Noah Whinston, Sosok CEO Muda Inspiratif Dibalik Tim Immortals

Rendy Lim
02/12/2017 04:17 WIB
Noah Whinston, Sosok CEO Muda Inspiratif Dibalik Tim Immortals
Forbes

Bagaimana bisa seorang gamer, di usianya yang masih tergolong sangat muda, 23 tahun, bisa menjalankan atau membangun sebuah tim eSports global yang kini konon dapat menguras kocek uang hingga ratusan milyar rupiah? Bila ini terjadi untuk bidang selain eSports, mungkin jawabannya bisa memunculkan beberapa tokoh muda lainnya, tapi bagi dunia game kompetitif, rasanya hanya merujuk pada satu sosok, yakni Noah Whinston!

Bahkan, Noah Whinston bukan merupakan sosok gamer yang mendulang uang dari ragam turnamen yang diikutinya, namun hanyalah seorang pemuda drop-out kuliah (tolong, bukan ini yang patut diteladani ya! - red) yang mampu meyakinkan banyak investor berkantong tebal untuk 'nekad' menginvestasikan dana besar pada tim eSports besutannya, Team Immortals.

Mulai dari Mike Milken, seorang ahli keuangan yang terkenal setelah keterkaitannya dengan kasus 'obligasi sampah', hingga milyarder pendiri AEG, Phil Anschutz, yang juga menguasai deretan klub dari berbagai cabang olahraga populer. Keduanya berhasil 'dibujuk ' oleh Noah dan menjadikannya orang nomer satu di Immortals, yang kini memiliki 4 divisi untuk berlaga di kompetisi game-game seperti DOTA 2, Super Smash Bros, CS:GO, dan Overwatch (yang kini berkiprah dengan nama Los Angeles Valiant).

Orang Tua Berlatar Pendidikan, Noah Sempat Geluti Poker Online Demi Nafkah Hidup

Lahir dan besar di Evanston, pinggiran kota Chicago, ayah Noah adalah seorang dosen ekonomi sementara ibunya mengajar ilmu politik. Noah sudah memperlihatkan ‘otak bisnisnya’ sejak masih berada di bangku sekolah dengan bermain poker online dan jualan trading card Magic: The Gathering untuk biayai kehidupannya sehari-hari.

Setelah itu, dirinya menemukan Vulcun, sebuah situs dimana user dapat membentuk tim eSports dan memenangkan hadiah uang, layaknya memainkan game fantasy-sports. Di tengah kontroversi keabsahan situs tersebut, Vulcun akhirnya ditutup, namun Noah sudah lebih dahulu dikenalkan dengan Clinton Foy, seorang pengusaha asal Los Angeles. Mereka pun membeli tim eSports yang bernama Team 8, kemudian mengubahnya jadi Immortals.

Lalu, berturut-turut masuk sokongan dana dari investor besar seperti Peter Levin (Lions Gate Entertainment), dan perusahaan modal yang memiliki afiliasi dengan grup musik Linkin Park. Demi menjalankan bisnis yang ideal, mereka butuh kantor untuk operasionalnya, namun lucunya banyak penyewa lahan menolak permohonannya karena perawakan sang CEO, Noah Whinston yang masih terlalu muda untuk menjalankan sebuah perusahaan.

Tukangi LA Valiant, Noah Boyong Immortals Menuju Overwatch League

Secara resmi, Noah umumkan penamaan brand divisi Overwatch Immortals dengan titel baru, Los Angeles Valiant, pada tanggal 23 Oktober silam. Hakekatnya, brand ini masih akan mengadopsi beberapa ciri khas ikonik Immortals, namun sekaligus menuangkan itikad bersama dan komitmen penduduk di kota Los Angeles yang terkenal haus akan kemenangan via sisipan kata 'Valiant'.

"Kami sangat serius dalam menciptakan sebuah brand baru di kota yang menjadi pusat hiburan dunia ini, dan butuh waktu lama serta pemikiran matang untuk menentukan elemen penting yang dapat menghubungkan antara Overwatch League dengan nilai-nilai esensial dari Immortals, dan kota yang megah ini," tanggap Noah, via pernyataan resminya di sini.

