Meski larangan main PUBG Mobile di ruang publik sudah tak berlaku, namun tidak sedikit masyarakat India yang masih merasakan 'teror' jika melihat adanya hal-hal berbau PUBG di publik. Seperti halnya kasus yang baru terjadi ini.
Berdasarkan pemberitaan media di India, PUBG kembali membuat gempar masyarakat dengan kasus anak-anak muda yang 'menandai' sebuah area di Thane sebagai tempat khusus untuk bermain PUBG. Polisi setempat langsung bergerak setelah mendapatkan laporan dari masyarakat dan segera mencabut poster yang bertuliskan 'Tempat ini khusus untuk pemain PUBG', dan mengingatkan para remaja untuk tidak bermain di sekitar area tersebut.
Lebih parahnya lagi, kasus serupa tidak hanya terjadi di India saja. Saat ini rasa khawatir orang tua atas dampak PUBG kepada anak-anaknya mulai 'menyerang' negara Uni Emirat Arab (UEA). Berdasarkan informasi dari khaleejtimes, beberapa orang tua melaporkan tentang dampak yang terjadi kepada anak-anaknya akibat terlalu sering bermain PUBG.
Mulai dari ketidakpedulian dengan kegiatan lain di luar gim, bahkan kadang terlalu fokus incar kemenangan di PUBG, para orang tua melihat anak mereka alami perubahan sifat dan cenderung lebih agresif. Permintaan banned terhadap PUBG di UEA juga kembali dikaitkan dengan kasus penembakan di Selandia Baru di mana para orang tua di sana mengklaim bahwa pelaku teror sudah terinspirasi dari gim-gim berunsur kekerasan.
Sementara itu, pihak Telecommunications and Regulatory Authority (TRA) di UEA meminta partisipasi masyarakat secara aktif untuk melaporkan situs, gim, ataupun akun yang dianggap mulai meresahkan dengan konten aksi kekerasan. Tidak hanya itu, TRA juga menganggap peran orang tua sangat penting untuk melaporkan gim-gim yang berpotensi dapat merusak generasi muda.
Tidak sepenuhnya setuju, Dennis Nolan Menezes, salah satu anggota dari PUBG UAE Community mengatakan bahwa cara terbaik untuk menghindari anak dari tindakan kekerasan adalah mengajarkannya agar paham, dan bukannya malah melakukan pelarangan terhadap semua media atau platform yang menayangkan tindak kekerasan tersebut. Anak-anak mereka akan selalu punya cara untuk menembus pembatas tersebut dan kembali mengkonsumsi kontennya.
Sepertinya kasus ini hanya akan terus menjadi debat kusir antara mereka yang pro ataupun kontra terhadap anggapan gim bisa memicu aksi kekerasan dari para pemainnya. Sayangnya memang, konsep pemikiran bahwa gim akan mempengaruhi perilaku seseorang selalu menjadi alasan yang tidak didasari oleh penelitian serta bukti yang kuat.
Alhasil, hanya ketakutan berlebih dari berbagai pihak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat tanpa memandang faktor-faktor esensial layaknya peran keluarga serta edukasi proporsional kepada anak yang seharusnya bisa menjadi penentu utama bagaimana anak akan berperilaku dan bertindak sehari-hari dalam masyarakat. Apakah kamu setuju, sobat esports?
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|