Kucuran Dana Razer Tangkal Isu 'Esports bukan Olahraga'

Ryan Maldini
10/09/2019 17:21 WIB
Kucuran Dana Razer Tangkal Isu 'Esports bukan Olahraga'
Tan Min-Liang Gusar, Tulisan di Strait Times Pemicunya!

Beberapa hari ini, kita sudah disuguhi berita akan kucuran dana sangat fantastis oleh Razer untuk perkembangan esports di region Asia Tenggara, dan secara khusus dukungan bagi persiapan timnas esports Singapura menuju SEA Games 2019. Tapi, tahukah kita bahwa atas dasar apa dukungan tersebut diberikan, dan tak kalah penting apa sih pemicunya?

Razer, produsen gaming hardware terkemuka yang berbasis di Singapura ini, pada hari Senin (9/9) kemarin telah umumkan rencana pendanaan senilai 10 juta dolar AS, atau kira-kira 140 miliar Rupiah, untuk menunjang perkembangan esports di Kota Singa, serta wilayah sekitarnya, selama satu tahun ke depan.

Pada postingannya di Facebook, Min-Liang Tan, selaku pendiri dan CEO Razer, mengungkapkan secara panjang lebar rasa bangganya sebagai warga negara Singapura, dan ingin lebih berbakti melalui komitmennya membangun industri gim di sana. Termasuk mendanai timnas esports Singapura yang tengah bersiap ke SEA Games.

"Pendanaan ini juga akan disisihkan untuk mendukung Team Singapore yang menuju SEA Games (Razer adalah official partner di SEA Games 2019, Filipina - red) akhir tahun nanti, di mana untuk pertama kalinya esports masuk sebagai cabor resmi yang memperebutkan medali," petikan kata Min-Liang Tan, via Facebook (9/9).

Uniknya, pada bagian akhir postingannya, Min-Liang Tan pun menambahkan alasan lain yang memicu pendanaan tersebut. Sebuah artikel yang dimuat pada kolom pembaca di Strait Times, tertanggal 6 September, telah bikin dia 'triggered' dengan judul, "Esports is not a sport by definition".

Sang penulis bernama Juliana Foo, dalam artikelnya, berpendapat bahwa esports tidak bisa dikategorikan sebagai olahraga karena tidak membutuhkan gerakan fisik, ataupun skill.

"Atlet berlatih keras, ikut aturan diet ketat, dan mengasah kecakapan fisik mereka untuk bersaing secara langsung dengan yang terbaik dari cabor pilihan mereka. Gim tidak memiliki aspek-aspek ini. Oleh karenanya, tidak layak masuk SEA Games, atau ajang serupa lainnya seperti Olimpiade," tulis Juliana. "Bagaimana bisa seorang gamer yang duduk lalu gerakkan jari dan matanya selama 12 jam sehari, makan biasa saja, dan tidak butuh otot bisa bersanding dengan atlet, yang berdiet ketat dan berlatih keras demi bentuk fisik prima?"

Respon Min-Liang Tan pun sangat terbuka dan cukup pedas dengan menyebutkan bahwa dana sebesar 10 juta dolar AS itu rasanya memadai untuk 'menutup mulut' si penulis, Juliana Foo. Sebelumnya, Min-Liang Tan juga sudah mengkritis tulisan tersebut dengan memberikan acuan terkait esports.

"(Esports) butuh komitmen besar baik fisik maupun mental. Atlet esports habiskan waktu berjam-jam lamanya untuk berlatih demi upaya menjadi yang terbaik. Terlebih lagi, hadiah turnamen esports sudah melebihi banyak olahraga lainnya, termasuk jumlah penonton esports kini capai angka ratusan juta, jauh lebih besar dari olahraga-olahraga lain," ungkapnya.

Ajang SEA Games akan menjadi momen tersendiri bagi esports, setelah hanya ekshibisi di ASIAN Games 2018 di Indonesia, kini bakal tampil sebagai cabor resmi dan memperebutkan medali untuk pertama kalinya. Judul gim yang dipertandingkan adalah DOTA 2, StarCraft II, Tekken 7, Arena of Valor, Hearthstone, Mobile Legends: Bang Bang.

Well played, Min-Liang Tan & Razer! Jangan tanggung-tanggung, dukung semua timnas esports di Asia Tenggara ya ^_^ Bagaimana Sobat Esports, bagaimana tanggapanmu, apa setuju dengan CEO Razer, atau penulis ST Forum?