Hampir tak ada cerita tim asal Cina jadi pesaing di Pro Circuit kalau bukan karena kepiawaian LGD, atau tepatnya PSG.LGD. Hampir semua kisah tertutup oleh kesuksesan Secret, Liquid, dan Virtus.pro. Namun, persaingan makin ketat setelah tim yang dipimpin oleh Xu “fy” Linsen secara mengejutkan rusak hegemoni trinitas DOTA 2 dengan jadi tim Cina pertama yang juarai Major.
Memang sebelum menyatukan kekuatan dengan PSG, LGD pun sempat mejeng di peringkat dua dari beberapa turnamen Minor, seperti PGL Open Bucharest, StarLadder i-League Season 4, tapi itu belum memperlihatkan kekuatan sejati mereka. Apa yang membuat PSG.LGD berbeda dari paruh musim perdana sampai meledak tak terkendali menjelang akhir Pro Circuit? Apa yang merasuki tim dengan roster sama tapi malah pertunjukkan cara bermain berbeda hanya dengan tambahan dukungan dari PSG?
Jawabannya adalah mencontek. Ya, Cina memang sudah terkenal dengan keahliannya mengimitasi berbagai produk branded, termasuk dengan strategi dalam bermain DOTA 2. Setidaknya hal itu yang akhirnya disadari oleh LGD ketika mereka memutuskan untuk meniru, mengadaptasi gaya bermain tim terbaik dunia, yakni Liquid dan Virtus.pro.
Sebenarnya mereka tidak sepenuhnya bermain persis seperti Liquid atau VP, tapi mereka menciptakan gaya bermain sendiri yang terpengaruh dengan kelebihan dari kedua tim tersebut. Dilansir dari Cybersport.com, manajer dari PSG.LGD Pan Fei mengatakan, “Tim Liquid adalah panutan kami dalam aspek mengendalikan tempo di mid game. Bahkan sampai sekarang, hal itu masih jadi kelemahan yang terus kami benahi. Sedangkan Virtus.pro menjadi guru kami soal memperluas dominasi permainan. Ketangguhan fase laning mereka seringkali mneghancurkan lawan sejak awal. Lebih jauh lagi, teamfight mereka yang tanpa cela juga jadi alasan mereka mampu memenangkan Major berturut-turut.”
Lebih jauh sang manajer menambahkan bahwa tim menghabiskan waktu hingga delapan jam lebih untuk menganalisa tiap perbandingan dan menemukan perbedaan apa saja antara tim mereka dan tim terbaik dunia. Tak lama, mereka berhasil tuntaskan pembuktian dengan gelar juara Epicenter XL, mereka yakin telah lebih baik dari dua guru mereka, Liquid dan Virtus.pro.
PSG.LGD bahkan mampu tumbangkan tim Kuroky dan Solo di dua turnamen yakni DAC 2018 dan Epicenter XL. Dari enam pertemuan dengan mentornya tersebut, PSG.LGD hanya kalah satu kali. Mereka belajar dari pengalaman dan menerapkan pelajaran tersebut dengan baik.
Aspek apa saja sebenarnya yang ditiru PSG.LGD?
Pertama, agresifitas. Kunci paling penting yang harus dikuasai PSG.LGD dari kesuksesan VP adalah bagaimana tim ini mampu tebarkan ancaman dan tekanan secara konsisten sejak menit pertama. Caranya adalah dengan memilih hero core yang kuat dan mandiri sehingga memungkinkan kedua support melakukan rotasi sporadis ke seluruh lane.
Hal ini juga menunjukkan seberapa besarnya keunggulan laning di meta sekarang. Seperti yang dijelaskan pelatih dari PSG.LGD Yao “QQQ” Yi, “Sangatlah penting mendapatkan keunggulan laning. Hero yang bisa menghabisi gelombang creep dan bergerak dengan cepat menjadi sangat kuat karena bisa menyiapkan serangan sekaligus menyediakan rotasi yang diperlukan”.
PSG.LGD gemar membuat onar bahkan sebelum creep berdatangan. Beberapa sukses mengganjar mereka dengan ekstra bounty rune, kadang dapatkan First Blood tambahan seperti yang ditunjukkan kala Epicenter XL.
Ini persis seperti yang dilakukan oleh VP, ketika duo 9Pasha dan RodjEr seringkali berpasangan di lane untuk mem-bully competitor laning mereka dengan kombo hero macam Magnus/Slardar, Abaddon/Sand King, Slardar/Nyx Assasin dan Axe/Night Stalker.
Tapi, ada satu perbedaan dari VP terutama menyoal draft. Offlaner dari PSG.LGD, Chalice adalah tipikal yang sangat agresif, tak heran karena dia memang mantan midlaner. Opsi hero-heronya bervarian mulai dari Axe, Beastmaster, Night Stalker, dan yang paling berbahaya, Doom. Begitu pun pilihan dari fy yang menyukai Pugna, Clockwerk, Kunkka, serta favorit sepanjang masanya, Sand King, dan yang baru jadi pilihan pertama akhir-akhir ini, Skywrath Mage.
Sky mampu meng-harass lawan dengan mudah berkat Arcane Bolt, secara konstan hingga membuat musuh dalam keadaan kekurangan darah, dengan sokongan dari Chalice dan xNova yang juga aktif membantu sejak awal, PSG.LGD rutin menabrak musuh di tower lawan meski baru miliki 3 atau 4 level. Support yang begitu aktif tentu meninggalkan mid dan carry dalam posisi one on one, mengingat support lawan akan memprioritaskan safelanenya dari tekanan segitu berat. PSG.LGD percaya akan kemampuan Ame dan Somnus/Maybe untuk memenangkan lane sendirian. Seperti VP yang tak ragu akan kemampuan Ramzes666 dan No[o]ne.
Bila kedua support fokus terhadap pressure ke carry lawan dan menyokong offlanenya, maka sinergi antara midlaner dan carry dari PSG.LGD adalah sinergi lainnya yang menjadi kunci kebangkitan mereka. Secara natural kekompakan keduanya tercipta lewat pemahaman individu masing-masing yang bermuara pada kolektivitas permainan PSG.LGD yang sangat solid.
Mirip seperti Liquid yang sangat jelas dengan cara bermain mereka, PSGL.LGD selalu tegas dan jarang terbawa arus permainan lawan. Memiliki arahan pasti dan transisi yang baik di fase early, mid, ataupun late game, fy dan kawan-kawan telah buktikan di pertandingan playoff hari ini (7/6) melawan Virtus.pro, di mana mereka mampu hempaskan sang guru 2-0 tanpa balas. Menanti di laga upper bracket final ada Liquid, salah satu role model dari PSG.LGD yang coba hentikan ilmu sang anak didik yang terlalu tinggi.
Akankah kedua panutan tersebut takluk di hadapan PSG.LGD? Mungkinkah TI8 telah temukan calon kuat juara dari Cina yang selanjutnya?
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|
Solo MMR |
---|
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |
This leaderboard is currently unavailable. |