"Di saat bersamaan, kami ingin sebuah brand yang kuat untuk berdiri sendiri sembari tetap prioritas pada bentuk, warna, dan logo yang menegaskan komitmen untuk bersaing menjadi juara sebagaimana ekspektasi terhadap tim dari kota LA. Kami menetapkan 'Valiant' sebagai simbol kepahlawanan dan wujud keberanian, ketangguhan, serta determinasi - yang menggambarkan tim kami, dan selalu kami kedepankan nantinya," tambahnya.

Los Angeles Valiant akan memulai debut kompetisinya bulan depan di musim perdana Overwatch League, besutan Activision Blizzard. Noah pun harus benar-benar mempersiapkan timnya agar maksimal, mengingat para 'donatur' telah menyisihkan dana besar hingga mencapai US$20 juta atau berkisar 270 milyar rupiah, hanya untuk 1 slot tim. Bayangkan betapa besarnya nilai investasi dari tim-tim peserta kompetisi eSports dewasa ini!

Kabarnya, Activision Blizzard telah mengantongi 'fee' pembelian slot untuk Overwatch League sebesar US$240 juta (setara 3 trilyun repiah). Sebelumnya, di sisi dunia lainnya, Tencent Games (melalui anak perusahaannya, Riot Games) juga baru saja 'melego' franchise dari slot kompetisi eSports, North American League of Legends Championship Series (NA LCS), bagi 10 tim internasional yang tertarik berpartisipasi didalamnya, nilai minimum investasi yang diminta adalah US$10 juta / tim.

Tumbal 'Kerakusan' Riot Games, Noah Kecewa dan Bubarkan Divisi LoL Immortals

Meski didukung sokongan finansial yang kuat, roster mumpuni, dan track record perusahaan selama ini, proposal Immortals ditolak Riot Games untuk dapat nimbrung di NA LCS 2018. Guratan kekecewaan tak berdaya dari Noah Whinston berdampak pada bubarnya divisi League of Legends Immortals.

"Secara jujur, saya kecewa, bahkan sedikit kesal karena tidak bisa berpartisipasi," tukas Noah Whinston, dalam video statement-nya kepada para fans Immortals. Ketika dikonfirmasi kepada pihak Riot Games perihal alasan penolakan Immortal berpartisipasi di ajang LCS tahun depan, Chris Hopper, selaku eSports Executive di Riot Games, enggan membahasnya secara detil namun hanya menyebutkan bahwa keputusan itu, "sangat berat..."

Sejauh ini, Immortals telah mengayomi kira-kira 24 pemain pro dari sebuah apartemen di Marina Del Rey. Mereka berlatih dari jam 10 pagi hingga pukul 6 malam di basecamp milik Immortal, di Culver City, California. Kegiatannya mencakup simulasi pertandingan, dan kerap sparring dengan tim lain, semuanya dilakukan dalam ruang latihan berfasilitas lengkap plus sajian makan siang serta makan malam. Termasuk ahli terapis hingga psikiater olahraga yang siap dipanggil kapan saja.

Noah juga mengungkapkan bahwa metodenya dalam menentukan pemain dalam tim selalu berdasarkan data dan dinamika personal. Delapan dari 11 anggota tim Overwatch (LA Valiant) berusia bawah 20 tahun, yang termasuk belia dalam kategori standar atlet eSports. Seb 'Numlocked' Barton merupakan salah satu anggota senior, 24 tahun, yang bakal memegang peran penting dalam tim berkat karakteristiknya untuk selalu dapat menyemangati anggota tim lainnya bila mereka tak tampil maksimal.

"Kami tidak ingin mencari pemain bagus berstatus bebas transfer untuk langsung menerimanya dalam tim, dan berharap semua akan berjalan baik," tandas Noah. "Kami bukanlah klub New York Yankees-nya dunia eSports. Bukan itu yang ingin kami capai."

Bagaimana kiprah selanjutnya tim Los Angeles Valiant a.k.a OW Immortals, binaan CEO muda inspiratif seperti Noah Whinston di kancah Overwatch League? Menarik untuk ditunggu kekuatan materi atau ketangguhan sebuah idealisme yang bakal unggul nantinya?