Kilas Balik The International, Turnamen Penghasil Gamer Milyarder (1)

Billy Rifki
06/08/2018 09:38 WIB
Kilas Balik The International, Turnamen Penghasil Gamer Milyarder (1)
Esports.ID

Menyongsong gelaran akbar The International 8, komunitas menanti momen-momen epik dan kelahiran pemangku Aegis of Champions selanjutnya. Sembari menunggu, mari mengulang kembali romansa-romansa TI yang senantiasa jadi kisah tak terlupakan bagi para fans DOTA 2. Ada cerita apa saja di tiap perhelatannya? Yuk, kita nostalgia siapa tahu kamu melewatkan sesuatu!


 

THE INTERNATIONAL 2011

Panggung pertama sekaligus momen saat DOTA 2 menjadi perbincangan di seluruh dunia. Diperkenalkan pada event GamesCom pada tahun 2011 di Cologne, Jerman, setahun setelah kisi-kisi pertamanya pada 10 November 2010. Dunia maya langsung tersentak, Valve gelontorkan hadiah 1,6 juta USD untuk para peserta walau secara keseluruhan game ini masih dalam tampilan beta, terlebih lagi uang hadiah tak seberapa besar. Sontak The International jadi mimpi tiap profesional karena dianggap sebagai turnamen tersakral DOTA 2.

Meski proses berlangsungnya turnamen berjalan seadanya, tanpa venue sendiri, bahkan nebeng di event lain. Namun gaung The International berhasil menyita perhatian khalayak hingga akhirnya menjadi acara tahunan yang selalu diperbincangkan karena total hadiah pemecah rekor yang terus-menerus melambung. Total hadiah dari tahun pertama hingga saat ini sudah terlampaui 20 kali lipat, tak ayal The International juga dianggap sebagai turnamen pengubah nasib.

Beberapa fakta unik dari debut TI adalah pelaksanaannya yang berlangsung pertama kali di luar Amerika Utara, sampai akhirnya kini TI8 bakal hadir di Kanada. Kemudian fakta bahwa perwakilan Cina merupakan penyumbang pemain paling banyak dengan jumlah 19 orang. Tahun pertamanya juga jadi momen emas bagi Natus Vincere, di mana Danil "Dendi" Ishutin jadi bintang dengan membawa Na'Vi jadi juara pertama The International, sekaligus membawa pulang $1.000.000 dan menobatkannya sebagai salah satu gamer terkaya di dunia saat itu.

 

Kisah heroik para pejuang DOTA 2 generasi pertama bisa kamu saksikan di film dokumenter Free to Play yang legendaris.

THE INTERNATIONAL 2012

Tahun berikutnya, Benaroya Hall, Washington, Amerika Utara jadi saksi sakralnya The International. Euforia pemain dan ketegangan makin dirasakan berkat persiapan siaran yang semakin matang, bahkan mulai dilakukan broadcasting multi-bahasa. Lebih banyak yang bisa kita ketahui sebagai fans pada TI2 berkat masifnya kabar tentang TI sebelumnya, kali ini gamer di seluruh dunia tak mau melewatkan apa yang terjadi. 

Mengusung total hadiah masih sama dengan sebelumnya, event yang berlangsung hanya 3 hari (31 Agustus-2 September 2012) sukses memuaskan penonton datang ke venue maupun di rumah. Natus Vincere kembali menjadi unggulan meski mereka harus tumbang di tangan tim asal Cina, Invictus Gaming. Hal baru di tahun ini adalah sistem kualifikasi barat dan timur untuk menggenapi 16 peserta The International.

Perwakilan Cina tahun ini makin banyak dengan bawa 23 pemain ikut serta, implikasinya performa tim Cina sangat menakutkan di turnamen ini. Pada babak grup yang terdiri dari grup A dan B, LGD Gaming berhasil bukukan rekor sempurna di Grup A, dengan torehan poin 14-0. Sementara di Grup B, Invictus Gaming, sang calon juara,  hampir tuai rekor sama (poin 13-1).

