Buka-bukaan Kisah Balik Layar Rumah Produksi eSports

Billy Rifki
21/03/2018 13:00 WIB
Buka-bukaan Kisah Balik Layar Rumah Produksi eSports
Esports.ID

Kalangan media dan pers yang hadir saat GESC Indonesia menerima kejutan tak terduga ketika sesi interview tiba-tiba diperpanjang durasinya untuk datangkan 'tamu rahasia'. Dua sosok figur ini cukup signifikan jasanya di scene global DOTA 2, mereka adalah Austin 'Capitalist' Walsh dan Ken 'Hotbid' Chen yang turut buka-bukaan tentang pengalaman mereka serta kisah balik layar rumah produksi eSports yang tak banyak orang tahu.

Cap dan Chen, panggilan akrab keduanya, telah lama bekerja sama di berbagai event DOTA 2 untuk ESL maupun Beyond The Summit. Dalam sesi tanya jawab, Esports.ID menanyakan tentang potensi Indonesia, dari kacamata penyelenggara event, terkait aspek-aspek pendukung yang bisa menjanjikan bagi suatu organizer untuk helat ajang yang lebih besar.

"Bila saya seorang pemilik sebuah event organizer, maka saya pasti akan menjadikan Indonesia sebagai target penyelenggara di masa depan," papar Capitalist, dengan rasa antusias besar untuk menjawab. “Sederhananya, pengalaman pertama kami di sini sangat menyenangkan. Dan dengan adanya isu yang menerpa Filipina, rasanya Indonesia bisa menjadi pengganti yang sangat ideal”.

Dirinya lanjut menambahkan bahwa sejauh ini penyelenggaraan GESC sudah berjalan sangat baik. Beberapa partai pun sajikan aksi menarik yang akan sangat membantu agar turnamen ke depannya lebih baik. GESC juga terlihat cukup piawai atasi situasi lapangan dengan bekerja secara maksimal. Pernyataan yang juga diamini oleh Chen, seorang ahlinya dalam penanganan problema teknis yang berakar dari pengalaman kerjanya di ESL.

“Sebagai event perdana, GESC Indonesia Minor cukup menakjubkan. Saya pernah menangani begitu banyak organizer yang menghelat ajang pertama mereka, dan tak sedikit di antaranya peroleh lebih buruk dari ini," tandas Hotbid, sampaikan pendapatnya soal GESC. "Mulai dari staf teknis, kesediaan peralatan, jadwal, dan internalnya sendiri, bahkan menyentuh hal-hal kecil seperti makanan dan kebutuhan talent, tersedia dengan baik oleh GESC. Saya pribadi terkesan karena sejujurnya sempat harapkan lebih banyak masalah yang muncul, tapi semua berjalan sangat baik.”

Cap juga utarakan keluh kesah terkait keputusannya meninggalkan JoinDota. Dia beralasan bahwa hal itu berhubungan dengan gairahnya sebagai penggiat eSports. Cap tidak ingin memiliki penyesalan atas hal yang mungkin dilakukan masa depan. Dia memilah segala kemungkinan termasuk melakukan cast untuk game lain seperti Overwatch, maupun menjadi Associate Producer untuk ESL, sampai akhirnya putuskan jadi komentator independen.

"Sebagai caster, kamu harus merasa cukup spesial, dalam artian benar-benar berbakat atau sangat bekerja keras. Di beberapa kasus, harus sanggup lakukan keduanya terutama bila ingin keluar dari zona nyaman," tambahnya. "Tapi segala pekerjaan di eSports termasuk caster, sama seperti olahraga konvensional, adalah sesuatu yang bisa kamu kejar sebagai karir. Namun, entah apa kamu bisa mempertahankan karir saat berusia 30-40 tahun karena dinamikanya yang berubah secara cepat".

Chen menambahkan pula kisahnya sebagai seorang interviewer, dan menyadari bahwa pekerjaan tersebut tidak bisa bertahan lama, hingga akhirnya dia putuskan mempelajari keahlian lain seperti memproduksi konten, rancang konsep acara, tulis materi event, dan hal lain yang bisa diterapkan pada lingkungan luar eSports. Bagi Chen, itulah salah satu hal yang mendasari transisinya karena jenis pekerjaan yang tersedia hanya memiliki rentang waktu tertentu.

