Game 'Terbaik' di Steam, PUBG Terus Picu Masalah Sosial?

Rendy Lim
13/02/2019 10:40 WIB
Game 'Terbaik' di Steam, PUBG Terus Picu Masalah Sosial?
PlayerUnknown's Battlegrounds

PUBG baru saja dianugerahi penghargaan Best Game of The Year 2018 dalam ajang Steam Awards yang diumumkan pada 8 Februari kemarin. Popularitas PUBG yang besar membuat mereka juga menghadirkan versi mobile untuk lebih banyak menjangkau pemain yang ingin bermain PUBG kapanpun dan dimanapun. 

Namun siapa sangka, PUBG Mobile justru saat ini mendapat banyak sorotan sebagai pemicu banyak masalah sosial di masyarakat. Mulai dari anak yang malas belajar hingga runtuhnya sebuah rumah tangga akibat adiktif dalam bermain PUBG Mobile.

Baru-baru ini, seorang ibu rumah tangga di Malaysia, Akhtar Syamir membagikan cerita tentang suaminya yang adiktif terhadap PUBG Mobile, sering main hingga larut malam setiap harinya. Hal ini membuat istrinya resah karena sang suami tampak mulai tidak bertanggung jawab atas keluarganya. Dia pernah minta suaminya untuk berhenti bermain PUBG Mobile dan fokus ke kehidupan, namun ditolak! Sekarang, suaminya malah meninggalkan mereka dan menelantarkan istri yang sedang hamil, dan seorang anaknya. 

Kejadian ini tidak hanya sekali, khususnya PUBG Mobile yang memang banyak menimbulkan kontroversi di masyarakat. Pernah disebut sebagai perusak masa depan karena memiliki efek candu, hingga diwacanakan agar dilarang akibat menimbulkan masalah sosial sampai tudingan 'mempromosikan' kekerasan di India. 

Selain itu, rivalnya, Fortnite, juga populer menjadi sumber masalah rumah tangga di Eropa dan tercatat sebagai penyebab sekitar 200 perceraian di UK pada tahun 2018 kemarin. 

Sejak dirilis sekitar setahun yang lalu, PUBG Mobile memang sangat populer sebagai gim battle royale yang bisa dimainkan kapanpun dan dimanapun. Namun gim yang memang bertujuan sebagai hiburan tidak seharusnya mengakibatkan masalah sosial apapun itu bentuknya.

Bijak dalam mengatur waktu dan menyaring informasi yang didapatkan dalam gim tentu harus dipahami oleh semua pemainnya, sehingga bisa memisahkan kepentingan yang menjadi prioritas terlebih dahulu serta waktu untuk bermain game. 

Setuju sobat esports?