Industri game khususnya esports menjadi sektor yang paling menggiurkan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan Newzoo, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi pasar game yang tumbuh paling cepat di seluruh dunia, pertumbuhannya 22% tiap tahun. Pendapatan market games di Indonesia tahun 2018 saja mencapai Rp16 triliun.
Bahkan di kala hampir semua sektor industri terdampak akibat pandemi Covid-19, industri esports justru masuk ke dalam kategori potential winner. Sayangnya, kondisi itu tidak ikut dirasakan oleh pengelola warnet, khususnya kelas UKM. Adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat mereka terpaksa menutup usahanya. Hingga saat ini, belum ada kepastian kapan mereka dapat kembali membuka usaha.
Seperti yang dikeluhkan oleh Turyana Ramlan, pelaku warnet asal Blitar yang juga merupakan anggota Himpunan Pengusaha Warung Internet Indonesia (HIPWINDO). “Pendapatan kami terjun bebas selama hampir tiga bulan tidak beroperasi,” katanya. Padahal, mereka siap kembali beroperasi dengan mengikuti standar protokol kesehatan di era Adaptasi Kebiasaan Baru.
Sebagai wujud komitmen mendukung keberlanjutan ekosistem esports, hari ini, Wallet Codes—portal pembelian voucher game on-line dan Asosiasi Video Games Indonesia (AVGI) melakukan penandatangan nota kesepahaman. Penandatanganan ini turut disaksikan oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika Widodo Muktiyo.
Sekretaris Jenderal AVGI,Angki Trijaka menyambut baik kerja sama ini. Menurutnya, perlu kerja sama strategis antara perusahaan, asosiasi, dengan pemerintah untuk memajukan industri video game dari sisi pengembangan bisnis voucher games dan potensinya di Indonesia yang selama ini jarang disentuh.
Co-founder and Director Wallet Codes Indonesia, Sharon Maurenn mengatakan, dukungan terhadap pelaku UKM warnet diberikan karena mereka memegang peranan penting dalam ekosistem esports. Dari sinilah lahir talenta atlet esports. “Tak banyak yang tahu, perkembangan esports telah mendorong lahirnya paguyuban tim esports di daerah,” katanya.
Paguyuban ini menjadi wadah bagi para pelaku warnet yang berpartisipasi menghidupkan ekosisem dengan membentuk calon atlet muda esports sebelum mereka bergabung ke tim besar. Peran pelaku warnet tak hanya berperan mengasah bakat, tapi juga skill, daya analitik, ketahanan mental, etika, hingga karakter anak didiknya.
Langkah ini mendapat apresiasi dari Kemenkominfo. “Meski hanya berperan sebagai fasilitator dan akselerator, pemerintah serius menginginkan industri ini berkembang lebih cepat,” kata Widodo, Dirjen IKP Kemenkominfo. Salah satunya, dengan menerbitkan Peraturan Menteri No 11 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Umum Permainan Interaktif Elektronik. Widodo juga menyarankan agar asosiasi atau AVGI memberikan rekomendasi kepada pemerintah apabila warnet layak dan siap kembali beroperasi. Alasannya, di masa pandemi ini pemerintah harus bertindak cermat. “Pemerintah akan mempertimbangkan dari berbagai paramater, salah satunya data lapangan. Dengan adanya rekomendasi akan memudahkan pemerintah melakukan evaluasi secara mendetail,” pungkas pria yang merupakan Koordinator Tim Bidang Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|