Kenapa Gamer Kerap Kehilangan Motivasi Usai Jadi Juara?

Billy Rifki
21/02/2020 12:58 WIB
Kenapa Gamer Kerap Kehilangan Motivasi Usai Jadi Juara?
Esports.ID

Tujuan dari berkompetisi adalah menjadi yang terbaik dari semua penantang. Tapi, apa yang terjadi bila kita sudah mencapai puncaknya? Para gamer bertitel juara dunia berikut ini jadi gambaran bahwa motivasi bertanding bisa hilang apalagi bila seseorang telah mengejar gelar tersebut sekian lamanya.

Ada beberapa contoh gamer yang pensiun dini usai menjuarai turnamen incarannya. Di ranah DOTA 2, ada tim OG yang harus gagal bertahun-tahun, berkorban terlalu banyak sampai dikhianati rekan setim dan akhirnya jadi juara dua kali The International. Di Indonesia, EVOS Esports jadi pengingat terbaik pasca tiga kali gelaran Mobile Legends Professional League, waktu mereka tiba juga di musim keempat untuk menggenggam satu gelar domestik plus pengakuan sebagai tim ML terbaik dunia dari ajang M1.

KISAH SERUPA OG DAN EVOS

Kedua tim tersebut menjalani awal musim 2019/2020 dengan perubahan masif. Diantaranya, punggawa yang mundur karena kehilangan motivasi. Awalnya, banyak orang menyayangkan kenapa ada pemain yang menyudahi karir ketika sedang jago-jagonya. Ternyata, dari sudut pandang psikologi hal ini sudah lumrah di dunia olahraga.

Salah satu penyebab hilangnya motivasi akibat kerja yang terlalu keras. Menilik dari perjuangan kedua tim yang tetap bertahan untuk mencoba bangkit usai gagal tiap tahun, melatih diri mereka tetap relevan dihadapan pendatang baru yang memiliki semangat membara bukan perkara mudah. Jadi, wajar jika akhirnya mereka memutuskan berhenti.

Sebastien 'Ceb" Debs selaku pilar penting tim OG kala menjuarai dua TI mengaku motivasinya tak lagi solid di musim ini. Begitupun dengan JerAx yang mengikut langkahnya berhenti sejenak. Namun, bukan berarti berhenti berkompetisi sama dengan berhenti peduli dengan game dan organisasi yang mereka cintai.

Ceb tetap menjadi bagian OG sebagai direktur teknik, melakukan hal terbaik yang ia bisa yaitu memberi motivasi orang lain dan mengembangkan skill para daun muda jadi lebih matang. Tak berbeda dengan Yurino "Donkey" Putra, tanker Legendaris EVOS Legends masih setia menemani sang macan putih walau mengaku sudah tak tertarik main lagi.

Kehadiran mereka akan jadi pedang bermata dua bila terlalu aktif dalam organisasi. Misalnya, membebani pemain baru dengan ekspektasi harus mampu sehebat pendahulunya. Atau, mundur selangkah dan mengambil peran motivasi agar para penerus warisan juara lebih percaya diri karena telah dibimbing oleh orang yang berhasil.

Memaksa tetap berkompetisi dengan nihil motivasi adalah hal yang tidak menyehatkan untuk jangka panjang. Sebagai gamer profesional, kalian dituntut untuk terus menampilkan permain terbaik. Kamu tidak akan bisa menang tanpa punya motivasi yang cukup, hasilnya, ada pihak yang dirugikan selain sang atlet mencoreng reputasinya sendiri.

ESPORTS: OLAHRAGA TAK MENYEHATKAN

Memang pihak-pihak pembuat regulasi kini tak menyangsikan kalau esports layaknya sebuah olahraga. Namun, perlu diakui cara esports memperlakukan tubuh manusia tidaklah menyehatkan. Atlet esports harus berlatih dalam waktu yang lama. Menahan pose duduk statis selagi menggerakan banyak gestur minimalis disekujur tubuh terutama lengan, leher, mata dan otak.

Terlebih, olahraga digital ini tak menguras keringat sama sekali. Tapi yang terkuras adalah mental dan pikiran. Bahkan, bermain esports bisa disamakan layaknya reaksi waspada yang dirasakan seorang pilot jet tempur saat mengudara. Bayangkan hal tersebut terjadi terlalu sering ditambah dengan target untuk tidak mengecewakan fans, keluarga dan tim.

Sebuah contoh lainnya, disebutkan bahwa seorang pemain Starcraft 2 dimasa prima-nya harus memutuskan banyak strategi dalam waktu singkat, mengerahkan multiple unit ke jalur berbeda di waktu hampir bersamaan. Ternyata, hal ini berdampak pada menurunnya pergerakan kognitifnya di umur 24 tahun. Bukan soal tubuh yang kelelahan, namun otak yang bekerja terlalu keras saat berkompetisi berakibat pada menurunnya segela proses kinerja manusia.

KETAHUI BATAS KARIRMU

Apa yang dilakukan oleh Ceb, JerAx, Donkey dan Oura sudah tepat. Mereka tahu kapan harus berhenti setelah target utama mereka tercapai. Terjun ke dunia esports adalah kesalahan fatal bila terjadi karena uang. Kompetisi digital ini ditujukan oleh orang-orang yang haus bersaing dan tak pernah puas dengan satu kemenangan.

Menjaga pola hidup sangat esensial untuk memiliki karir panjang dan selalu prima saat pertandingan. Rutin latihan fisik dan peregangan tiap ada waktu istirahat dapat menolong meredakan tubuh yang tegang dan letih.

Jangan sampai kamu sudah kehabisan baterai sebelum menjadi pemain pro ya sobat Esports!