Esports

Semangat Gamer Myanmar Hadapi Masalah 'Listrik' Demi Esports

Rendy Lim
28/08/2019 14:47 WIB
Semangat Gamer Myanmar Hadapi Masalah 'Listrik' Demi Esports
Listrik Padam Jadi Hambatan Berarti Buat Gamer Esports

Scene esports di negara Myanmar memang baru mulai tumbuh dan berkembang. Mayoritas gamer di sana terlihat banyak yang mengikuti kompetisi esports di internet cafe. Kendalanya, setiap kali bertanding, mereka harus diliputi rasa cemas akan padamnya listrik yang terjadi tanpa pemberitahuan.

Kekalahan akibat padamnya listrik ini tak hanya menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hadiah untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, namun juga nama dan reputasinya di industri esports.


Lebih dari 60% masyarakat Myanmar masih hidup tanpa listrik sejak transisi politik pada tahun 2010 lalu. Pihak pemerintahan setempat kini berupaya keras untuk menarik investasi asing setelah puluhan tahun di bawah kepemimpinan militer. Permasalahan-permasalahan ini membuat mereka sedikit tertinggal dari kemajuan industri esports, termasuk berpartisipasi dalam kompetisi esports yang akan dipertandingkan pertama kalinya dalam SEA Games bulan November nanti.

Salah satu pemain Dota 2 asal MyanmarMyint Myat Zaw mengatakan kepada Rappler bahwa sepanjang karirnya dia telah mengalami 40 kali kekalahan akibat pemadaman listrik. Hal ini membuat dirinya sulit untuk berkompetisi dengan tenang pada turnamen-turnamen penting. Jarangnya turnamen Dota 2 di negara ini juga membuat karir esports tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Tentunya, akses untuk listrik dan jaringan internet yang stabil adalah hal krusial bagi para gamer esports.

Kehadiran gim esports mobile berhasil mengubah keadaan kompetisi esports di Myanmar. Meskipun mati lampu, para peserta tetap dapat bertanding dengan jaringan dari provider mereka masing-masing dan hape miliknya. Myint Myat Aung, gamer PUBG Mobile yang saat ini bermain untuk tim Impunity menyebutkan bahwa mobile gaming membuat dirinya bisa bermain dimanapun dan kapanpun, serta biaya yang harus dibayar untuk provider juga tidak terlalu besar.

Untungnya, Kaung Myat San, co-founder of the HOG e-sports center di Yangon memberikan dukungan untuk memajukan para atlet esports di Myanmar dengan mensponsori keberangkatan mereka ke SEA Games 2019. Rencananya, HOG akan mengirim 16 atlet untuk mewakili Myanmar di SEA Games, termasuk di antaranya adalah Myint Myat Zaw untuk cabang esports Dota 2.

Terkait masalah jaringan dan infrastruktur yang belum merata, bahkan memadai, memang sudah menjadi kendala berarti yang butuh waktu cukup lama untuk diselesaikan pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Di beberapa kota-kota terpencil, pemadaman listrik masih menjadi kejadian yang wajar dialami oleh masyarakat.

Ketergantungan para gamer esports dengan ketersediaan listik dan jaringan internet yang stabil membuat tak jarang mereka harus mengalah di tengah-tengah pertandingan, hingga bermain dengan diselimuti rasa takut akan pemadaman listirk yang tiba-tiba terjadi.

Bagaimana pendapatmu Sobat Esports, apakah kamu juga pernah mengalami hal serupa?