 

Uniknya, TI2 adalah kali pertama wujud Aegis of Champion terlihat setelah TI sebelumnya masih sebatas konsep. Selain itu, Na'Vi masih sukses menciptakan momen magis melalui satu permainan cantik yang disebut "The Play". Hingga kini permainan tersebut jadi salah satu momen paling aduhai dalam seni bermain DOTA 2.

THE INTERNATIONAL 2013

Bulan Agustus, tepatnya di tanggal 7, The International kembali digelar. Iterasi ketiga ini jadi awal dimulainya sistem crowd funding, di mana seluruh pemain bisa turut serta menyumbang total prize pool dengan cara membeli compendium. Akibatnya, jumlah prize pool melonjak ke angka $2.874.381. Hadiah ini juga merebut kembali status sebagai turnamen game dengan hadiah terbesar yang sebelumnya dipegang oleh League of Legends World Championship.

 

Gabe Newell, alias Gaben, sendiri yang menyambut para penikmat The International baik mereka yang datang langsung maupun via streaming di seluruh pelosok dunia. Sebanyak 16 partisipan diperoleh melalui sistem undangan, kualifikasi west dan east, serta (yang baru diterapkan tahun itu) sistem wildcard yang dimenangkan oleh RattleSnake Gaming. Na'Vi masih penasaran untuk menyicip juara untuk kedua kalinya. Meski berhasil sampai final, mereka kandas mengenaskan setelah momen kemenangan dicuri Alliance yang memperkenalkan strategi Rat Dota. Tapi bukan Na'Vi namanya kalau tidak punya cerita, mereka juga menemukan trik Fountain Hook yang terkenal.

TI3 jadi pemicu meroketnya platform streaming seperti Twitch yang mencatat data penonton hingga menembus angka lebih dari satu juta viewer. Hal ini tak lepas dari konten dari The International yang diperkaya, bukan hanya seputar pertandingan namun juga momen di balik layar, interview, dan persiapan para tim yang terekam dengan baik oleh Kaci Aitchison.

THE INTERNATIONAL 4

Tak lagi berpusat di Benaroya Hall, tapi KeyArena yang masih satu kawasan di Seattle namun miliki atmosfir kemegahan lebih terasa pada venue ini. Sistem crowdfunding diteruskan dengan hasil makin masif di tahun ini, bahkan lonjakannya hingga 5 kali lipat dari prize pool TI3, berkat sumbangan dari compendium yang capai angka nominal $9.323.977.

Format peserta juga terus diperbaiki untuk mengakomodir mimpi tim-tim di luar sana yang ingin tampil di TI. Kali ini hanya ada 11 yang masuk jalur undangan, sementara 4 tim punya kesempatan ikut bila menjuarai kualifikasi regional. Satu slot tersisa diperebutkan oleh masing-masing runner-up yang bertanding di Seattle untuk menebus kesempatan terakhir.

 

Newbee menjadi juara di tahun keempat, yang menciptakan tradisi pergantian juara antara timur dan barat. Hal unik yang terjadi tahun ini adalah All Star Match dan pengenalan hero baru, Techies. Kerennya, hero baru ini langsung dijadikan demo untuk pertandingan All Star Match. Orang yang beruntung menggunakannya untuk pertama kali adalah Arteezy. Kalau saja Arteezy tahu betapa menyebalkannya cara bermain Techies, mungkin dia akan menolak untuk 'menghidupkan' hero tersebut agar si pembuat onar tak pernah muncul selamanya.

Itu dulu sobat eSports momen nostalgia dengan TI dari tahun pertama hingga gelaran keempatnya. Jangan lewatkan bahasan berikutnya tentang The International, hanya di Esports.ID!

Upcoming Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Ongoing Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Video Pilihan
Solo MMR
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
Team MMR
1 Team Falcons 1699
2 BetBoom Team 1551
3 CyberBonch-1 1520
4 Xtreme Gaming 1514
5 Team Liquid 1510
6 OG 1492
7 Tundra Esports 1490
8 Azure Ray 1465
9 Gaimin Gladiators 1453
10 VGJ Storm 1450