Mariyuana Dipercaya Bantu Konsentrasi Atlet Esports, Boleh Dikonsumsi?

Billy Rifki
05/01/2021 15:14 WIB
Mariyuana Dipercaya Bantu Konsentrasi Atlet Esports, Boleh Dikonsumsi?
player.one

Mariyuana atau kanabis adalah jenis psikotropika yang dibuat dari tanaman yang mengandung tetrahidrokanabinol dan kanabidiol yang membuat pemakainya mengalami efek tertentu. Di Indonesia sendiri, penggunaan zat ini masih menimbulkan perdebatan terkait legal tidaknya mengkonsumsi mariyuana.

Namun tahukah kalian, kalau atlet esports diperbolehkan menggunakan zat ini dengan syarat tertentu? Kita harus mengetahui dulu kalau esports adalah sebuah karir menjanjikan di zaman millenial. Namun, bukan berarti esports tak punya tantangannya.

Esports di dominasi oleh anak-anak muda yang harus bekerja ekstra lama dalam berlatih juga mengikuti beragai kompetisi. Tuntutan menjadi juara dan harus terpisah dengan orang-orang terdekat kadang berat untuk dijalani oleh para pemain esports.

Oleh karenanya, stres, rasa frustasi, kelelahan mental sudah jadi penyakit lumrah untuk para bintang video game. Minimnya bimbingan atau panduan untuk para atlet ini menangani stres mereka akhirnya bermuara pada penggunaan mariyuana atau ganja.

Memang, ada efek samping yang dikenal masyarakat cukup buruk seperti halusinasi, tekanan darah rendah sampai detak jantung yang meningkat.

APA KEGUNAAN MARIYUANA DALAM ESPORTS?

Pada tahun 2015, Electronic Sports League melarang penggunaan zat psikotropika seperti ganja atau mariyuana dan zat serupa lainnya. Ini sesuai dengan aturan dari World Anti-Doping Agency (WADA) yang diikuti oleh ESL. ESL percaya penggunaan zat seperti itu merupakan doping yang menimbulkan keuntungan tak adil bagi pemain dalam berjalannya suatu turnamen.

Namun, di tahun 2019, WADA meng-amandemen aturan mereka dan memperbolehkan produk kanabis dikonsumsi dalam ajang olahraga atau turnamen. ESL sendiri akhirnya memberi kebebasan untuk gamer apakah mereka mau menggunakan psikotropika atau tidak. Yang pasti aktivitas tersebut tidak dilakukan saat mengikuti turnamen.

Satu hal utama ketika gamer memutuskan menggunakan psikotropika berupa ganja, mariyuana dalam bentuk obat-obatan atau apapun, mereka harus memastikan tidak memiliki kandungan THC atau tetrahydrocannabinol.

Kedua kandungan ini ternyata punya dampak berbeda ketika digunakan. Kanabis atau CBD ampuh untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi, cenderung aman,  tidak menimbulkan ketagihan, mabuk atau memperlambat reflek tubuh. Sementara THC diketahui menimbulkan efek euforia berlebihan.

JADI, BOLEH NGGA NIH?

Beberapa pemain esports sempat dikabarkan menggunakan doping untuk membantu permainan mereka. Seperti tim OG yang sempat dituding memakai obat-obatan ketika menjalani turnamen The International tahun 2018.

Namun, untuk gamer di Indonesia, demi menghindari citra tak baik yang bisa jadi mengakhiri karirnya. Sebaiknya hindari penggunaan ganja ketika sedang produktif. Menjaga gaya hidup dan manajemen waktu bisa menjaga rentang karirmu lebih lama ketimbang mengandalkan bantuan obat-obatan psikotropika meskipun secara medis dilegalkan.

Tanggapanmu bagaimana sobat Esports?