Tajir Melintir! Negara Peraup Dolar dari Esports, Indonesia?

Billy Rifki
30/04/2019 11:24 WIB
Tajir Melintir! Negara Peraup Dolar dari Esports, Indonesia?
esports earnings

Esports bukan hanya sebagai media hiburan dan olahraga, namun bagi atlet yang berjuang di dalamnya, hadiah turnamen yang mereka menangkan bisa menjadi tiket pengubah kehidupan.

Sebagai gambaran, esportsearnings mencatat sejak tahun 1998 hingga 2019, total hadiah dari turnamen esports yang berhasil mereka kumpulkan saat ini mencapai hampir 600 juta USD ($593.343.247,66 USD). Khusus di 2019 saja, hadiah yang sudah digelontorkan dalam waktu 4 bulan mencapai $31 juta USD.

Sejauh ini, lebih dari 31 ribu turnamen terselenggara dengan partisipasi dari 61 ribu lebih pemain yang datang dari berbagai negara. Nah, kira-kira negara mana sih yang paling sukses menjuarai event esports?

1. Amerika Serikat

AS, atau dalam regional versi esports, diklasifikasikan sebagai wilayah Amerika Utara sukses melahirkan atlet-atlet berprestasi di ranah esports. Sebanyak 12.931 pemainnya membawa pulang uang hadiah kemenangan turnamen esports terbanyak di antara negara lain, yakni sejumlah $98.498.253 USD.

Selain aktif di titel-titel gim global seperti DOTA 2, CS:GO, League of Legends dan Overwatch, organizer turnamen di sana juga giat mengadakan event untuk turnamen yang kurang dilirik negara lain seperti Call of Duty, Halo 5, titel fighting games seperti Mortal Kombat atau Super Smash Bros, Madden NFL, Fortnite, dan lain-lain.

2. Cina

Dengan populasi penduduk mencapai 1,3 miliar orang di tahun 2017, Cina berhasil menyaring bakat-bakat terbaik untuk mengibarkan bendera di kancah kompetisi gim elektronik dunia. Sebanyak 3.521 pemain telah menorehkan namanya sebagai salah satu pemenang di ajang esports international maupun nasional.

Meski jumlah pemain antara Cina dan Amerika Serikat timpang cukup jauh, namun jumlah hadiah yang berhasil dikumpulkan oleh atlet-atlet Cina tidak begitu lebar. Hanya terpaut $10 juta USD saja dari yang dikantongi pemain Cina saat ini, yakni sejumlah $89.139.551 USD.

3. Korea

Di tempat ketiga, selain fenomenal dengan budaya K-Pop, Korea juga piawai memoles anak-anak muda menjadi pejuang-pejuang esports yang disegani. Beberapa contoh atlet Korea yang terkenal adalah Faker pemain andalan tim SKT yang berjibaku di kancah League of Legends dan legenda StarCraft II, Maru.

Ada 3.387 pemain asal Korea telah membawa pulang uang turnamen sebesar $75.078.268 USD. Berkembangnya titel-titel esports baru berbanding lurus dengan kemunculan banyak atlet nasional untuk genre gim baru seperti PUBG mobile. Nama Korea akan selalu disegani sebagai negara penghasil atlet esports yang menakutkan.

4. Swedia

Negara Eropa satu ini terkenal karena melahirkan banyak legenda di tiap genre gim esports bahkan sebelum istilah esports itu sendiri selumrah sekarang. Di antaranya pemain DOTA 2 yang jenaka, Gustav Magnusson alias s4, Olofmeister di kancah CS:GO, dan Armada ahlinya tarung jemari di Super Smash Bros.

Total sumbangan senilai $30.976.606 berhasil dikumpulkan oleh 2.270 atlit esports asal Swedia. Karena begitu menghasilkan, pemerintah Swedia diketahui memberikan dukungan penuh untuk tumbuh kembang esports di sana, tak ubahnya seperti sebuah budaya.

5. Denmark

Tak mau ketinggalan, Denmark dampingi Swedia untuk menguasai prestasi esports di Eropa. Bahkan musim ini bisa jadi momen kebangkitan wakil-wakil Denmark dalam turnamen esports.

Sebut saja dominasi the Danes Astralis yang belum terindikasi akan berhenti meraup semua gelar bergengsi CS:GO. Lalu salah satu punggawa OG dari DOTA 2, Notail masih bermemori indah usai menjuarai The International 2018 Agustus lalu. Skuad League of Legends negara ini juga tak kalah sukses, hampir mematahkan dominasi Cina dan Korea di World Championship 2018. Saat ini tercatat uang sejumlah $26.258.129 berhasil di bawa pulang oleh 1.305 para pemain Denmark.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Ternyata kita sudah berhasil masuk dalam 50 besar negara dengan pendapatan turnamen tersukses dengan mengumpulkan $834.655 USD dari 341 pemain. Posisi ini sayangnya masih tertinggal dengan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, Singapura, dan Thailand. Bahkan pendapatan turnamen internasional masih kalah oleh Arab Saudi, Macao, dan Makedonia yang cuma memiliki jumlah pemain tak lebih dari 60 orang saja.

Semoga ke depannya Indonesia bisa segera menyalip perolehan negara tertangga dan bisa bersaing dengan negara-negara raksasa esports.