Perkembangan esports yang sangat pesat mungkin akan mengejutkan sebagian orang awam dengan nilai valuitas dari beberapa organisasi esports besar yang telah mencapai nilai ratusan juta dolar AS. Tahun ini, Forbes kembali merilis nama-nama organisasi esports yang memiliki nilai valuitas di atas 100 juta dolar AS, sekaligus menempatkan mereka sebagai 'big player' dalam industri ini.
Sistem franchise telah menjadi tren dalam perkembangan kompetisi esports di mana organisasi yang ingin berpartisipasi harus membayar jutaan dolar untuk membeli spot dalam liga tersebut. Ambil contoh Call of Duty League yang mulai meluncurkan musim perdananya tahun depan, bersama 12 tim yang masing-masing harus merogoh kocek mereka sebesar 25 juta dolar AS, atau sekitar 349 miliar Rupiah.
Melonjaknya nilai sponsorship, hadiah turnamen yang besar, hingga jumlah penonton fantastis, tidak heran jika industri esports terus menunjukkan perkembangan ke arah positif setiap tahunnya. Menyoroti hal tersebut, berikut adalah 13 tim dengan nilai valuitas di atas 100 juta dolar AS, menurut Forbes:
Overactive Media adalah perusahaan di balik tim Splyce yang saat ini berkompetisi di League of Legends Europe Championship, serta pemilik dari tim Overwatch League Toronto Defiant, dan tim Call of Duty League Toronto Ultra. Selain beberapa liga franchise besar tersebut, organisasi ini juga aktif berkompetisi di turnamen Fortnite, Smite, Starcraft 2. Berdasarkan laporan dari Forbes, OverActive Media memiliki nilai valuitas mencapai 120 juta dolar AS, dengan angka revenue sebesar 5 juta dolar AS setiap tahunnya.
Sama seperti OverActive Media, Misfits juga berkompetisi di tiga major liga franchise tersebut, baik sebagai pemilik Florida Mayhem di Overwatch, ataupun mengakuisisi spot tim Florida Mutineers untuk kompetisi 2020 Call of Duty League. Misfits Gaming memiliki nilai valuasi mencapai 120 juta dolar AS, dengan angka revenue 8 juta dolar AS setiap tahunnya.
NRG Esports sebelumnya sudah memiliki spot di Overwatch League dengan tim San Francisco Shock, namun pencaplokan mantan OpTic Gaming Hector 'H3CZ' Rodrigues berikan perubahan besar untuk organisasi ini. Sejak bergabungnya H3CZ, NRG berhasil mendapatkan spot untuk Chicago di Call of Duty League, serta berkompetisi dalam berbagai turnamen besar untuk gim Fortnite, Apex Legends, dan lainnya. Nilai valuitas yang dimiliki oleh NRG mencapai 150 juta dolar AS, serta pendapatan 20 juta dolar AS setiap tahunnya.
Dengan nilai valuitas mencapai 160 juta dolar AS, 100 Thieves dibentuk oleh mantan pemain COD, Matt 'Nadeshot' Haag. Meski bertanding di LCS, tim ini memutuskan untuk tidak membeli slot dalam Call of Duty League franchise. Setiap tahunnya, revenue yang didapatkan oleh 100 Thieves mencapai 10 juta dolar AS.
G2 Esports berhasil menjadi salah satu tim esports paling populer di tahun 2019 berkat keberhasilan divisi League of Legendsnya di sejumlah turnamen besar akhir-akhir ini. Mulai dari memenangkan Mid-Season Invitational, hingga mengalahkan SK Telecom T1 dan melaju ke grand final Worlds 2019. Berdasarkan laporan Forbes, G2 memiliki valuitas mencapai 165 juta dolar AS dengan revenue di angka 22 juta dolar AS per tahun.
Salah satu tim legendaris di kompetisi Call of Duty ini telah berkembang menjadi organisasi esports yang berpartisipasi dalam liga-liga esports besar. Nilai valuitas yang mencapai 170 juta USD, Team Envy adalah pemilik Dallas Fuel di Overwatch League, serta Dallas Empire di Call of Duty League 2020.
