Bagi kalian yang mengikuti scene kompetitif DOTA 2 tentu tidak asing dengan nama Topias "Topson" Taavitsainen. Topson atau yang kerap dipanggil Godson ini adalah player DOTA 2 yang mempunyai rekor kemenangan 100% di panggung The International. Prestasinya ini mungkin tidak akan bisa dikalahkan dalam waktu dekat dan perjalanan karir Topson tampaknya akan selalu diingat oleh para pencinta DOTA 2.
Baru-baru ini, pada interview dengan media Russia Cybersport.ru, Topson menceritakan tentang bagaimana pengalaman lockdown berdampak pada latihannya, serta kemungkinan mengganggu karir kompetitifnya. Tidak hanya itu, Topson juga membahas apa bayaran yang harus dilakukan untuk menjadi seorang professional player serta terus berada dalam puncak permainan.
Menurut Topson, berkarir di scene kompetitif berarti harus berani mengorbankan segalanya yang ada di hidupmu. Pertanyaannya adalah bagaimana tetap menjaga konsistensi dan hasil yang didapatkan dari pengorbanan bertahun-tahun tersebut.
Menjadi seorang pemain profesional, menurut Topson berarti harus bisa melupakan kegiatan seperti pergi jalan-jalan bersama teman, menempuh studi, hingga cita-cita lainnya dalam hidup. Namun masalahnya tidak berhenti saat sudah berhasil masuk ke esports, kamu tidak boleh hanya membanggakan diri sendiri, perlu usaha yang lebih keras untuk tetap bisa bersaing.
Sering kali, kesuksesan dalam game bergantung pada seberapa lama kamu menghabiskan waktu untuk berlatih. Setiap orang punya cara yang berbeda, tetapi mayoritas perlu setidaknya 8 jam di DOTA 2 untuk tetap menjaga kondisinya prima.
Bagi sebagian orang, mudah untuk mengatakan mereka ingin rehat dari scene ini dan langsung melakukannya. Sayangnya bagi Topson, saat beristirahat, dirinya bisa perlahan gila jika memikirkan bahwa ada orang lain yang sedang berlatih keras ketika dirinya menghabiskan waktu di luar komputer. Rasa salah ini menyerangnya dan meningkatkan tingkat stress, membuatnya kembali bahkan menambah jam latihan.
Menurutnya, salah satu kelemahan terbesar saat menjadi professional player adalah keharusan untuk menghabiskan banyak waktu di game tersebut.
Lalu apa yang membuat Topson tetap termotivasi? Kecintaan terhadap game datang pertama, kemudian disusul oleh rasa senang saat bisa menemukan strategi baru, semangat kompetitif yang ada dalam dirinya serta keinginan untuk membuktikan kemampuannya berulang kali.
Topson pernah membayangkan bagaimana kehidupannya akan berjalan jika dirinya berhenti dari kompetisi DOTA 2 setelah TI9, namun perlahan dia sadar, dirinya masih mencintai DOTA 2, baik game tersebut sendiri, menganalisa setiap aspeknya, menemukan build baru dan mencoba hero-hero.
Tidak hanya itu, Topson juga mencintai dunia kompetisi dan DOTA memberikannya kesempatan untuk melakukannya di level tertinggi. Inilah yang menjadi alasan Topson untuk tetap bertahan di DOTA hingga saat ini.
Terakhir, Topson berujar bahwa dirinya akan berhenti jika game ini berhenti memberinya rasa nyaman ataupun ketika terjadi perselisihan di tim dan mereka tidak dapat menemukan solusi terbaik, serta saat dia kehilangan semangat untuk berkompetisi. Namun sampai salah satu hal tersebut terjadi, Topson akan tetap bertarung dan memberikan performa terbaiknya.
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|
Solo MMR |
---|
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |