Makin Apriori, Jerman Samakan Esports dengan Merajut

Christian Ponto
31/01/2019 15:36 WIB
Makin Apriori, Jerman Samakan Esports dengan Merajut
DOSB dan Politisi Jerman Menentang Pendanaan Kegiatan Esports

Masih ingat dengan nama Peter Beuth? Atau, kamu pernah membaca artikel "Esports Bukan Olahraga, Mending Hapus Saja!"?

Nah, perkembangan terbarunya, beliau kini merilis pernyataan yang kembali merendahkan aktivitas olahraga digital populer ini, sekaligus memberi anjuran untuk menolak segala pendanaan bagi kegiatan apapun untuk esports di Jerman.

"Esports itu sangat minim unsur olahraganya, sama saja dengan kegiatan merajut benang dan bermain suling," tandas Peter Beuth, yang juga lebih suka menyebut esports dengan istilah e-gaming. "Kita tidak boleh biarkan industri e-gaming untuk memperoleh kemudahan layaknya olahraga lain. Pemikiran bahwa industri e-gaming mencari pendanaan adalah suatu hal yang tidak masuk akal."


Peter Beuth, Hesse Interior and Sports Minister

Uniknya, Peter Beuth tidak menyangkal apapun tentang fakta bahwa cabang gim dalam esports juga kerap mengedepankan sisi kompetitif yang fair play, serta menjunjung tinggi nilai sportivitas antara para pemain maupun tim meski bersaing ketat satu sama lainnya. Lagipula, membandingkan kegiatan esports dengan suatu bentuk kerajinan atau hobi minim gerakan seperti merajut kain ala kaum manula terdengar agak 'melecehkan'.

Perspektif pribadi dari Peter Beuth, selaku Hesse Interior and Sports Minister, akhirnya mendorong pula komite olimpiade di Jerman untuk kembali menegaskan penolakan mereka atas kegiatan esports di negeri Panzer ini.

Sebelumnya, di bulan Desember silam, badan bernama resmi German Olympic Sports Confederation (DOSB) ini, memuat pernyataan 'menusuk' bahwa esports bukanlah olahraga karena gerakan motorik yang mencirikan orang berolahraga tidak akan ditemui pada pemain pro, atau melalui kompetisi gim yang mereka ikuti.


Alfons Hormann, President of DOSB

"Esports itu tidak ada. Dan tidak akan diikutsertakan dalam program Olimpiade," ujar Alfons Hormann, Ketua DOSB, ketika pidato di acara halal bihalal tahun baru dari komite Olimpiade negara Jerman tersebut. Oleh karenanya, esports tidak layak sebagai olahraga di Olimpiade, bahkan tidak patut masuk kategori olahraga.

Bahkan, DOSB merilis dokumen bertitel 'Handling electronic sports simulations, eGaming and 'eSport'" yang secara gamblang membeberkan sejumlah alasan penolakan mereka akan cabang esports bila dikategorikan sejajar dengan olahraga tradisional.

Penegasan ini seakan mempertebal daftar pejabat tinggi di Jerman yang suarakan hal negatif mengenai keberadaan esports. Selain Beuth dan Alfons, tahun lalu ada pernyataan kontra lainnya dari pucuk pimpinan German Football Association (DFB), Reinhard Grindel, yang anggap esports masuk Olimpiade adalah 'absurd'.

Lucunya, meski suara sumbang bermunculan di kalangan pemerintahan mereka, tapi dukungan terhadap esports tetap ada dari badan nasional lainnya seperti Digital Officer. Perwakilannya, Dorothee Bar, secara terbuka beri dukungan terhadap ide pencakupan esports bagian dari olahraga. Terlebih peran olahraga digital untuk melibatkan kalangan muda di Jerman.


Dorothee Bar, Digital Officer

Dari gelaran esports, komunitas fans di Jerman juga boleh cukup berbesar hati dengan deretan turnamen gim berskala besar di negeri mereka. Mulai dari perhelatan ajang The International DOTA 2 pertama kalinya yang usung hadiah miliaran Rupiah, serta kompetisi European League of Legends Championship yang digelar di Berlin. Belum lagi keberadaan ESL, perusahaan asal Jerman yang kuasai event-event esports seantero dunia. Terus kiprah tim-tim profesional setempat yang ukir banyak prestasi internasional, antara lain seperti SK Gaming, Alternate aTTax, Mousesports, dan banyak lagi.

Untung ya tinggal di Indonesia, meski tim dan atletnya belum segarang Jerman, tapi kontribusi pemerintah (terutama belakangan ini) sangatlah positif, sehingga beri lebih banyak keleluasaan bagi para atlet esports tanah air, ataupun kesempatan kepada bibit-bibit muda potensial untuk mengejar mimpi profesional mereka.

Semoga di tahun-tahun mendatang, atlet-atlet muda ini capai prestasi puncak di kancah global esports! Hidup Esports Indonesia!