Esports

Gagal Angkat Vega Kontra Na'Vi, Dendi Ga Jago Lagi?

Billy Rifki
30/10/2018 11:38 WIB
Gagal Angkat Vega Kontra Na'Vi, Dendi Ga Jago Lagi?
DreamHackDota twitter

Salah satu pertandingan yang ditunggu pada ajang DreamLeague 10 Minor adalah Vega Squadron versus Natus Vincere!

Faktor utamanya tentu saja kehadiran Dendi yang 'disewa' Vega setelah pemain utama mereka gagal berlaga ke Swedia akibat masalah visa.

Dendi, seperti yang kita tahu, sudah bertahun-tahun membela Natus Vincere dan organisasi CIS tersebut akhirnya memutuskan tak lagi ingin memakai jasa sang pemain idola tersebut. Na'Vi memilih lakukan revolusi di skuad DOTA 2-nya. Hingga saat ini pun, Dendi masih mencoba temukan rumah barunya, meski sementara waktu dirinya harus rela sebagai "ban serep" bagi tim-tim yang pemainnya berhalangan.

Sebelumnya, dia mendapat kesempatan dari kawan lama, Puppey, untuk bermain bareng Secret di Maincast Autumn Brawl. Sayangnya, hasil mengecewakan untuk tim sekelas Secret yang baru saja menjuarai PVP Esports Championship. Selepas meminjam Dendi, Puppey malah sukses menyabet juara ESL One Hamburg dengan pemain aslinya, MidOne.

Tentu Dendi punya harapan baru setelah 'manggung' dengan Vega untuk sementara waktu, namun tampaknya revolusi yang Na'Vi jalankan sudah menuai hasil dalam pertandingan semalam (29/10). Dendi tak mampu berikan hasil maksimal, mereka didominasi telak 2-0 oleh permainan kompak Natus Vincere yang dipimpin oleh SoNNeikO.

Salah satu alasan Dendi terlihat kurang efektif adalah pergerakannya yang terus terbaca. Beberapa kali dia terciduk oleh Crystallize yang menunggu Dendi untuk muncul. Meski tak ada yang meragukan betapa fenomenalnya kecepatan tangan Dendi ketika menekan tombol-tombol keyboard, namun saat bermain pergerakannya kian mudah diprediksi.

Dendi tampak kehilangan spesialisasinya sebagai playmaker permainan. Meski tak bisa sepenuhnya kekalahan Vega disebabkan oleh Dendi yang kehilangan sentuhannya. Karena mulai dari faktor drafting oleh Vega yang monoton, bahkan Natus Vincere masih menang dengan pemilihan core sama, dengan sedikit penyesuaian di game kedua yakni menukar Huskar untuk Lina agar pick Pugna dari Vega Squadron malah aksi bunuh diri.

Pertanyaan selanjutnya, apakah Dendi masih pantas bermain di level kompetisi tertinggi DOTA 2? Meski faktanya, segala memori tentang Dendi sangat berkesan, namun bicara realita tak bisa dipungkiri pula kemampuannya mulai menurun bila dibandingkan 7-8 tahun lalu. Mungkin saja Dendi hanya tertinggal oleh pemain-pemain baru yang menemukan cara bermain DOTA 2 secara lebih inovatif ya kan?

Tentu pensiun adalah istilah yang akan sangat dihindari oleh para fans, maupun Dendi sendiri. Terbukti dia masih jadi MVP pilihan fans meski kalah di pertandingan semalam. Mungkin Dendi harus mau keluar dari zona nyaman. Seperti menjadi support atau offlane, bahkan carry bila fungsinya di midlane saat ini tak bisa lagi memberikan arti. Setuju ga sobat eSports?