Partisipasi timnas esports Indonesia di ajang SEA Games 2019 memang telah usai, walaupun tak mampu capai target medali, namun tetap layak diberi apresiasi tertinggi. Setiap atlet telah berjuang maksimal meski gagal mendulang medali emas bagi kontingen Indonesia secara keseluruhan, ke-21 duta esports bangsa ini adalah perwakilan terpilih dari keenam cabang esports (DOTA 2, Tekken 7, StarCraft II, Hearthstone, Arena of Valor, Mobile Legends).
Layaknya duta olahraga wakil bangsa lainnya di ajang SEA Games 2019, atas raihan dua medali perak di cabang AoV dan ML, pemerintah telah mempersiapkan bonus kepada para atlet berprestasi dalam nominal uang. Namun, santer pula beredar bahwa kabarnya ada pemotongan akan bonus tersebut oleh organisasi penanggung jawab pengiriman kontingen esports Indonesia di ajang SEA Games 2019, yakni IESPA.
Kontan, komunitas dan pemerhati esports Indonesia angkat suara yang seakan mempertanyakan keabsahan pemotongan bonus tersebut. Beberapa di antaranya meragukan alasan 'penarikan dana' dari para atlet berlabel timnas, atau wakil bangsa khususnya di cabang esports, dan kenapa tidak mencoba alternatif pembiayaan timnas esports ke depannya?
"Masa dengan adanya entah berapa organisasi yang menaungi esports tidak bisa mencari alternatif pembiayaan? Satu contoh simple saja, dari semua tim profesional Indonesia yang bersaing di pertandingan tertinggi, tagih biaya tahunan untuk pembiayaan program pengembangan tim nasional," tanggapan dari Yohannes Paraloan Siagian, selaku Direktur Program Pembinaan Esports di PSKD, dan juga pengamat serta pemerhati scene esports tanah air. "Or, maybe 'organisasi' (IESPA - red) sudah coba menggalang dana dari pihak-pihak lain, namun tidak berhasil? Mungkin ada masalah trust terhadap organisasi sehingga tidak ada yang mau membantu?"
Senada tanggapan Joey Siagian di atas, Andrian Pauline yang lebih akrab dengan panggilan AP, turut memberikan komentarnya perihal kabar pemotongan bonus atlet esports di SEA Games 2019.
"Tahun 2018 juga ada kasus yang sama tentang pemotongan atlet peraih medali di Asian Para Games, dan Kemenpora beserta DPR sangat tidak setuju dengan praktek semacam ini," komentar AP, pada sebuah postingan via Instagram. "Karena sudah terlanjur terjadi, marilah kita jadikan ini pelajaran agar ke depannya kesejahteraan putera-puteri pembawa nama bangsa bisa kita apresiasi..."
Menariknya pula, sisi penolakan ini pun masih ditanggapi cukup bijak oleh pemerhati esports lainnya, nickname @deddygoramy, yang notabene lebih ingin konflik pemotongan bonus atlet tidak diperuncing dengan muatan tak jelas lainnya, bahkan seyogianya mencederai hati para penggemar esports sejati.
"Kalian selalu berpikir soal atlet, nasib atlet, masa depannya, dan sekarang duit atlet. Kalian tanpa pecinta esports sejati bukanlah apa-apa," penggalan komennya di Instagram (lambe_moba), menanggapi statement dari AP sebelumnya. "Hargai orang yang betul-betul cinta esports, karena kami ga cari makan di dalamnya. Tanpa kami, kalian bukan apa-apa."
Dari percakapan singkat via WA, tim redaksi Esports.ID mendapatkan beberapa klarifikasi langsung pihak IESPA terkait polemik pemotongan bonus atlet esports Indonesia di SEA Games 2019. Menurut penuturan dari Prana Adisapoetra, selaku Sekretaris Jenderal IESPA, bahwa sudah ada komitmen di awal oleh semua atlet yang dilakukan dan ditandatangani secara terbuka, di mana kontribusi organisasi sebesar 25 persen.
"Saat tanda tangan, semua atlet hadir, tidak ada protes, tidak ada sanggahan. Tidak ada paksaan juga, karena atlet kami minta untuk baca dulu suratnya sebelum tanda tangan," ungkap Prana, kepada tim Esports.ID. "Intinya, ini kesepakatan yang mutual benefit. Atlet tidak rugi apapun."
Lebih lanjut, Prana juga menambahkan bahwa selama pelatnas, semua atlet mendapat honor 20 juta Rupiah, plus uang harian sebesar 18 juta saat di SEA Games 2019. Bahkan, surat pernyataan yang mereka tanda tangan itu tidak hanya menyoal kontribusi, namun juga memuat hal lain seperti proteksi kode etik.
"Semua hak mereka sudah kita penuhi. Ada hak, ada kewajiban," tambah Prana lagi. "Misalnya, atlet denda 50 juta jika berkelakuan buruk saat SEA Games berlangsung, lalu mengakibatkan mereka dipulangkan ke Indonesia."
Alasan pemotongan bonus itu sendiri, Prana secara gamblang membeberkan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk mengelola timnas esports secara mandiri ke depannya. Sebagai catatan tambahan, setiap atlet peraih medali perak di SEA Games 2019 memperoleh bonus sebesar 210 juta Rupiah, belum dipotong.
Pertanyaan yang agak menyentil di akhir wawancara kami, apakah pihak Kemenpora sudah mengetahui perihal pemotongan tersebut? Prana menegaskan bahwa Kemenpora tidak ada aturan baku yang mengiyakan atau melarang adanya pemotongan, lagipula ini sepenuhnya urusan internal organisasi.
"Kontribusi organisasi berlaku buat semua pihak yang terlibat di organisasi. Atlet dan pengurus, semuanya ada kontribusi masing-masing," tutupnya.
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|