingkat kecemasan dan stres yang dapat mengakibatkan Internet Gaming Disorder.
Meski menjadi fenomena baru terutama untuk kaum milenial, keabsahan esports menjadi salah satu cabang olahraga tentu membutuhkan kajian lebih dalam dari segala sisi. Dr. Sony Teguh Trilaksono, MBA selaku moderator pun secara khusus meminta Ibu Ghea untuk menjadikan Richard Permana, CEO NXL sekaligus mantan atlet esports sebagai objek kajian guna mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai esports.
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|