Bocil di Cina Putar Otak Akali Batasan Umur Bermain AOV

Christian Ponto
07/12/2018 14:29 WIB
Bocil di Cina Putar Otak Akali Batasan Umur Bermain AOV
Demi Main Honor of Kings, Bocah 'Menyamar' Jadi Kakek-kakek!

Solusi jitu untuk atasi keranjingan bermain game dari para bocah di Cina yang diusulkan oleh Tencent Games terhadap game-game miliknya, ternyata tak seampuh yang diduga semula.

Bertolak dari keputusan pemerintah di Cina, medio bulan Agustus silam, perihal fakta anak-anak terancam kena penyakit mata akibat main game mobile terlalu lama maka dibuatlah age system rating dan pembatasan jam bermain anak. Hal ini kemudian diperketat lagi oleh Tencent dengan menerapkan fitur pemindai wajah di game Honor of Kings agar membatasi akses bermain warganya sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.

Sistem verifikasi umur ini telah disinkronkan dengan data di pihak kepolisian setempat dan mencocokkan identitas seseorang menurut umur para pemainnya. Pemain berusia di bawah 12 tahun hanya dapat bermain selama 1 jam setiap harinya, antara jam 9 malam dan 8 pagi. Sedangkan mereka yang berumur 13-18 tahun boleh main dua jam saja per hari, tanpa batasan waktu kapan mereka ingin bermain.

Nah, ternyata bocil-bocil di negeri Tirai Bambu ini jauh lebih 'licin' dalam merespon batasan akses atau lama bermainnya untuk game Honor of Kings (versi Arena of Valor di Cina). Dalam pernyataan resminya, Tencent melaporkan hal-hal unik yang dilakukan para bocil untuk mengelabui sistem verifikasi ataupun pemindaian wajah agar bisa bermain AOV, antara lain:

  • Secara diam-diam login dengan KTP milik ibunya, dan kemudian mengambil foto sang ibu saat mereka tertidur, untuk mengakali sistem face recognition dalam game AOV.
  • Saat verifikasi oleh petugas customer service, bocil ini berani menyamarkan suaranya dan membuatnya lebih berat agar terdengar seperti suara kakek-kakek, atau sosok lebih dewasa.
  • Mereka merayu dan merengek kepada para orang tuanya agar mau bicara kepada petugas CS dari AOV, saat verifikasi suara dilakukan.
  • Lebih konyol lagi, banyak di antara mereka yang meminta orang dewasa kenalannya untuk menyamar sebagai orang tuanya, bahkan sama orang asing sekalipun yang baru mereka kenal di suatu warung kopi, atau warnet setempat.

Intinya, para bocil tersebut siap melakukan hal senekat apapun untuk bisa lolos proses verifikasi ID, hanya agar bisa bermain mobile MOBA favorit mereka tersebut. Menurut Tencent, berdasarkan laporannya, hal ini tidak meluluhkan niat mereka dalam mengembangkan sistem face recognition di game-gamenya, bahkan Tencent kian berkomitmen implementasikan hal ini demi mendorong rasa tanggung atas media sosial pada kalangan gamer usia dini.

Secara resminya, Tencent telah meluncurkan sistem face recognition di AOV sejak tanggal 4 Desember, dan ada 98% dari total user yang dicurigai bocil itu pada akhirnya ditolak akses bermainnya karena tidak mau lewati fase pendeteksian wajah. Lebih detil mengenai sistem face recognition yang diterapkan oleh Tencent, bisa kamu baca di sini.

Bertujuan agar gamer usia sekolah dan bocil tidak alami gangguan kesehatan ataupun jadi pecandu game, maka langkah perlindungan awal dari Tencent ini boleh dihargai dan mungkin bisa pula kita tiru untuk penggemar AOV tanah air? Sayangnya, agar sistem dapat efektif secara optimal dibutuhkan sinergi kuat antara pengelola game setempat dengan otoritas pemerintahan berkaitan, serta para orang tua yang memiliki anak gamer berusia sekolah.