Sebagai pengelola rumah produksi, Beyond The Summit, Chen selalu berusaha menciptakan event sesempurna mungkin dengan target melakukan siaran sebanyak-banyaknya. Itulah tips bagi rumah-rumah produksi pemula untuk mendapatkan jam terbang dan pelajaran selama berproses.

Chen juga akan mencoba untuk merangkul semua jenis game karena menurutnya tidak mungkin bagi rumah produksi hanya menggarap satu jenis konten. Bukan hal yang mustahil manakala publisher akan menarik titel game miliknya dari peredaran, dan lantas apa yang terjadi bila game spesialisasi kamu menurun popularitasnya dan berkurang pemainnya?

Oleh karena itu, rumah produksi harus bisa fleksible, dengan beragam konten yang unik. Meski BTS hanya memiliki jumlah karyawan sebanyak 20 orang, namun sisi kreatif adalah unsur terpenting tiap rumah produksi untuk bisa menarik banyak peminat dari sisi viewers maupun organizer, ketimbang streaming ala kadarnya.

“Terkadang pemain juga ada yang tak mau melakukan interview, karena mereka hanya ingin bermain lalu pulang," tutur Chen, ketika ditanya perihal kebijakan sejumlah organizer untuk meminta para atlet eSports yang enggan melakukan interview atau konten lainnya. "Beda halnya bila yang meminta adalah Valve, yang hanya tinggal bilang 'Hey, lakukan ini dan itu!' maka itulah yang mereka harus lakukan, biarpun secara terpaksa, seperti yang terjadi di The International”.

Menurut pengalaman pribadinya, pertama dia akan banyak meminta bahkan terkesan mengemis kesediaan mereka untuk ikutan sesi interview. Namun tak lama berselang, setelah melihat kontennya yang unik dan yakin bahwa mereka akan terlihat bagus, maka proses berikutnya jadi lebih menyenangkan.

Manakala orang-orang mulai menonton dan menyukainya, kamu pun mendapatkan kepercayaan mereka. Jadi, terpenting adalah lakukan saja pekerjaan yang terbaik. Tidak membuat sesuatu yang membuat para pemain pro terlihat memalukan. Kesan pertama adalah yang terpenting!

Beralih ke topik berbeda, Cap menuturkan keadaan sebenarnya tentang para atlet, talent, dan orang-orang yang diundang untuk menciptakan acara seperti GESC. Kenyataannya, mereka tak memiliki banyak waktu untuk benar-benar menikmati suasana lokal.

“Kamu berangkat ke pesawat, tertidur lalu terbangun, kemudian shuttle bus akan menjemput kami, tiba di hotel dan tertidur lagi. Kami mengalami jetlag karena penerbangan 16-20 jam, dengan tenaga yang sudah terkuras habis. Meski kamu bangun keesokan harinya dan masih memiliki waktu luang, namun tubuhmu sangat tidak mendukung akibat kelelahan," ungkap Cap, di akhir penjelasannya. "Esoknya turnamen dimulai, tanpa terasa sudah hari Minggu, Grand Finals selesai, mungkin ada beberapa after party, beristirahat setelahnya, kembali mengejar pesawat untuk turnamen selanjutnya. Kurang lebih seperti itu”.

Interview panjang yang menyenangkan itu pun berakhir dengan sesi foto dan duo sejoli ini kembali ke pekerjaan mereka. Meski Cap masih sempat terlihat keluar meninggalkan venue sambil menikmati kopi dan berjalan kembali ke hotel di sela-sela pertandingan yang tak terhindarkan dari serbuan para fans yang ingin ambil foto bersama.

Upcoming Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Ongoing Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Video Pilihan
Solo MMR
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
Team MMR
1 Team Falcons 1701
2 CyberBonch-1 1520
3 Tundra Esports 1505
4 BetBoom Team 1501
5 Xtreme Gaming 1499
6 Team Liquid 1497
7 G2 x iG 1485
8 OG 1469
9 Azure Ray 1465
10 Gaimin Gladiators 1452