Fnatic bertanding di franchise League of Legends Eropa LEC dan berhasil mencapai babak grand final pada Worlds 2018 tahun lalu, meski pada akhirnya harus kalah melawan Invictus Gaming. Organisasi ini juga berkompetisi dalam gim-gim lain di antaranya seperti CS:GO, Dota 2, dan Fortnite. Fnatic disebutkan memiliki nilai valuitas di angka 175 juta dolar AS, dan revenue setiap tahunnya mencapai 16 juta dolar AS.
Organisasi esports asal Korea ini telah melebarkan sayapnya ke pasar Amerika dalam beberapa tahun terakhir. Selain spot di League of Legends Korea LCK, Gen. G juga memiliki tim yang bertanding di Overwach League serta NBA 2K League. Estimasi revenue setiap tahunnya dari tim ini mencapai 9 juta dolar AS, dengan nilai valuitas pada kisaran angka 185 juta dolar AS.
Immortals memiliki nilai valuasi mencapai 210 juta dolar AS, dan mengakuisi OpTic Gaming untuk tanding di 2020 Call of Duty League. Akuisisi ini juga membuat Immortals Gaming Club (IGC) mendapatkan slot OpTic Gaming di LCS, di mana pada akhirnya berubah jadi Immortals. Selain itu, IGC juga memiliki tim di Overwatch League yakni Los Angeles Valiant dan tim MiBR di ranah kompetitif CS:GO.
FaZe Clan dimulai dengan Call of Duty sniper team, lalu berkembang hingga saat ini memiliki tim di COD League dan CS:GO. Organisasi ini juga merupakan rumah bagi beberapa streamer Fortnite ternama dan professional players. Berdasarkan data dari Forbes, FaZe membawa pulang revenue 35 juta dolar AS setiap tahunnya, dengan nilai valuitas mencapai 240 juta dolar AS.
Berada di peringkat ketiga, Team Liquid merupakan tim yang memiliki basis di Amerika Utara dengan total nilai valuasi di angka 320 juta dolar AS. Organisasi ini berhasil mendominasi scene profesional LOL di AS dengan memenangkan tiga splits secara berturut-turut, dan berada di peringkat empat besar dalam tiga kompetisi terakhir The International Dota 2.
Sama seperti tahun lalu, Cloud9 menduduki posisi pertama dalam penilaian Forbes sebagai organisasi esports terkaya dengan estimasi nilai valuitas di angka 400 juta dolar AS, dengan 29 juta dolar AS revenue setiap tahunnya. Organisasi asal Amerika ini memiliki spot di LCS dan Overwatch League, serta berkompetisi di turnamen-turnamen CS:GO, Fortnite, dan Rocket League.
Sama-sama mengantongi nilai valuitas di angka 400 juta dolar AS, Team Solo Mid mampu unggul sedikit dan huni posisi teratas dalam daftar rilis Forbes. Sebagai salah satu pemilik spot di LOL LCS, Team Solo Mid juga memiliki tim di berbagai gim esports seperti PUBG, Fortnite, Apex Legends, bahkan League of Legends Academy Squad.
Meningkatnya valuitas Team Solo Mid hingga dapat seimbang dengan Cloud9 di tahun ini mungkin dapat menjadi perhatian khusus bagi kita. Catatan Forbes di tahun lalu menuliskan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan oleh organisasi esports ada pada operating budget, mencakup banyak pergantian roster hingga pembangunan brand.
Hal tersebut menyebabkan kebanyakan organisasi mengalami cash-flow negative dan satu-satunya organisasi esports, menurut Forbes, yang memiliki cash-flow positive tahun lalu adalah Team Solo Mid. Mungkin ini sebabnya pada 2019, TSM dapat mencapai nilai valuitas yang sama dengan C9. Bagaimana pendapatmu Sobat Esports, apakah ada tim favoritmu dalam list ini?
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|