Valve mengambil tindakan tegas dengan memberlakukan pembatasan bagi pemain profesional Dota 2 yang terus menggunakan akun smurf, dan di antaranya adalah Artour "Arteezy" Babaev dan Rafli "Mikoto" Fathur Rahman. Banned ini, yang diberlakukan pada 17 Januari lalu, memberikan sinyal serius bahwa Valve menganggap serius isu smurfing, bahkan di level kompetitif.
Respon dari beberapa pemain yang terkena dampak ini bervariasi, dengan sebagian menyetujui langkah ini sementara yang lain menganggap smurfing sebagai hasil dari kekurangan sistem matchmaking Dota 2. Banned ini tidak hanya menyasar pemain reguler, tetapi juga melibatkan pemain profesional seperti Artour "Arteezy" Babaev dan Rafli "Mikoto" Fathur Rahman.
Menariknya, satu ban bahkan terjadi secara langsung selama pertandingan DreamLeague Season 22 di kualifikasi Amerika Selatan antara Mad Kings dan Thunder Awaken. Kapten dan support dari Mad Kings, Steven "StingeR" Vargas, ditemukan terlibat dalam smurfing dan berbagi akun dengan sesama pemain profesional.
Reaksi di media sosial terus berkembang, dengan pemain seperti Alimzhan "watson" Islambekov dari tim Entity membagikan pengalaman kehilangan akun dengan nilai matchmaking sebesar 12.500. Valve tampaknya memilih pendekatan serius terhadap smurfing, mencakup pemain profesional seperti Arteezy, Mikoto, dan lainnya.
Bukan hanya pemain individual, Valve juga mengeluarkan banned untuk beberapa nama besar lainnya yang terlibat dalam smurfing. Beberapa pemain profesional yang terkena dampak termasuk Illya "Yatoro" Mulyarchuk, Artem "Yuragi" Golubiev, dan Egor "Nightfall" Grigorenko.
Keputusan ini, bagaimanapun, memunculkan pertanyaan seputar apakah pembatasan massal ini adalah cara yang efektif untuk mengatasi masalah smurfing di komunitas Dota 2. Banned wave ini tidak hanya memberikan dampak pada pemain individu, tetapi juga merambah ke ratusan ribu akun lainnya. Opini dan pandangan kalian tentang tindakan Valve ini apa, ya?
