Setelah dugaan aksi terorisme yang terjadi pada akhir pekan lalu di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, komunitas gamer terutama gim bergenre FPS kembali mendapat sorotan dari publik.
Kejadian penembakan massal yang memakan korban jiwa hingga 50 orang tersebut dengan mudah dikaitkan pada gim PUBG karena kemiripan genre yang dimilikinya. Namun banyak pihak yang tidak setuju pendapat tersebut, termasuk Menteri Pemuda dan Olahraga dari Malaysia, Syed Saddiq Syed Abdul Rahman.
Syed Saddiq mengatakan bahwa perilaku atau tindak kekerasan yang ekstrim seperti terorisme tetap akan terjadi meskipun pelakunya tidak terekspos oleh gim seperti PUBG. "Percayalah, tidak peduli ada atau tidaknya gim online, orang-orang dengan kepercayaan ekstrim seperti itu tetap akan melakukan tindak kekerasan," tandasnya.
Menurut Syed Saddiq, kejadian di Christchurch lebih besar dari hanya sekedar pengaruh gim. Kejadian ini sudah cukup banyak terjadi, jauh sebelum gim-gim seperti PUBG muncul dan populer di masyarakat dunia.
Aksi kecaman dan desakan kepada pemerintah Malaysia untuk melakukan banned terhadap PUBG memang bermunculan usai serangan tersebut. Salah satunya berasal dari Negri Sembilan Mufti Datuk Mohd Yusof Ahmad yang menganggap gim sejenis PUBG akan membentuk pemikiran generasi muda untuk menikmati perang, perkelahian, dan tindakan kekerasan lainnya.
Mufti Datuk juga meminta pemerintah semakin memperhatikan PUBG karena telah menjadi bagian dari esports, dan ditakutkan akan menjadi bagian tak terlepaskan dari hidup anak-anak muda. Hingga dicemaskan akan memberikan dampak jangka panjang seperti memudahkan akses untuk mendapatkan senjata api.
Bagaimana sobat esports, apakah kamu setuju gim-gim esports dikaitkan dengan tindak kekerasan?
Upcoming Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Ongoing Tournament | Lihat Semua > | |
---|---|---|
Belum ada event
|
Video Pilihan | ||
---|---|---|
|